1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kontroversi Larangan Rayakan Gol

Olivia Fritz17 September 2012

Cara Szabolcz Huszti merayakan gol diganjar dua kartu kuning oleh wasit dan ia harus meninggalkan lapangan. Menurut Olivia Fritz dari DW, ini peraturan yang harus diganti.

Foto: picture-alliance/dpa

Sepakbola bukan sekedar olahraga. Kecintaan para suporter klub bisa dilihat di tribun penonton setiap pertandingan berlangsung. Sementara para pemain menumpahkan emosi mereka di lapangan. Dalam pertandingan derby, semuanya menjadi lebih intesif. Pemain yang mencetak gol penentuan di menit ke 90, bisa dibayangkan perasaannya. Ada berbagai cara untuk menunjukkan emosinya. Loncatan salto, berlari ke pelatih atau pemain, atau mengacungkan kepalan tangan. Szabolcz Huszti memilih cara yang salah. Pemain Hannover yang memastikan hasil akhir 3:2 atas Werder Bremen ini, melakukan kombinasi membuka baju dan memanjat pagar pembatas ke penonton.

Kuning-Merah sesuai peraturan

Peraturan resmi FIFA mengatakan, setiap aksi buka baju dan memanjat pagar yang dilakukan pemain harus diganjar kartu kuning. Wasit Deniz Aytekin terpaksa mengikuti aturan dan menarik dua kali kartu kuning, yang berarti hukum kuning-merah. Keputusan tersebut memang tidak mempengaruhi jalannya pertandingan lagi, namun Huszti tidak akan bisa diturunkan di pertandingan berikutnya. Huszti menjelaskan, ia tidak tahu bahwa hukuman kartu kuning berlaku jika memanjat pagar. Ia tidak bermaksud buruk, ia hanya ingin merayakan golnya dengan para suporter.

Peraturan tersebut tercantum pada aturan pasal 12 di halaman 88 buku peraturan perhimpunan sepakbola Jerman (DFB). Satu halaman penuh lengkap dengan ilustrasi gambar bahkan menjelaskan kepada wasit apa yang harus dilakukan jika pemain merayakan gol. Juga tertulis: "Adegan perayaan yang dikoreografi" dilarang "jika menghabiskan waktu terlalu banyak". Namun, dari wasit juga diharapkan "menggunakan akal sehat dalam memutuskan".

Kuning tidak berarti kuning

"Akal sehat" diragukan dalam keputusan seperti ini. Bagi pelanggaran fisik juga berlaku kartu kuning. Bahkan foul keras sering 'hanya' diganjar kartu kuning. Tidak ada perbandingan yang relatif. Huszti tidak menciderai siapapun. Ia bahkan tidak lama berada di pagar. Ia tidak menyulut, membawa atau melemparkan kembang api. Ia tidak menghina siapapun. Saat itu, ia hanyalah sosok paling bahagia di stadion.

Peraturan memang dibuat oleh FIFA. DFB hanya bisa mencoba mengajukan tuntutan perubahan. Ini tidak akan membantu Huszti. Tapi mungkin dibutuhkan kasus preseden untuk memberikan wasit dan akal sehat manusia lebih banyak wewenang. Wasit Aytekin sendiri mengaku punya perasaan "bersalah". Jika ia punya pilihan lain, ia akan melakukan tindakan yang berbeda. Karena ia sendiri tahu persis efek kecintaan terhadap sepakbola.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait