Amerika Serikat memperdebatkan pengiriman senjata ke Ukraina sebagai dukungan untuk memerangi separatis pro-Rusia. Aksi ini hanya akan memicu perlombaan senjata dengan Rusia. Komentar Miodrag Soric.
Iklan
Ketidak sabaran untuk mengakhiri penderitaan warga akibat perang saudara di Ukraina meningkat. Amerika sudah berunding dengan presiden Rusia, Vladimir Putin terkait hal itu. Hasilnya nihil.
Bersama mitranya di Eropa, Washington menerapkan sanksi ekonomi terhadap Moskow. Tapi pimpinan di Kremlin samasekali tidak mengubah politiknya tentang Ukraina yang agresif. Dalam beberapa bulan belakangan, pemberontak pro Rusia dapat merebut kawasan lebih luas.
Suasana di Washington gerah. Diperlukan solusi cepat, yang bisa ada dampaknya di Ukraina, sekaligus menegaskan kekuatan Amerika. Ini kesempatan bagus bagi pendukung intervensi. Mereka menuntut pengiriman senjata modern ke Ukraina. Argumentasi mereka: inilah senjata yang akan segera mendesak mundur tentara Rusia.
Kelompok pendukung intervensi dan lawan politik presiden Barack Obama memaki dia sebagai pengecut. Tentu saja ini omong kosong politik. Realitanya, Obama berusaha menarik pelajaran dari kesalahan di masa lalu. Yakni, tidak semua konflik dapat dituntaskan secara militer.
Apa jadinya, jika Obama menyuplai senjata modern kepada tentara Ukraina dan sebaliknya Putin memasok senjata serupa kepada kaum separatis? Akan muncul lomba persenjataan. Yang terutama akan menguntungkan industri mesin perang. Dalam situasi perang saudara seperti itu, makin banyak senjata akan berarti makin banyak aksi kekerasan.
Tidak ada yang menghendaki situasi semacam itu. Karena alasan inilah, mayoritas negara Eropa dimotori kanselir Jerman, Angela Merkel, menolak tegas pengiriman lebih banyak senjata.
Rumah Sakit di Donetsk Menderita Akibat Perang
Rumah Sakit Psikiatri di Donetsk berada di lokasi front terdepan pertempuran antara separatis pro-Rusia lawan tentara Ukraina. Di musim dingin situasinya sangat memprihatinkan.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Dekat Front Pertempuran
Rumah Sakit Psikiatri No.1 Donetsk berlokasi di distrik Petrovsky, salah satu front terdepan ajang pertempuran antara separatis pro Rusia melawan militer Ukraina. Gedung rumah sakit menjadi sasaran tembakan artileri Desember 2014 silam.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Suhu Amat Dingin
Banyak jendela rusak akibat tembakan. Suhu di kawasan ini di musim dingin bisa mencapai minus 25° Celsius. Pasien dan staf rumah sakit bekerjasama memotong kayu bakar dari pohon yang tumbang akibat gempuran artileri, untuk bahan bakar perapian penghangat ruang.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Tugas Rangkap
Dokter tidak hanya bertugas menjaga kesehatan mental pasiennya. Tapi juga bekerja mengurus perapian dan mempertahankan agar rumah sakit tetap hangat, agar suhu dingin tidak jadi gangguan. Di hari-hari sangat dingin, pasien dan staf berkumpul di dekat perapian agar tetap hangat.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Berbagi Ruangan
Sejumlah ranjang perawatan dipindah ke kantor dokter yang terluput dari gempuran artileri, juga ke koridor. Rumah sakit tak punya uang untuk perbaikan. Jendela yang pecah ditutup dengan tripleks.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Menyambut Musim Dingin
Agar tidak patah semangat, sedikit hiasan berupa tanaman dan kembang dipasang untuk menyambut musim dingin. Vas kembangnya adalah bekas peluru penangkis tank berkaliber 100 mm yang ditemukan di halaman rumah sakit.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Waktu Makan Siang
Pasien harus mengambil sendiri makan siang dari dapur rumah sakit. Juga perawat dan staf mengambil makan siangnya di dapur. Inilah waktu di mana para pasien boleh meninggalkan ruang perawatan.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Makan Bersama
Pasien makan siang bersama di ruang perawatan utama rumah sakit. Masalah utama adalah suplai makanan karena tidak ada lagi dermawan penyumbang bahan makanan. Kini semua tergantung bantuan gereja atau perorangan, yang membantu semampu mereka.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Dijejal di Sebuah Ruangan
Dokter dan perawat mengunjungi pasiennya yang dijejal di sebuah ruangan. Gedung utama rumah sakit rusak berat dan atap dapur juga hancur dilanda gempuran artileri. Akibatnya ruang utuh yang tersisa digunakan merewat pasien, dan terpaksa dengan berdesak-desakan.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Mencukur Rambut Sukarela
Seorang tukang cukur secara sukarela datang ke rumah sakit untuk memangkas rambut pasien. Pasien antri sambil berbaring di ranjang perawatan.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Jeda Merokok
Seorang pasien sedang jeda merokok di balkon yang dilindungi terali. Rokok dan korek api disimpan oleh para perawat. Mereka memberikannya kepada pasien sesuai jadwal waktu yang diatur sebelumnya.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
10 foto1 | 10
Pelajaran berikutnya: Barang siapa menyuplai senjata, berarti ikut bertanggung jawab untuk apa yang terjadi di front tempur. Apa jadinya, jika misalnya senjata penangkis panser jatuh ke tangan paramiliter? Pemasokan senjata dari Amerika Serikat ke Ukraina, hanya dapat dipertangggung jawabkan jika pemerintah di Kiev dapat memberi jaminan, senjata tidak akan jatuh ke tangan yang salah.
Karena itu, sebelum menyetujui suplai senjata, Obama akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan menteri luar negerinya, yang akan terbang ke Kiev pekan ini. Atau juga dengan kanselir Merkel yang akan berkunjung ke Gedung Putih pekan depan. Tentu saja, Merkel tidak membawa solusi apapun dalam kunjungan kali ini.