Pertemuan tingkat menteri G20 di Bonn, diwarnai tekanan terhadap sikap AS atas konflik Suriah. Juga dorongan bagi kerjasama yang lebih besar untuk mengatasi konflik dunia saat ini dan mencegah krisis di masa depan
Iklan
Dalam pertemuan tingkat menteri G20 yang digelar di Bonn, menteri luar negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, menghadapi tekanan dari mitra kerjanya yang mencari kejelasan tentang posisi Washington terhadap konflik Suriah.
Tillerson meets Lavrov in Bonn
00:27
Di sela-sela pertemuan G20 di Jerman, Tillerson bergabung dengan kelompok negara-negara yang mendukung oposisi Suriah untuk mendorong solusi damai dari perang saudara yang sudah berlangsung selama hampir enam tahun di negara itu. "Pertemuan G20 ini akan menjadi kesempatan untuk mengukur posisi Amerika dalam aspek politik dari masalah Suriah," kata seorang sumber diplomatik Perancis kepada kantor berita AFP.
Di bawah pemerintahan sebelumnya yang dipimpin Barack Obama, Washington bersikeras Presiden Suriah, Bashar al Assad harus lengser. Keinginan AS ini bertentangan dengan sikap Rusia yang menjadi sandaran utama pemimpin Suriah itu. Sementara, presiden AS saat ini, Donald Trump telah menyerukan kerjasama yang lebih erat dengan Moskow dalam memerangi kelompok jihadis ISIS di Suriah.
Tekanan terhadap AS meningkat
Pertemuan G20 juga menjadi kesempatan bagi banyak menteri, termasuk dari Arab Saudi, Inggris dan Rusia, untuk mengadakan tatap muka pertama mereka dengan Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson.
Para diplomat mengakui ingin mengetahui apa tujuan dari pernyataan Presiden Donald Trump menempatkan "Amerika sebagai yang pertama" serta ingin memahami kebijakan luar negeri baru Washington. Selama ini, jawaban yang mereka terima tidak menambah kejelasan atas pernyataan Trump itu.
Tantangan Politik Presiden Baru AS
Siapapun presiden Amerika Serikat yang terpilih, ia harus berhadapan dengan sederet isu politik yang tidak mudah untuk dituntaskan. Berikut daftarnya.
Foto: Reuters/M. Segar
Perang Dingin Jilid Dua
Kebangkitan Rusia bersama Vladimir Putin menjadi tantangan terbesar presiden baru Amerika Serikat. Moskow tidak cuma menyaplok bagian timur Ukraina dan mulai mengancam Eropa, tetapi juga ikut mengusik kepentingan AS di Timur Tengah dan Asia. Apapun isu luar negeri yang bakal dihadapi penguasa baru Gedung Putih, Amerika akan berurusan dengan Rusia.
Foto: Reuters/H. Hanschke
Perang Suriah & Irak
Perang melawan Islamic State berubah menjadi titian panas diplomasi buat AS. Selain Rusia yang aktif di Suriah, Washington mulai kewalahan menghadapi sikap acuh dua sekutunya, Turki dan Arab Saudi. Presiden baru AS nantinya harus mencari jalan tengah untuk mengalahkan ISIS dan mengamankan pengaruhnya di kawasan tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/N. Al.Khatib
Laut Cina Selatan
Presiden Barack Obama pernah mendeklarasikan poros baru di Asia Tenggara buat menghadang ambisi Cina di Laut Cina Selatan. Kini poros tersebut tinggal sejarah. Filipina dan Malaysia, sekutu terdekat AS di kawasan, saat ini telah berpaling dan mendekat ke Beijing. Harapan terbesar Washington saat ini terletak pada Vietnam dan Jepang.
Menurut Perjanjian Iklim Paris, Amerika Serikat berkomitmen mengurangi emisi CO2 sebanyak 28% dari level 2005 pada tahun 2020. Untuk itu presiden baru AS harus memperkuat pondasi ekonomi hijau dan mengekang jejak karbon perusahaan-perusahaan domestik. Langkah tersebut dipastikan bakal mengundang pergolakan di Washington yang dikuasai lobi industri.
Foto: Getty Images/L. Maree
Krisis Pengungsi di Eropa
Hingga saat ini krisis pengungsi hanya menjadi isu abstrak yang cuma digunakan sebagai alat kampanye jelang pilpres. Tapi cepat atau lambat, krisis yang menghinggapi Eropa itu bakal menjadi realita di Amerika Serikat. Presiden Barack Obama sudah berjanji akan menampung hingga 200.000 pengungsi Suriah tahun 2017. Tidak jelas apakah presiden baru akan melanjutkan kebijakan pendahulunya itu.
Foto: Getty Images/M. Turner
Kekerasan Bersenjata
Sebanyak 375 penembakan massal terjadi di AS tahun 2015. Pada tahun yang sama 13,286 orang tewas oleh senjata api. Maraknya tindakan kekerasan bersenjata menjadi isu politik yang sulit ditanggulangi Presiden Barack Obama lantaran posisinya yang melemah oleh dominasi Partai Republik di Kongres dan Senat. Fenomena muram tersebut bakal diwariskan kepada presiden baru AS.
Foto: Reuters
Brutalitas Polisi & Rasisme
Warga kulit hitam berpeluang tiga kali lipat lebih besar untuk menjadi korban penembakan polisi. Statistik yang dirilis Washington Post itu menunjukkan masalah rasisme yang masih mengakar di institusi pemerintahan dan pengadilan. Brutalitas aparat keamanan saat ini tidak cuma memicu ketegangan sosial di AS, tetapi juga merusak citra AS di luar negeri.
Foto: Getty Images/S.Platt
Kemiskinan
Sekitar 14% penduduk dan 20% anak-anak di Amerika Serikat hidup dalam himpitan kemiskinan. Jumlahnya mencapai 50 juta orang. Setiap tahun kemiskinan di AS menciptakan kerugian senilai 500 milyar Dollar AS dalam bentuk potensi produktivitas, kriminalitas dan biaya kesehatan. Presiden baru AS harus menginvestasikan dana senilai 77 milyar Dollar AS per tahun untuk mengatasi masalah tersebut.
Foto: Reuters
8 foto1 | 8
Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Marc Ayrault, mengatakan terkait konflik Timur Tengah, Tillerson mengusulkan kemungkinan solusi lain, tidak hanya solusi dua negara untuk Israel dan Palestina. Sementara, dalam sengketa program nuklir Iran, Ayrault mengatakan kepada wartawan ia merasa "adanya titik perbedaan" setelah Tillerson mengatakan AS akan meninjau kesepakatan atom dengan Iran "dari awal."
Tillerson menegaskan setelah pertemuan sesi pertamanya di forum G20 dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov pada hari Kamis (16/02), bahwa AS berusaha bekerja sama dengan Moskow hanya jika hal tersebut "akan menguntungkan rakyat Amerika".
Mempererat kerjasama penanggulangan masalah global
Pertemuan tingkat menteri 20 negara-nregara industri dan negara berkembang utama global terkemuka G20 yang berlangsung di Bonn, Jerman, bertujuan mendorong kerjasama yang lebih besar untuk mengatasi konflik dunia saat ini. Juga sekaligus mencari upaya bersama untuk mencegah krisis di masa depan,
Dalam pertemuan ini, menteri luar negeri Jerman Sigmar Gabriel mengatakan, tidak ada satu negara pun yang bisa memecahkan masalah-masalah seperti perubahan iklim, terorisme dan migrasi massal secara sendirian. "Ini hanya bisa dilakukan lewat kerjasama dan keterbukaan," ujar Sigmar Gabriel kepada wartawan di Bonn, Jerman. Namun Gabriel menolak menjawab, apakah delegasi AS ikut berbicara mengenai hal itu.
Kekuatan Ekonomi Global Masa Depan
Cina diprediksi akan merajai perekonomian dunia tahun 2050 menurut Economist Intelligence Unit. Tapi kiprah negeri tirai bambu itu bukan temuan yang paling mengejutkan, melainkan posisi Indonesia.
Foto: Fotolia
1. Cina
Negeri tirai bambu ini berada di peringkat kedua daftar negara sesuai besaran Produk Domestik Brutto-nya (PDB). Cina tahun 2014 berada di posisi kedua, di bawah AS dengan 11,212 Triliun Dollar AS. Tapi pada tahun 2050, Economist Intelligence Unit memprediksi Cina akan mampu melipatgandakan PDB-nya menjadi 105,916 Triliun Dollar AS.
Foto: imago/CTK Photo
2. Amerika Serikat
Saat ini AS masih mendominasi perekonomian global. Dengan nilai nominal PDB yang berada di kisaran 17,419 Triliun Dollar AS per tahun, tidak ada negara lain yang mampu menyaingi negeri paman sam itu. Tapi untuk 2050 ceritanya berbeda. AS akan turun ke peringkat dua dengan nilai PDB 70,913 Triliun Dollar AS.
