1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialIrlandia

Kontes Kecantikan Tradisional Imbangi Modernitas Irlandia

27 Agustus 2022

Saat kontes kecantikan Rose of Tralee berakhir pekan ini, para kontestan dengan gaun pesta berwarna-warni dan ikat pinggang sutra berdansa sambil menyanyikan lagu balada abad ke-19 yang menginspirasi kompetisi tersebut.

Kontes kecantikan Rose of Tralee Irlandia
Kontes kecantikan Rose of Tralee Irlandia kembali digelar setelah dua tahun absen karena pandemi COVID-19Foto: Paul Faith/AFP

Kontes kecantikan Rose Of Tralee di Irlandia kembali diselenggarakan setelah absen selama dua tahun karena pandemi COVID-19. Setidaknya 33 perempuan terpilih mengikuti ajang ini. Namun, sejumlah kritikus mengajukan pertanyaan tentang relevansi kontes di Irlandia modern dan keragaman kontestannya, lantaran barisan pertunjukan "serba putih" untuk tahun 2022.

Digelar pada tahun 1959, Rose of Tralee memilih kontestan, yang dikenal sebagai "mawar", dari seluruh Irlandia dan di seluruh dunia dari diaspora Irlandia.

Rose Cathrena Collins, seorang mahasiswa hukum berusia 24 tahun, mengatakan kepada AFP bahwa "sangat istimewa" untuk mewakili komunitas Irlandia di kotanya, seperti yang dilakukan neneknya pada tahun 1965.

"Itu sangat besar artinya bagi saya. Sejak kecil saya selalu mendengar cerita (tentang kontes itu). Dia (nenek) selalu berbicara tentang betapa terhormatnya ajang tersebut," jelasnya.

Irlandia yang modern

Perhelatan The Rose of Tralee telah menjadi tontonan utama di televisi Irlandia sejak pertama kali disiarkan pada tahun 1967.

Mary McGill, seorang dosen dan penulis Irlandia, mengatakan kontes itu berasal dari era ketika "gagasan puritan tentang Katolik" adalah "bagian besar" dari identitas Irlandia. Pada saat itu, gereja memiliki peran penting dalam masyarakat Irlandia dan perempuan ditempatkan "di bawah bentuk pengawasan ekstrem dan harapan tinggi seputar moralitas."

"(Ajang ini adalah) sesuatu yang khas dari Irlandia dan cukup tradisional, serta telah berhasil mendapatkan versi baru di abad ke-21 karena hubungannya dengan komunitas global."

Tahun ini, para kontestan ingin kontes ini mencerminkan reputasi Irlandia yang modern sebanyak mungkin.

Irlandia, rumah bagi sekitar lima juta orang, secara tradisional menjadi negara emigrasi, tetapi mulai berubah ketika ekonominya berkembang pada 1990-an, terutama dengan imigrasi dari Uni Eropa.

Kebanyakan penduduk masih menggolongkan diri mereka sebagai orang Irlandia kulit putih, tetapi keragaman etnis meningkat. Pada saat yang sama telah terjadi perubahan sosial, termasuk pernikahan sesama jenis dan liberalisasi undang-undang aborsi yang ketat.

Adanya aturan yang berubah

Kontes kecantikan Rose of Tralee disiarkan selama dua malam berturut-turut di jam tayang utama. Rachel Duffy dari Westmeath di Irlandia tengah, yang meraih kemenangan dalam ajang ini, berbicara tentang kebanggaannya mewakili komunitas pedesaan setelah kematian ibunya 14 tahun sebelumnya.

Pada Desember lalu, serangkaian perubahan aturan diumumkan, memungkinkan perempuan yang sudah menikah dan transpuan ikut dalam kontes ini. Batas usia pun berubah dari 28 menjadi 29 tahun.

Terlepas dari upaya tersebut, mantan kontestan Rose of Tralee Brianna Parkins mengkritik barisan "serba putih" selama debat radio untuk penyiar nasional RTE. "Sepertinya ada kurangnya keragaman. Ini bukan hanya masalah rasial di sini," kata kontestan tahun 2016 itu.

"Kami memiliki beberapa orang yang beragam yang masuk, tetapi saya ingin melihat angka-angka itu meningkat karena saya tidak berpikir itu adalah cerminan sejati masyarakat Irlandia saat ini."

Ketua Eksekutif Rose of Tralee Anthony O'Gara menolak kritik itu sebagai omong kosong, dengan menunjukkan tiga dari empat pemenang terakhir berasal dari etnis campuran.

"Terus terang, saya muak dengan orang-orang yang menemukan sudut pandang yang berbeda setiap tahun untuk Rose of Tralee Festival," tambahnya.

ha/hp (AFP)