1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konsulat AS di Libya Diserang

12 September 2012

Pasukan keamanan dan demonstran terlibat bentrok di Konsulat Amerika Serikat di Benghazi. Pejabat lokal mengatakan seorang staf konsulat AS terbunuh. Serangan serangan serupa juga terjadi di Mesir.

Foto: Reuters

Amerika Serikat membenarkan adanya peristiwa itu sambil mengutuk serangan yang terjadi di kota Benghazi di bagian timur Libya pada Selasa (11/09) malam, di mana laporan setempat mengatakan bahwa bangunan itu diserang dengan granat mortir.

„Kami bisa mengkonfirmasi bahwa kantor kami di Benghazi, Libya telah diserang oleh kelompok militan,“ kata juru bicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland  kepada para reporter di Washington. „Kami mengutuk dalam istilah yang sekeras-kerasnya peristiwa penyerangan atas misi diplomatik kami.”

Seorang Pejabat AS Tewas

Sumber keamanan di Libya, termasuk wakil Menteri Dalam Negeri, Wanis al-Sharef, mengatakan bahwa seorang pejabat Amerika terbunuh dalam serangan itu.

„Satu pejabat Amerika terbunuh dan yang lainnya mengalami luka di tangan. Para staf lain telah dievakuasi dan kini berada di tempat yang aman,“ kata al-Sharef.

Masih belum jelas apakah staf yang tewas itu adalah seorang diplomat. Menteri Luar Negeri Hillary Clinton telah mengeluarkan pernyataan yang membenarkan bahwa pejabat Departemen Luar Negeri telah terbunuh, dan mengatakan “Kami sangat bersedih atas kehilangan ini.“

Benghazi adalah wilayah kubu oposisi selama pemberontakan tahun lalu yang berakhir dengan jatuhnya diktator Muammar Gaddafi. Kota itu juga menjadi basis sementara bagi pemerintahan alternatif saat Libya berada di puncak konflik. Wilayah ini tetap bergejolak meski Gaddafi telah dijatuhkan.


Serangan Serupa di Kairo

Serangan di Benghazi ini serupa dengan peristiwa di Kairo pada hari Selasa (12/09) pagi, saat para demonstran yang marah melempari Kedutaan Amerika, dan dengan cepat memanjat tembok serta mengganti bendera Amerika.

„Di Kairo kami bisa memastikan bahwa polisi Mesir telah menghalau para demosntran yang memasuki kedutaan,“ ujar juru bicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland.

Laporan awal menyebutkan bahwa para demonstran memprotes sebuah film yang mereka sebut menghina nabi Muhamad.

Film Kontroversial

The Wall Street Journal melaporkan bahwa film itu berjudul “Innocence of Muslims.” Koran itu menyebutkan, sutradara merangkap produser film tersebut adalah Sam Bacile, seorang Yahudi-Amerika berusia 52 tahun yang berprofesi sebagai seorang pengembang perumahan di California. Bacile kepada koran itu mengatakan bahwa ia membuat film ini tahun lalu, setelah mengumpulkan sumbangan dari para donatur Yahudi.

“Islam adalah kanker,” kata Bacile kepada Wall Street Jounal, sambil mengatakan bahwa ia ingin menggunakan film ini untuk menunjukkan pandangannya bahwa Islam adalah agama yang penuh kebencian. “Film ini adalah sebuah film politik. Ini bukan film agama.”

afp/ dpa/ rtr (AB/ AS)