Kementerian Perdagangan menyatakan dalam waktu dekat akan melonggarkan aturan penjualan minuman beralkohol. Padahal aturan ketat itu baru dikeluarkan beberapa bulan lalu oleh menteri sebelumnya.
Iklan
Dua minggu lalu, Presiden Jokowi mengeluarkan rangkaian kebijakan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama dua tahun terakhir terus melemah. Salah satu kebijakannya adalah melonggarkan lagi aturan ketat tentang penjualan minuman berakohol atau minuman keras.
Dirjen Perdagangan Negeri, Srie Agustina baru-baru ini menerangkan, harus ada aturan khusus untuk daerah wisata. Jadi aturan ketat yang berlaku selama beberapa bulan terakhir ini akan diperlonggar dan wewenangnya diserahkan kepada daerah masing-masing.
Aturan pelarangan penjualan minuman beralkohol itu sebenarnya baru berjalan efektif sejak April 2015. Menteri Perdagangan saat itu, Rachmat Gobel, mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015. Isinya tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol. Aturan itu melarang penjualan minuman dengan kadar alkohol tinggi di minimarket. Alasannya, konsumsi alkohol bisa menyebabkan keresahan sosial.
Wewenang pemerintah daerah
Setelah aturan itu dikeluarkan, beberapa daerah mengajukan protes, terutama kawasan-kawasan yang jadi daerah tujuan wisata warga asing. Menurut mereka, aturan itu merugikan kawasan-kawasan yang hidup dari indutri wisata. Jumlah penjualan minuman beralkohol dan jumlah turis dalam jangka panjang bisa turun.
Itu sebabnya, Menteri Perdagangan yang baru, Thomas Lembong bermaksud mengubah aturan ketat itu. Nantinya, pemerintah daerah yang akan memiliki kewenangan untuk menetapkan daerah mana saja yang bisa menjual bir dan minuman sejenisnya.
"Biarkan pemerintah daerah yang menentukan lokasi mana yang bisa menjual minuman beralkohol, karena pemerintah daerah yang paling paham masyarakatnya, apakah memerlukan minuman beralkohol atau tidak," kata Srie Agustina.
Namun, beberapa pemerintah kota di Jawa Barat, seperti di Bandung dan Depok, menyatakan mereka tidak perlu minuman beralkohol untuk warga mereka.
Fakta dan Mitos Seputar Miras
Minuman beralkohol lebih banyak berdampak negatif ketimbang positif pada kesehatan .Konsumsi alkohol tinggi picu 200 penyakit kronis. Inilah hasil riset terbaru terkait fakta dan mitos miras.
Foto: Getty Images
Konsumsi Alkohol Memicu Penyakit
Hasil riset terbaru WHO tunjukkan fakta, konsumsi di atas 15 liter alkohol murni per tahun, memicu munculnya lebih 200 penyakit kronis diantarnya kanker dan sirosis hati. Setiap tahunnya lebih 3,3 juta orang meninggal sebagai dampak konsumsi minuman beralkohol berlebihan. Juara menenggak alkohol sedunia adalah warga Belarusia (17,5 liter) dan Rusia (15,1 liter) biasanya berupa minuman keras vodka.
Foto: picture-alliance/dpa
Segelas Anggur Jaga Kesehatan?
Riset ilmiah terbaru menepis asumsi yang sudah dianut beberapa dekade itu. Mitos konsumsi alkohol secara moderat, biasanya disebutkan minum satu atau dua gelas anggur sehari, bisa menjaga kesehatan jantung dan memperpanjang umur merupakan hasil penelitian lama yang dianggap bias. Pasalnya dalam riset terdahulu, tidak dibedakan antara bukan peminum dan bekas peminum yang menghentikan kebiasaannya.
Foto: DW/D. P. Lopes
Orang Asia Tak Tahan Alkohol
Pada kebanyakan etnis di Asia enzim yang bertugas melakukan metabolisme alkohol dalam tubuh relatif tidak terlalu aktif. Artinya orang Asia akan lebih cepat mabuk dan tak tahan minuman beralkohol. Walau ada kecenderungan lain, warga Jepang dan Cina mungkin lebih terbiasa dengan minuman beralkohol.
Foto: picture-alliance/dpa
Perempuan Lebih Mudah Mabuk
Ukuran badan dan komposisi tubuh memainkan peranan utama dalam toleransi alkohol pada perempuan. Tubuh perempuan mengandung lebih banyak lemak, hingga alkohol lebih terkonsentrasi. Selain itu perempuan memproduksi lebih sedikit enzim metabolisme alkohol. Sementara tubuh pria mengandung lebih banyak air, dan menyebarkan alkohol ke seluruh tubuh. Jadi toleransi alkohol kaum perempuan lebih rendah.
Foto: Fotolia/Kitty
Sulit Kendalikan Emosi
Alkohol memicu peminumnya menjadi lebih enerjik dan lebih gampang gembira, karena berfungsi sebagai represan. Kerugiannya, akibat inhibitor sistem saraf pusat itu, peminum alkohol sulit mengendalikan emosinya dan lambat reaksi motoriknya. Itu sebabnya acara akbar semacam laga sepakbola bisa lebih meriah akibat penonton mengkonsumsi alkohol dan juga lebih mudah rusuh karena emosi sulit dikontrol.