1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikSudan

Konflik Sudan: Gencatan Senjata 72 Jam Berhasil Disepakati

25 April 2023

Kelompok bertikai di Sudan sepakati gencatan senjata selama 72 jam, setelah mediasi dengan pihak AS, kata Menlu AS Antony Blinken. Warga negara asing mulai dievakuasi.

Serangan bom di Sudan
Kelompok bertikai di Sudan menyetujui gencatan senjata selama 72 jam yang dimulai pada hari Selasa (25/04)Foto: ASSOCIATED PRESS/picture alliance

Kelompok yang bertikai di Sudan resmi menyetujui gencatan senjata selama 72 jam yang dimulai pada hari Selasa (25/04). Sementara itu, beberapa negara-negara Barat, Arab hingga negara Asia, terus berlomba-lomba untuk mengeluarkan warganya dari negara tersebut.

Menurut Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Antony Blinken, kedua pihak yang saling bertikai di Sudan berhasul mencapai kesepakatan setelah melalui negosiasi yang cukup intens selama dua hari.

Pasukan Dukungan Cepat (RSF) mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menyetujui gencatan senjata tersebut dalam upaya memfasilitasi kemanusiaan. "Kami menegaskan komitmen kami untuk melakukan gencatan senjata secara menyeluruh," tegas RSF.

Evakuasi sebagian besar diplomat dan beberapa warga negara asing yang terjebak di Sudan terus berlanjutFoto: État-major des armées

Ribuan orang terpaksa mengungsi

Puluhan ribu orang, termasuk warga Sudan dan warga negara asing terpaksa harus mengungsi ke negara tetangga seperti Mesir, Chad hingga wilayah Sudan Selatan.

Di tengah cuaca panas yang menyengat, konvoi sebanyak 65 kendaraan yang membawa puluhan anak-anak, bersamaan dengan ratusan diplomat dan pekerja asing, kini sudah dalam perjalanan sejauh 800 kilometer dari ibu kota Khartoum menuju kota Port Sudan di Laut Merah.

Jepang mengatakan bahwa semua warganya yang ingin meninggalkan Sudan telah berhasil dievakuasi. Sedangkan Paris mengatakan pihaknya telah mengatur jadwal evakuasi 491 orang, termasuk 196 warga negara Prancis dan sisanya dari 36 negara lainnya.

Pada hari Senin (24/04), setidaknya empat pesawat angkatan udara Jerman telah mengevakuasi lebih dari 400 orang dari berbagai negara, sementara Kemlu Arab Saudi mengatakan bahwa pihaknya juga telah mengevakuasi sekitar 356 orang, termasuk 101 warga negara Arab Saudi dan orang-orang dari 26 negara lainnya.

Militer Jerman mengirimkan tiga pesawat ke SudanFoto: Weyland/Bundeswehr/dpa/picture alliance

Operasi bantuan kemanusiaan ikut terhambat

Akibat pertempuran ini, situasi di negara terbesar ketiga di Afrika dengan 46 juta penduduknya itu semakin suram. Juru bicara PBB Farhan Haq mengatakan bahwa beberapa penjarahan pasokan kemanusiaan akibat "pertempuran sengit" di ibu kota Khartoum itu telah menghambat operasi organisasi-organisasi bantuan dunia.

Beberapa organisasi tersebut telah menarik semua stafnya, termasuk salah satu organisasi kemanusiaan terbesar Program Pangan Dunia (WFP), yang menangguhkan misi pendistribusian makanan untuk negara tersebut.

"Cepatnya proses evakuasi pihak Barat menunjukkan bahwa negara ini berada di ambang kehancuran. Namun kami mengharapkan peran yang lebih besar dari pihak Barat untuk mendukung terwujudnya stabilitas dengan menekan kedua belah pihak untuk menghentikan pertempuran," ujar Suleiman Awad, seorang akademisi berusia 43 tahun di Omdurman.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa konflik di negara yang mengapit Laut Merah, Tanduk Afrika, dan wilayah Sahel ini "berisiko menimbulkan bencana besar ... yang dapat melanda seluruh wilayah dan sekitarnya".

Guterres telah mendesak 15 anggota Dewan Keamanan PBB untuk mengembalikan Sudan ke jalur demokrasi. Pertemuan para Dewan Keamanan PBB untuk membahas situasi di Sudan itu rencananya akan digelar pada hari Selasa (25/04).

kp/gtp (AFP, Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait