KontraS: Penyiksaan Oleh Aparat Kepolisian Masih Dominan
27 Juni 2019
Dari 72 peristiwa penyiksaan dan penghukuman tidak manusiawi, sedikitnya 51 kasus terjadi pada korban salah tangkap, yang ditandai dengan korban dilepaskan oleh polisi setelah disiksa.
Iklan
Tindakan penyiksaan dan penghukuman yang kejam dan tidak manusiawi serta merendahkan martabat manusia di Indonesia dinilai masih tinggi. Aparat kepolisian masih menjadi aktor dominan penggunaan cara-cara kekerasan, demikian ungkap laporan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) terkait penyiksaan selama periode Juni 2018-Mei 2019.
Berdasarkan laporan KontraS, selama periode tersebut setidaknya ada 72 kasus penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan martabat manusia dan mengakibatkan sebanyak 16 orang tewas dan 114 korban luka-luka.
"Dalam catatan kami, aktor yang paling dominan menggunakan cara-cara kekerasan adalah aparat kepolisian. Dari 72 kasus yang kami temukan, 57 kasus dilakukan oleh aparat kepolisian, 7 kasus oleh tentara, dan 8 kasus oleh sipir," tulis laporan tersebut pada Selasa (26/06) di Jakarta.
Motif utama dalam kasus-kasus penyiksaan tersebut adalah untuk mendapat pengakuan dengan total 49 kasus, sedangkan penyiksaan sebagai bentuk penghukuman tercatat ada 23 kasus.
Dari 72 peristiwa penyiksaan dan penghukuman tidak manusiawi itu, sedikitnya 51 kasus terjadi pada korban salah tangkap, yang ditandai dengan korban dilepaskan oleh polisi setelah mengalami tindak penyiksaan.
Pro Kontra Polisi Bertato di Jerman
Di Hawaii "aloha" berarti cinta dan kasih sayang. Meskipun memiliki arti baik, seorang polisi di Bayern tidak boleh mentato kata itu di lengannya. Namun di negara bagian lain di Jerman, tato untuk polisi tidak dilarang.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Sohn
Bertato di bagian tubuh yang terlihat
Polisi di Berlin diizinkan, sementara di Bayern tidak. Jika mereka mengenakan seragam polisi, maka tato mereka tidak boleh terlihat. Hal ini telah diputuskan oleh Pengadilan Wilayah Administratif Bayern. Seorang perwira polisi Bayern, yang ingin memiliki tato "Aloha" di lengannya, mengajukan gugatan. Para hakim tidak terkesan dengan fakta bahwa 1 dari tiap 5 orang Jerman memiliki tato.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Sohn
Tato dan tindik - buat polisi terlihat tidak berwibawa?
Respek yang didapat dari seragam polisi akan hilang dengan adanya tato, kata Freistaat Bayern. Hal itu juga didukung oleh sebuah penelitian. Jika polisi tidak mendapat respek dari masyarakat, maka itu bisa meningkatkan risiko bahaya dalam bertugas karena orang cenderung menjadi tidak mematuhi polisi. Namun, penelitian tentang polisi bertato ini tidak representatif.
Foto: picture-alliance/AP Images/M. Sohn
Peraturan yang berbeda di tiap negara bagian
Polisi dari Hannover yang ada di foto ini boleh memiliki tato. Di Jerman, masing-masing negara bagian memiliki peraturannya sendiri. Di Nordrhein-Westfalen dan Sachsen-Anhalt, misalnya, tato berukuran besar pada betis dan lengan atas diperbolehkan. Berlin juga telah melonggarkan aturan untuk tato bagi pegawai negeri karena kurangnya tenaga kerja yang bekerja di kantor pemerintahan.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Hollemann
Polisi Inggris boleh bertato
Di Inggris jelas nampak tidak ada masalah bagi pegawai negeri yang terlihat memiliki tato di tubuh mereka. Dari segi warna, tato sang polisi dari West Sussex pada foto, paling tidak, cocok dengan seragamnya.
Foto: picture-alliance/empics/A. Matthews
Di AS juga boleh
Di AS, tato pada pegawai negeri juga umumnya tidak dilarang. Polisi Arizona ini memilih motif tato yang cukup sederhana. Dengan iklim negara bagian yang panas, ia cenderung selalu memakai kemeja polisi lengan pendek yang memperlihatkan tatonya.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Dabner
Selain tato, polisi juga boleh pakai turban
Di kota New York, AS, polisi diperbolehkan untuk tidak hanya mengenakan tato, tetapi juga tanda-tanda afiliasi keagamaan seperti turban, jilbab atau jenggot. Seperti di Berlin, New York, yang juga mengalami kekurangan pegawai negeri generasi muda, telah melonggarkan peraturan dengan mentoleransi tato dan pakaian keagamaan. (na/vlz).
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Altaffer
6 foto1 | 6
Kasus terbanyak di Sumatera Utara
"Fakta ini sangat ironis mengingat sudah ada peraturan internal di tingkat lembaga yang bertujuan menghapus praktik penyiksaan, seperti Perkap 8/2009. Selain itu, fakta ini seharusnya dijadikan bahan evaluasi bagi negara dalam menentukan keabsahan keterangan/pengakuan yang didapatkan dari praktik penyiksaan sebagai alat bukti di pengadilan," ungkap laporan yang sama.
Penyiksaan Oleh CIA
Kamp Militer Guantanamo di Kuba dan Penjara Abu Ghraib di Irak adalah dua sinonim untuk aksi penyiksaan sistematis tahanan oleh CIA. Juga terdapat sejumlah penjara rahasia lain di berbagai negara untuk aksi penyiksaan.
Foto: picture alliance/dpa
Camp Delta Guantanamo
Penjara Militer Camp Delta Guantanamo adalah tempat penahanan tersangka teroris dengan reputasi terburuk sedunia. Ratusan tahanan tanpa proses pengadilan dijebloskan ke penjara. Presiden Barack Obama berjanji menutupnya pada masa jabatan pertama, tapi hingga kini gagal. Sejumlah tahanan kini disebar ke seluruh dunia ke negara yang bersedia menampung bekas tahanan yang tidak jelas kesalahannya.
Foto: dapd
Tahanan Guantanamo
Tahanan tersangka teroris dengan seragam penjara warna oranye tidak mendapatkan hak-haknya sebagai tahanan perang. Mereka juga tidak diproses sesuai hukum internasional. Alasannya mereka adalah milisi tempur yang tidak berseragam dan tidak jelas kesatuannya. Kebanyakan diciduk dari Irak, Afghanistan dan kawasan Timur Tengah.
Foto: picture alliance/dpa
Water Boarding
Cara penyiksaan CIA yang paling brutal dikenal dengan sebutan Water Boarding. Tahanan dikondisikan seolah-olah akan mati tenggelam dalam air. Cara penyiksaan itu diperagakan dalam aksi protes di Manhattan AS. Mantan Presiden George W.Bush menyatakan cara itu bukan penyiksaan melainkan interogasi secara keras.
Foto: AP
Penjara Abu Ghraib Bagdad
Penjara Abu Ghraib di ibukota Irak, Bagdad menjadi simbol bagi aksi penyiksaan CIA dalam perang melawan terorisme pasca serangan 11 September 2001. Puluhan tahanan dilecehkan martabatnya dan diperlakukan lebih buruk dari hewan. Sebagai konsekuensinya, hanya pelaku berpangkat rendah yang dihukum ringan di AS, dengan tuduhan melakukan kesalahan prosedur.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Gambar Penyiksaan Mendunia
Gambar tahanan Abu Ghraib yang disuruh berdiri di atas sebuah peti, kepalanya ditutupi kantung kain dan kedua tangannya dihubungkan ke kabel listrik dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, setelah televisi CBS menayangkan program berdurasi satu jam April 2004. Foto-foto penyiksaan lebih brutal dan sadis menyusul dibocorkan beberapa hari kemudian.
Foto: picture-alliance/dpa
Bagram Afghanistan
Penjara rahasia CIA yang juga terkenal dengan praktik penyiksaannya adalah yang berlokasi di pangkalan militer Bagram, Afghanistan. Organisasi pembela hak asasi menjulukinya “Guantanamo di Afghanistan.” Di penjara militer di utara Kabul itu dalam satu kurun waktu, ditahan hingga lebih 600 orang yang dituduh sebagai teroris dan ditangkap militer Amerika Serikat.
Foto: Getty Images
Penjara Rahasia di Eropa
Sebuah bangunan bekas sekolah menunggang kuda di Antaviliai, Lithuania, 20 kilometer di luar ibukota Vilnius, diduga keras merupakan penjara rahasia CIA. Di sini disebutkan dilakukan penyiksaan tahanan tersangka teroris Al Qaida. Selain di Lithuania, CIA dilaporkan punya penjara rahasia di Rumania dan Polandia, dua negara lain anggota Uni Eropa.
Foto: AP
7 foto1 | 7
Provinsi yang paling dominan terjadinya tindak penyiksaan dan tindakan tidak manusiawi adalah Sumatera Utara dengan 14 kasus, disusul oleh Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur dengan 6 kasus serta Papua dan Aceh dengan 5 kasus.
"Dari segi lokasi atau tempat, kami mencatat 32 tindakan terjadi didalam sel tahanan baik yang terdapat di kantor polisi baik itu di Polsek, Polres, Polda dan lembaga pemasyarakatan. Sebanyak 27 kasus terjadi ditempat publik dan 13 kasus terjadi ditempat-tempat lainnya seperti didalam mobil" kata KontraS.
Mayoritas praktik penyiksaan dilakukan dengan menggunakan tangan kosong dengan total 60 kasus, disusul dengan senjata api sebanyak 14 kasus, penggunaan benda keras 8 kasus, senjata listrik sebanyak dua kasus, air keras satu kasus, dan menggunakan binatang yaitu ular satu kasus.
Perlu pengawasan independen
Berangkat dari kondisi di atas, KontraS pun merekomendasikan adanya pemberian mandat terhadap institusi-institusi independen untuk mengawasi dan memantau secara ketat dengan menggunakan alat ukur yang terpercaya.
Selain itu perlu juga ada akuntabilitas dan perbaikan institusi yang dominan melakukan praktik penyiksaan, dengan melibatkan pengawasan eksternal.
Jokowi Dikejar Dosa HAM Hingga ke Eropa
Presiden Joko Widodo membidik kerjasama bisnis untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tapi betapapun sang presiden berusaha menghindar, ia tetap dikejar dosa HAM masa lalu
Foto: Reuters/H. Hanschke
Sambutan Kenegaraan
Jerman mempersiapkan upacara kenegaraan buat menyambut Presiden Indonesia Joko Widodo. Di jantung Eropa dia menyisakan waktu tidak barang sehari. Jokowi terutama membidik kerjasama pendidikan kejuruan buat calon tenaga kerja muda. Dengan cara itu sang presiden ingin menempatkan kualitas sumber daya manusia sebagai pondasi pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Foto: DW/R.Nugraha
Dikejar Dosa
Namun Jokowi tidak sepenuhnya bisa melepaskan diri dari isu Lingkungan dan Hak Azasi Manusia. Selama kunjungannya di Berlin sang presiden diiringi aksi demonstrasi berbagai kelompok, antara lain organisasi lingkungan Rettet den Regenwald. Sementara International People Tribunal 65 menyerahkan petisi yang berisikan tuntutan kepada pemerintah untuk menyelesaikan isu HAM masa lalu.
Foto: DW/R.Nugraha
Sentilan Sang Pendeta
Agenda serupa juga menantinya di Istana Bellevue, saat bertemu dengan Presiden Jerman, Joachim Gauck. Gauck yang bekas pendeta itu membahas hak minoritas dan hubungan antar agama di Indonesia. Ia juga menyentil sang presiden ihwal hukuman mati. Jokowi berkilah Indonesia sedang dalam darurat narkoba
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Sohn
Berguru ke Jerman
Setelah bertemu Gauck, Jokowi bergegas menemui Kanselir Angela Merkel yang terpaksa menunggu selama tiga menit di kantor kekanseliran di Berlin. Bersama perempuan paling berkuasa di Bumi itu Jokowi membahas berbagai kerjasama ekonomi, terutama pendidikan vokasi dan juga isu terorisme.
Foto: DW/R.Nugraha
Terjebak Isu HAM
Namun serupa dengan Gauck, Merkel turut membahas "kasus HAM di Indonesia, terutama di Aceh dan Papua." Soal isu pembantaian 1965, Jokowi akhirnya angkat bicara ketika sudah tiba di London. "Saya belum memutuskan apa-apa," ucapnya membantah klaim Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Panjaitan.
Foto: Reuters/H. Hanschke
Bergegas Mengejar Pertumbuhan
Tanpa membuang banyak waktu presiden beserta rombongan langsung terbang ke London, lalu Belgia dan Belanda dengan selang waktu satu hari. Di Eropa Jokowi membidik perjanjian perdagangan bebas yang ia canangkan akan selesai dalam dua tahun. Selain kerjasama pendidikan vokasi dengan Jerman, Jokowi juga menggandeng Inggris untuk membenahi industri kelautan.
Foto: DW/R.Nugraha
6 foto1 | 6
"Baik institusi Polri, TNI, maupun Lembaga Pemasyarakatan harus memastikan bahwa anggotanya yang terlibat dalam kasus penyiksaan diproses secara adil dan sesuai dengan hukum yang berlaku, dengan mekanisme hukum yang transparan dan dapat diakses oleh publik."
Lebih lanjut, KontraS juga merekomendasikan pemerintah untuk menyusun prosess ratifikasi Protokol Operasional Untuk Konvensi PBB Melawan Penyiksaan, OPCAT. Selain itu juga perlu perumusan undang-undang khusus mengenai penghapusan praktik penyiksaan serta tindakan atau penghukuman kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia.
ae/hp (KontraS)
Amerika Negeri Polisi
Militerisasi kepolisian AS mulai menggerogoti stabilitas negeri. Langkah yang dulu diperlukan dalam perang obat bius itu malah meracuni mentalitas instansi kepolisian dan berbalik mengancam hak-hak warga sipil
Foto: Getty Images/S.Platt
Perang Narkoba
Saat ini Amerika Serikat memperkerjakan hingga 900.000 aparat kepolisian. Jumlah tersebut membengkak sejak dekade 1990an. Pada saat itu di AS berkecamuk perang obat bius antara kepolisian dan kartel narkoba. Sejak saat itu setiap tahun satuan khusus kepolisian yang bernama SWAT diterjunkan sebanyak 50.000 kali dalam setahun dari yang sebelumnya cuma 3000.
Foto: Reuters/L. Jackson
Militerisasi Aparat
Untuk memperkuat kepolisian dalam perang narkoba pemerintah AS di era Presiden Bill Clinton mengesahkan National Defence Authorisation Act yang antara lain mencantumkan "program 1033." Butir tersebut mengizinkan kepolisian lokal mendapat peralatan militer semisal senapan serbu, baju pelindung atau bahkan kendaraan lapis baja dan senjata pelontar granat.
Foto: Getty Images/S.Eisen
Dana Raksasa
Antara 2002 hingga 2011 pemerintahan federal AS telah mengucurkan dana sebesar 35 miliar Dollar atau sekitar 450 triliun Rupiah kepada polisi lokal untuk perang melawan obat bius dan terorisme. Yayasan American Civil Liberties Union (ACLU) mencatat nilai perlengkapan militer yang digunakan polisi meningkat dari 1 juta Dollar di tahun 1990 menjadi 450 juta di tahun 2013.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Lauer
Racun di Kepolisian
Tapi perang narkoba ikut meracuni mentalitas aparat keamanan AS. Polisi yang dulunya bekerja untuk melayani warga, kini menjadi serdadu dengan tugas membunuh. Tidak heran jika kasus penembakan oleh polisi meningkat tajam. Tahun 2015 silam polisi AS menembak mati 90 orang yang tidak bersenjata tanpa alasan jelas.
Foto: Reuters/A. Latif
Tentara Pendudukan
Pertengahan tahun lalu Presiden Barack Obama mengeluhkan betapa "perlengkapan militer justru membuat polisi merasa seakan-akan menjadi tentara pendudukan dan ini bertentangan dengan peran melindungi warga." Namun demikian gagasan demilitarisasi kepolisian selama ini selalu menemui perlawanan di parlemen dan senat, terutama berkat lobi industri senjata.
Foto: Getty Images/S.Platt
Senjata Perang Seharga Kacang
Celakanya program 1033 sering disalahgunakan. Departemen Kepolisian di Watertown, sebuah kota kecil berpenduduk 22.000 jiwa di Connecticut, misanya beberapa tahun silam mendapat kendaraan lapis baja MRAP yang didesain untuk melindungi serdadu dari jebakan ranjau di pinggir jalan. Untuk itu kepolisian lokal cuma membayar 2800 Dollar. Ironisnya Watertown tidak pernah mencatat kasus jebakan ranjau
Foto: Reuters / Mario Anzuoni
Bias Rasial
Demam militer juga melanda kepolisian lokal di kota-kota kecil Amerika. Kepolisian di Bloomington, Georgia, yang berpenduduk cuma 2700 orang saat ini memiliki empat senjata pelontar granat. Situasi itu diperburuk dengan pendekatan kepolisian terhadap kaum minoritas hitam yang cendrung bias rasial. Menurut ACLU kaum Afrika-Amerika adalah yang paling sering menjadi korban brutalitas kepolisian.
Foto: Getty Images/S.Platt
Serdadu Berburu Baju Curian
Januari silam polisi di negara bagian Iowa menurunkan tim bersenjata lengkap untuk menyerbu sebuah rumah. Misi mereka adaah mencari benda curian seharga 1000 Dollar AS. Ketika diketahui pemilik rumah yang berkulit hitam tidak bersalah dalam kasus tersebut, polisi lalu memublikasikan catatan kriminal mereka untuk membenarkan penyerbuan.
Foto: picture-alliance/dpa/A.Welch Edlund
Nyawa Tanpa Warna
Polisi berdalih perlengkapan militer dibutuhkan untuk melindungi warga dari kejahatan berat semisal penembakan massal. Namun brutalitas aparat keamanan yang dalam banyak kasus sering disisipi bias rasial memicu ketegangan sipil di seantero negeri. Komunitas kulit hitam sampai-sampai membuat gerakan sipil bernama "black lives matter".
Foto: picture-alliance/AP Photo/E. J. Wambsgans
Dukungan Pemerintah
Ironisnya kepolisian juga kerap menindak keras demonstran yang turun ke jalan buat menentang brutalitas aparat keamanan. Dalam berbagai aksi protes seperti di Ferguson atau Phoenix, polisi menangkap aktivis dan bahkan wartawan. Terebih sebagian besar perwira yang terlibat dalam penembakan terhadap warga sipil divonis bebas oleh pengadilan.