Foto: picture-alliance/dpa/J. F. Martin
3. India
Tahun 2050 India akan menikmati pertumbuhan konstan di kisaran 5%, menurut studi EIU. Saat ini raksasa Asia Selatan ini bertengger di posisi sembilan daftar raksasa ekonomi terbesar dunia dengan nilai PDB 2 Triliun Dollar AS. Tapi 35 tahun kemudian India akan merangsek ke posisi ketiga di bawah AS dengan pendapatan nasional sebesar 63 triliun Dollar AS.
Foto: Reuters/N. Chitrakar
4. Indonesia
Perekonomian Indonesia membaik setekah tiga kali bangkrut menyusul krisis moneter berkepanjangan. Saat ini Indonesia mencatat nilai nominal PDB sebesar 895 Miliar Dollar AS dan berada di peringkat 16 dalam daftar kekuatan ekonomi global. Tahun 2050, Econimist Intelligence Unit memproyeksikan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat dengan PDB sebesar 15,4 Triliun Dollar AS.
Foto: picture-alliance/dpa
5. Jepang
Serupa AS, Jepang terpaksa turun peringkat di tahun 2050. Saat ini negeri sakura itu masih bertengger di posisi ketiga kekuatan ekonomi terbesar sejagad, dengan perolehan PDB sebesar 4,6 Triliun Dollar AS. 35 tahun kemudian, Jepang digeser oleh Indonesia dan terpaksa melorot ke peringkat lima dengan 11,7 Triliun Dollar AS.
Foto: AP
6. Jerman
Perekonomian Jerman banyak ditopang oleh sektor riil yang didominasi oleh industri padat karya. Tapi menurut EIU, justru sektor inilah yang akan banyak menyusut di masa depan. Jerman diyakini bakal kehilangan seperlima tenaga kerjanya pada 2050. Hasilnya, Jerman yang saat ini di posisi keempat dengan PDB sebesar 3,8 Triliun, akan merosot ke posisi enam dengan perolehan 11,3 Triliun Dollar AS.
Foto: imago/Caro
7. Brasil
Dari semua negara di posisi sepuluh besar, cuma Brasil yang tidak berubah. Saat ini raksasa Amerika Selatan itu berada di posisi tujuh dengan nominal PDB sebesar 2,3 Triliun Dollar AS. Di posisi yang sama Brasil bakal mencatat perolehan sebesar 10,3 Triliun Dollar AS tahun 2050.
Foto: picture-alliance/dpa/W. Rudhart
7 foto1 | 7
Sigmar Gabriel, yang menjadi tuan rumah pertemuan tingkat menteri G20 menyebutkan, Jerman juga menolak tuntutan untuk menaikkan anggaran pertahanan seperti diminta pemerintahan Donald Trump. Alasannya, Jerman telah banyak melakukan berbagai hal dalam penanganan pengungsi Suriah, Irak dan Afghanistan dan berkontribusi pada pembangunan internasional. Saat Jerman menerima hampir satu juta pengungsi.
Secara resmi, pembicaraan di Bonn berfokus pada pencapaian 17 tujuan pembangunan berkelanjutan hingga tahun 2030. Mengenali dan mencegah krisis di masa depan, serta bantuan untuk Afrika, juga dalam agenda. Dalam isu hubungan trans-Atlantik, Gabriel menunjukkan bahwa Jerman sangat ingin meningkatkan hubungan dengan Rusia dan Cina, yang selama ini kadang-kadang mengalami ketegangan.
Setelah pertemuan G20 berakhir pada hari Jumat (17/02), beberapa negara anggota G20 akan melanjutkan pertemuan membahas tema keamanan global dalam Konferensi Keamanan Munchen. Wakil Presiden AS Mike Pence dijadwaklan akan membuat debut internasional.
Perubahan Dunia Dekade Mendatang
Apa jadinya politik ekonomi dunia satu dekade ke depan? Lembaga intelijen swasta Strategic Forecasting, Stratfor memprediksi tren 10 tahun mendatang. Kekuatan AS melemah, negara terkemuka lain alami laju penurunan.
Foto: Fotolia/Joachim Wendler
Rusia
Tidak ada pemberontakan besar-besaran, tapi Stratfor memperingatkan, melemahnya kontrol pemerintah pusat bisa menyebabkan kevakuman kuasa. Sanksi global, penurunan harga minyak, krisis mata uang, naiknya budget militer, meningkatnya perselisihan internal melemahkan Rusia. Rusia tidak akan secara resmi dipecah menjadi beberapa negara, tetapi kemungkinan terjadi selisih antar daerah semiotonom.
Foto: Fotolia/scaliger
AS menggunakan kekuatan militer untuk redam ancaman
Infrastruktur senjata nuklir Rusia tersebar di wilayah geografis yang luas. Jika terjadi disintegrasi politik, itu berarti akan terjadi kekosongan kontrol kekuasaan paling berbahaya di dunia. Dan AS akan mencari tahu apa yang harus dilakukan bahkan jika itu berarti pengiriman pasukan untuk mengamankan senjata, merebut kontrol dari pos-pos militer dan menjamin bahwa tidak ada rudal ditembakkan.
Foto: picture-alliance/dpa/Tass/D. Rogulin
Jerman akan hadapi masalah ...
Perekonomian Jerman bergantung pada sektor ekspor yang memetik manfaat dari liberalisasi perdagangan benua, yang diaktifkan melalui Uni Eropa dan mata uang Euro. Jika terjadi krisis Euro, maka negara ini ynag paling merasakan dampaknya. Konsumsi domestik tidak memberi pengaruh besar. Hasilnya adalah stagnasi ekonomi seperti Jepang.
Foto: picture alliance / dpa / H. Schmidt
Polandia akan menjadi salah satu pemimpin Eropa
Pusat pertumbuhan ekonomi dan pengaruh politik akan mengarah ke Polandia, kata laporan itu. Populasi Polandia tidak menurun seperti banyak terjadi di negara besar Eropa lainnya. Faktanya, Polandia akan makmur. Kepemimpinan di kawasan regional akan memperbesar prestise politik dan ekonomi negara itu, apalagi jika ditambah kemitraan strategis jangka panjang dengan AS.
Foto: Getty Images/AFP/D. Dilkoff
Akan ada empat bagian Eropa
Dalam 10 tahun ke depan, diprediksi 4 kawasan yang akan jadi semakin terasing satu sama lain: Eropa Barat, Eropa Timur, Skandinavia, dan Inggris. Mereka masih akan harus berbagi lingkungan yang sama, tetapi tidak akan sedekat sebelumnya. Uni Eropa bertahan, tapi hubungan ekonomi, politik, dan militer dipengaruhi hubungan multilateral bilateral atau terbatas di lingkup kecil dan tidak mengikat.
Foto: Imago
Turki dan AS menjadi sekutu dekat, untuk alasan yang tak terduga
Turki akan enggan untuk campur tangan dalam konflik di perbatasan, tetapi mau tidak mau harus melakukannya, demikian menurut ramalan Stratfor. Peningkatan kekuatan dan ketegasan Ankara terhadap tetangganya, membuat Turki enjadi mitra yang sangat diperlukan AS. Tapi Turki akan menginginkan sesuatu sebagai balasannya: garis pertahanan negara yang kuat dengan bantuan AS.
Foto: picture-alliance/dpa
Jepang akan meningkatkan kekuatan angkatan laut di Asia
Jepang memiliki tradisi maritim dan sebagai sebuah negara kepulauan tergantung pada impor. Jepang memperkuat angkatan lautnya, karena Cina juga memperbesar kekuatan maritim di rute pelayaran Cina Timur, Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia, dimana Jepang memerlukan wilayah itu untuk perdagangan. Jepang juga tergantung pada Amerika Serikat untuk menjamin akses di wilayah-wilayah tersebut.
Foto: Reuters/T. Peter
Meredam Eskalasi Militer di Laut China Selatan
Kekuatan regional akan memutuskan sesuatu agar sengketa Laut Cina Selatan yang tidak menyebabkan eskalasi militer, tapi sengketa itu masih akan menunjukan gejala dinamis. Tiga pemain lama akan muncul. Rusia, dengan kekuatannya menurun, akan semakin kehilangan kemampuan untuk melindungi kepentingan maritim. Cina dan Jepang keduanya akan berusaha keras mempertahankan wilayah sengketa.
Foto: Reuters
Akan ada 16 mini-Cina
Ekonomi China akan melambat dan pertumbuhan kapasitas produksi akan mencapai garis datar. Manufaktur Cina akan bermigrasi ke 16 negara berkembang. Meksiko, Nikaragua, Republik Dominika, Peru, Ethiopia, Uganda, Kenya, Tanzania, Bangladesh, Myanmar, Sri Lanka, Laos, Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Indonesia bisa meningkatkan ekonomi selama dekade berikutnya karena lebih banyak pekerjaan manufaktur.
Foto: AFP/Getty Images/J. Eisele
Kekuasaan AS akan menurun
Dengan dunia yang lebih tidak teratur dan tak terduga selama 10 tahun ke depan, AS akan merespon bijaksana tentang bagaimana mengambil tantangan, daripada mengambil peran kepemimpinan aktif dalam memecahkan masalah dunia. AS akan lebih menahan diri dalam urusan global.