1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konflik Kashmir / Masa depan Monaco

8 April 2005

Tema sorotan kali ini, konflik Kashmir dan masa depan Monaco setelah meninggalnya Pangeran Rainier

Pembukaan trayek bus antara Kashmir India dan Kashmir Pakistan
Pembukaan trayek bus antara Kashmir India dan Kashmir PakistanFoto: AP

Perjalanan bus pertama dari wilayah Kashmir India ke Kashmir Pakistan telah lulus ujian berat. Meski kelompok gerilyawan Kashmir melancarkan serangan terhadap penumpang bus , pemerintah India dan Pakistan berhasil menghidupkan kembali trayek angkutan bus umum melintasi wilayah Kashmir yang terbelah. Dengan dibukanya layanan angkutan bus umum dari Srinagar di Kashmir India ke Muzaffarabad di Kashmir Pakistan, dan sebaliknya, bukanlah berarti bahwa masalah Kashmir telah terselesaikan.

Namun harian Jerman Neue Osnabrucker Zeitung optimis dengan pertanda peredaan ketegangan dalam konflik Kashmir:

Mengapa Jerman juga senang bila di Kashmir beberapa penumpang bus dapat melintasi perbatasan India-Pakistan? Karena tiap pertanda peredaan dalam konflik Kashmir yang telah berlangsung sejak tahun 1947 punya makna politik penting bagi dunia. Bagaimana pun tidak ada konflik lain di dunia yang dapat menimbulkan perang dan bencana, yang akan melibatkan tiga kawasan besar, yakni China, India dan Pakistan. Kawasan yang dihuni separuh umat manusia, dimana tiga negara nuklir terlibat konflik sejak puluhan tahun, namun tidak memiliki struktur keamanan bersama. Melegakan bahwa semakin kuat kesadaran pemerintahan negara bersangkutan , bahwa dalam situasi seperti itu pertumbuhan ekonomi akan terhambat.

Juga harian Swiss Neue Zürcher Zeitung memandang dibukanya jalur bus antara Srinagar di India dan Musaffarabad di Pakistan, sebagai harapan bagi Kashmir:

Lebih setengah abad banyak warga Kashmir mengharapkan dapat berkunjung ke orangtua, saudara, anak-anak atau cucunya, yang hidup terpisah , akibat pembagian Kashmir pada tahun 1947. PM India Manmohan Songh serta ketua Partai Kongres yang memerintah, Sonia Gandhi, tidak mau absen pada saat pelepasan bus di Srinagar. Isyarat tsb penting bagi rakyat di Jammu dan Kashmir , yang mayoritas beragama Muslim, mengingat politik penindasan India selama puluhan tahun. Namun isyarat itu saja tidak cukup. Bagi penyelesaian konflik Kashmir juga diperlukan kompromi politik yang menyakitkan.

Pangeran Rainier, yang memimpin modernisasi Monaco, meninggal dunia pada hari Rabu lalu (6/4) dalam usia 81 tahun. Menjelang pemakamannya hari Kamis mendatang tanggal 15 April, harian Spanyol ABC menurunkan komentar tentang masa depan Monaco:

Nasib keluarga kerajaan Monaco menjadi produk yang dikonsum tiap hari oleh jutaan publik di seluruh dunia. Itulah sebabnya mengapa kematian dan wafatnya Rainier diberitakan luas oleh media massa. Adalah dinasti Grimaldi sendiri yang selama ini membuat publik aspek-aspek intim kehidupan pribadinya. Apakah kerajaan kecil itu mampu eksis , setelah wafatnya Rainier yang selama ini membuat Monaco bahan publikasi di halaman pertama koran-koran tabloid.

Pangeran Albert, anak laki satu-satunya menggantikan Rainier. Meski Albert telah dipersiapkan untuk menggantikan ayahnya, suratkabar Perancis Le Figaro meragukan kewibawaan Pangeran Albert :

Rainier telah mengalami lima paus dan tujuh presiden Perancis. Dengan tegas ia menentang Jenderal de Gaulle . Ia juga tanpa tedeng aling menunjukkan sikapnya terhadap Jacques Chirac , yang sering kali mirip insiden diplomatik. Hubungan antara Monaco dan Perancis kadang-kadang dingin, kadang-kadang hangat lagi. Namun Pangeran Rainier selalu memanfaatkan peluang untuk membebaskan diri dari pengaruh Perancis. Sebaliknya Perancis menikmati manfaat dari kesuksesan kepariwisataan di Monaco, yang menguntungkan bagi kedua negara. Pertanyaannya adalah, apakah Pangeran Albert II memiliki kewibawaan dan kemampuan seperti ayahnya yang akrab dipanggil dengan sebutan "boss"