1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konsumsi Daging Asia Naik, Pakar Mewanti-wanti

cp/hp (dpa, afp)12 Januari 2014

Konsumsi daging dunia akan naik drastis tahun 2050, terutama di Asia, menyebabkan penggunaan lahan yang merusak dan berdampak buruk pada kesehatan manusia, demikian peringatan kelompok lingkungan Jerman.

Foto: picture-alliance/ZUMA Press

Kelompok lingkungan Jerman merilis '2014 Meat Atlas,' memprediksi konsumsi daging dunia naik menjadi 470 juta ton pada pertengahan abad ke-21 dengan dampak buruk bagi lingkungan dan sosial.

Itu berarti 150 juta ton lebih dari jumlah sekarang.

Saat ini sudah 70 persen lahan subur di dunia yang digunakan untuk memproduksi pakan ternak seperti babi dan sapi di fasilitas-fasilitas terindustrialisasi, menyisakan semakin sedikit lahan untuk pertanian subsisten, ungkap Yayasan Heinrich-Böll.

Penggunaan kacang kedelai

Studi atlas, yang juga diterbitkan oleh BUND, cabang Jerman Friends of the Earth, dan surat kabar bulanan Le Monde Diplomatique, menyoroti pakan ternak dari kacang kedelai, yang disebut akan berlipat ganda menjadi 515 juta ton per tahun.

Tahun 2022, India dan Cina dengan kelas menengah yang konsumtif dan terus meluas akan menyumbang 80 persen dari pertumbuhan produksi daging, ungkap studi.

Permintaan juga akan bertambah di negara-negara seperti Brasil, Afrika Selatan dan Rusia, melampaui Eropa dan Amerika Serikat dengan penjualan daging yang stagnan.

Warga Jerman rata-rata mengonsumsi 60 kilogram daging tahun 2012. Di Cina, konsumsi per kapita sekitar 38 kg dan Afrika 20 kg.

Daging burger dari kacang kedelaiFoto: Fotolia/Marco Mayer

Perekonomian yang 'merusak'

Pimpinan Heinrich-Böll Barbara Unmüssig mengatakan produksi daging yang terindustrialisasi di negara-negara Asia yang menyontoh negara barat membawa efek samping seperti skandal kontaminasi makanan dan penggunaan antibiotik dan hormon yang salah pada hewan ternak.

Unmüssig menilai produksi massal akan berujung pada perekonomian yang merusak dan konsekuensi fatal bagi keluarga petani subsisten.

Satu hidangan daging per minggu sudah cukup, kata Unmüssig. "Lebih baik kita kembali ke daging panggang bersama keluarga setiap hari Minggu," tambahnya, merujuk pada tradisi Eropa.

Dampak fatal terhadap hutan hujan

Pakar pertanian BUND, Reinhild Benning, mengatakan permintaan yang terus melambung atas lokasi-lokasi produksi pakan ternak akan berdampak 'fatal' terhadap hutan hujan tropis, tanah dan daerah aliran sungai, misalnya, akibat penggunaan pestisida.

Harga-harga sembako akan meroket, terutama memukul warga miskin.

Para penulis studi juga mewanti-wanti bahaya impor daging yang disuntik hormon, apabila negosiasi antara Amerika Serikat dan Uni Eropa berujung pada pakta perdagangan bebas.

Partai Hijau Jerman menilai pakta dapat mengikis standar keamanan pangan di Eropa yang susah payah diperjuangkan.

Kritik dari industri pangan

Merespon hasil studi, asosiasi industri pangan Jerman (BVE) menuding para penulis mencoba untuk mengharamkan gaya hidup tertentu bagi konsumen.

"Industri menawarkan produk makanan yang aman dan berkualitas tinggi, baik bagi vegan dan juga mereka yang suka makan schnitzel," ujar direktur asosiasi Christoph Minhoff.

Konsumsi hewan ternak setiap tahun di Jerman termasuk 58 juta babi, 630 juta ayam dan 3,2 juta sapi, menurut studi.

cp/hp (dpa, afp)