1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konflik Inggris Iran

29 Maret 2007

Inggris bertindak hati-hati dalam penyelesaian konflik dengan Iran, menyangkut pehananan 15 serdadu marinir.

Marinir Inggris terus lakukan patroli di perairan Basra di Irak.
Marinir Inggris terus lakukan patroli di perairan Basra di Irak.Foto: AP

Harian-harian internasional tetap menyoroti konflik antara Inggris dan Iran dalam kasus penahanan serdadu marinir Inggris. Harian Swiss Tages-Anzeiger yang terbit di Zürich dalam tajuknya menulis : Krisis harus diredakan secara bertahap. Lebih lanjut harian ini berkomentar : Setelah penangkapan serdadunya di kawasan Teluk Persia, pemerintah Inggris ibaratnya kembali menapaki ladang ranjau. Karena itu, London secara bertahap berusaha menyelesaikan masalahnya secara diplomatis. Sebab, jika melangkah terlalu jauh, ketegangan diantara kedua pihak akan meningkat menjadi bahaya. Tapi jika tidak cukup tegas, prosesnya akan berhenti dengan akibat fatal. Untungnya, Inggris tetap berkepala dingin dan Iran sudah mengisyaratkan akan membebaskan seorang serdadu perempuan.

Sedangkan harian Inggris The Times yang terbit di London menulis : Tekanan harus terus dilancarkan terhadap Iran. Terdapat pertanda pertama, beberapa anggota kabinet di Teheran merasa gerah. Terutama menteri luar negeri Iran, yang menyatakan akan segera membebaskan seorang serdadu perempuan yang ditahan. Kelihatannya, Iran juga menyadari, bahwa citranya sedang dipertaruhkan. Diharapkan dalam waktu dekat ini di Teheran muncul kesadaran, bahwa penangkapan serdadu Inggris itu lebih merugikan Iran sendiri ketimbang Inggris.

Harian Austria Der Standard yang terbit di Wina berkomentar : PM Tony Blair kini memiliki permainan baru. Pemerintah Inggris menyadari, bahwa mereka tidak bisa berfantasi, dapat membebaskan para tahanan dengan aksi komando militer. Dahulu saja presiden AS Jimmy Carter gagal membebaskan sandera AS yang ditahan Teheran. Diketahui, semakin lama skandal penangkapan serdadu Inggris itu berlangsung, semakin sulit bagi pimpinan di Teheran untuk keluar dari krisis tanpa kehilangan muka. Tapi, jika para serdadu Inggris itu dibebaskan, setelah proses hukum cukup lama, para pengritik rezim di Teheran akan mengatakan, Iran tunduk pada tekanan Inggris. Bagi Blair, krisis Iran ini sejenak mengalihkan kritik warga atas politik perang Irak dari pemerintahannya.Tage

Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma menulis dalam tajuknya : Ingatan lama bangkit kembali. Yakni ke tahun 1980, pada peristiwa penyanderaan ratusan warga AS oleh Teheran. Presiden AS saat itu, Jimmy Carter gagal membebaskan para sandera lewat aksi militer. Dan penghinaan ini terus menghantui Carter. Sebaliknya PM Inggris Tony Blair tidak mau mengulangi pengalaman pahit ini. Karena itulah, sepekan setelah aksi penangkapan, ia tidak mau mempertajam konflik.

Terakhir harian Austria Salzburger Nachrichten yang terbit di Salzburg berkomentar : Aksi penahanan serdadu Inggris itu kontraproduktiv bagi Iran. Sebab citra yang hendak terus dijaga oleh Teheran, sebagai pihak yang tidak bersalah dalam konflik atom dengan barat, kini semakin diragukan. Juga negara yang pada prinsipnya mendukung Iran, yakni Cina dan Rusia menilai, penangkapan personal militer asing tidak cocok dengan politiknya. Karena aksi semacam itu, justru hanya memicu ketidak percayaan dan prasangka buruk terhadap Iran. Dan juga hanya akan memperkuat posisi lawan.