Kontestan Miss Universe Desak Dunia Menentang Junta Militer
17 Mei 2021
Thuzar Wint Lwin memanfaatkan ajang Miss Universe 2020 pada Minggu (16/05) untuk menyerukan masyarakat global menentang junta militer Myanmar yang telah membunuh ratusan orang sejak kudeta pada 1 Februari lalu.
Iklan
"Orang-orang kami sekarat dan ditembak oleh militer setiap hari," kata kontestan Miss Universe Myanmar, Thuzar Wint Lwin dalam pesan video, di mana dia tampil di babak final di Seminole Hard Rock Hotel & Casino di Hollywood, Florida.
"Saya ingin mendorong semua orang untuk berbicara tentang Myanmar. Sebagai Miss Universe Myanmar sejak kudeta, saya telah berbicara sebanyak yang saya bisa," tambahnya.
Thuzar Wint Lwin tidak berhasil mencapai babak terakhir kompetisi Miss Universe, tetapi ia memenangkan penghargaan untuk Kostum Nasional Terbaik. Lwin mengenakan kostum etnis orang Chinnya dari Myanmar barat laut, yang menjadi lokasi pertempuran berkecamuk dalam beberapa hari terakhir antara tentara dan pejuang milisi anti-junta.
Saat dia berparade dengan kostum nasionalnya, Lwin mengangkat sebuah plakat bertuliskan: "Berdoa untuk Myanmar".
Juru bicara junta Myanmar tidak merespons permintaan wawancara terkait hal ini.
Thuzar Wint Lwin bersama puluhan selebriti, aktor, influencer media sosial, dan olahragawan Myanmar lainnya telah menentang kudeta junta militer. Menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, setidaknya 790 orang telah terbunuh oleh pasukan keamanan sejak kudeta. Lebih dari 5.000 orang telah ditangkap dan sekitar 4.000 lainnya masih ditahan.
Potret Aksi Protes Nasional Menentang Kudeta Militer di Myanmar
Warga Myanmar melakukan protes nasional menentang kudeta militer. Berbagai kalangan mulai dari dokter, guru, dan buruh menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan pemulihan demokrasi Myanmar.
Foto: AFP/Getty Images
Dokter dan perawat di garda depan
Kurang dari 24 jam setelah kudeta militer, para dokter dan perawat dari berbagai rumah sakit mengumumkan bahwa mereka melakukan mogok kerja. Mereka juga mengajak warga lainnya untuk bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil.
Foto: REUTERS
Koalisi protes dari berbagai kalangan
Sejak ajakan pembangkangan sipil tersebut, para pelajar, guru, buruh dan banyak kelompok sosial lainnya bergabung dalam gelombang protes. Para demonstran menyerukan dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Berikan kekuatan kembali kepada rakyat!" atau "Tujuan kami adalah mendapatkan demokrasi!"
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
Para biksu mendukung gerakan protes
Para Biksu juga turut dalam barisan para demonstran. "Sangha", komunitas monastik di Myanmar selalu memainkan peran penting di negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha ini.
Foto: AP Photo/picture alliance
Protes nasional
Demonstrasi berlangsung tidak hanya di pusat kota besar, seperti Yangon dan Mandalay, tetapi orang-orang juga turun ke jalan di daerah etnis minoritas, seperti di Negara Bagian Shan (terlihat di foto).
Foto: AFP/Getty Images
Simbol tiga jari
Para demonstran melambangkan simbol tiga jari sebagai bentuk perlawanan terhadap kudeta militer. Simbol yang diadopsi dari film Hollywood "The Hunger Games" ini juga dilakukan oleh para demonstran di Thailand untuk melawan monarki.
Foto: REUTERS
Dukungan dari balkon
Bagi warga yang tidak turun ke jalan untuk berunjuk rasa, mereka turut menyuarakan dukungan dari balkon-balkon rumah mereka dan menyediakan makanan dan air.
Foto: REUTERS
Menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi
Para demonstran menuntut dikembalikannya pemerintahan demokratis dan pembebasan Aung San Suu Kyi serta politisi tingkat tinggi lain dari partai yang memerintah Myanmar secara de facto, yakni Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Militer menangkap Aung San Suu Kyi dan anggota NLD lainnya pada hari Senin 1 Februari 2021.
Foto: Reuters
Dukungan untuk pemerintahan militer
Pendukung pemerintah militer dan partai para jenderal USDP (Partai Solidaritas dan Pembangunan Persatuan), juga mengadakan beberapa demonstrasi terisolasi di seluruh negeri.
Foto: Thet Aung/AFP/Getty Images
Memori Kudeta 1988
Kudeta tahun 1988 selalu teringat jelas di benak warga selama protes saat ini. Kala itu, suasana menjadi kacau dan tidak tertib saat militer diminta menangani kondisi di tengah protes anti-pemerintah. Ribuan orang tewas, puluhan ribu orang ditangkap, dan banyak mahasiswa dan aktivis mengungsi ke luar negeri.
Foto: ullstein bild-Heritage Images/Alain Evrard
Meriam air di Naypyitaw
Naypyitaw, ibu kota Myanmar di pusat terpencil negara itu, dibangun khusus oleh militer dan diresmikan pada tahun 2005. Pasukan keamanan di kota ini telah mengerahkan meriam air untuk melawan para demonstran.
Foto: Social Media via Reuters
Ketegangan semakin meningkat
Kekerasan meningkat di beberapa wilayah, salah satunya di Myawaddy, sebuah kota di Negara Bagian Kayin selatan. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Foto: Reuters TV
Bunga untuk pasukan keamanan
Militer mengumumkan bahwa penentangan terhadap junta militer adalah tindakan melanggar hukum dan ''pembuat onar harus disingkirkan''. Ancaman militer itu ditanggapi dengan bentuk perlawanan dari para demonstran, tetapi juga dengan cara yang lembut seperti memberi bunga kepada petugas polisi. Penulis: Rodion Ebbighausen (pkp/ gtp)
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
12 foto1 | 12
Seruan embargo senjata Myanmar
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa (18/05) akan mempertimbangkan rancangan resolusi tidak mengikat yang menyerukan "penangguhan segera" atas transfer senjata ke junta militer Myanmar.
Iklan
Tidak seperti Dewan Keamanan, resolusi Majelis Umum tidak mengikat tetapi membawa signifikansi politik yang kuat. Jika persetujuan melalui konsensus tidak dapat dicapai maka Majelis Umum penuh - dengan 193 negara anggota - akan memberikan suara pada tindakan tersebut.
Diperkenalkan oleh Liechtenstein, dengan dukungan dari Uni Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat, resolusi tersebut akan dipertimbangkan pada rapat pleno yang ditetapkan pada Selasa (18/05) malam waktu setempat. Rancangan resolusi menyerukan "penangguhan segera pasokan, penjualan, atau transfer langsung dan tidak langsung semua senjata, amunisi, dan peralatan terkait militer lainnya ke Myanmar."
"Pertemuan itu akan dilakukan secara langsung," kata seorang juru bicara PBB kepada AFP.
Keputusan ini juga menyerukan kepada militer untuk "mengakhiri keadaan darurat" dan segera menghentikan "semua kekerasan terhadap demonstran damai", serta "segera dan tanpa syarat membebaskan Presiden Win Myint, Penasihat Negara Aung San Suu Kyi" dan semua orang yang telah "sewenang-wenang ditahan, didakwa atau ditangkap "sejak kudeta 1 Februari.
Draf itu juga menyerukan untuk "segera melaksanakan" konsensus lima poin yang dicapai dalam KTT ASEAN pada 24 April lalu.