Dua rumah sakit di Polandia menolak untuk melakukan aborsi pada korban pemerkosaan di bawah umur yang hamil. Kasus itu memicu kontroversi tentang undang-undang aborsi sejak tahun 2020.
Iklan
Korban pemerkosaan yang berasal dari wilayah Podlaskie di Polandia timur laut itu berusia 14 tahun dan memiliki cacat mental. Dia diperkosa oleh pamannya sendiri dan berakibat hamil. Dia sendiri awalnya tidak menyadari kondisi itu. Kemudian seorang kerabat mencoba membantunya melakukan aborsi.
Meskipun gadis itu telah menulis konfirmasi dari jaksa penuntut umum bahwa dia hamil akibat pemerkosaan, yang menurut undang-undang memberinya hak untuk melakukan aborsi legal, dua rumah sakit di wilayahnya menolak melakukan itu.
Tahun 2020, Polandia menetapkan undnag-undang aborsi yang lebih ketat. Aborsi hanya bisa dilakukan secara legal, jika kehamilan itu terjadi akibat pemerkosaan atau jika nyawa ibu dalam bahaya. Namun dalam praktiknya, banyak dokter menolak melakukan aborsi dengan menggunakan "klausa hati nurani", dan mengatakan bahwa keyakinan agama mereka melarang mereka melakukan aborsi. Klausa itu memang ada dalam undang-undang.
Aborsi di Argentina – Menentang Tabu
Presiden Argentina Alberto Fernandez ajukan undang-undang (RUU) yang melegalkan aborsi ke kongres. Dulu karena ilegal, beberapa perempuan yang terpaksa menggugurkan kandungan, melakukannya sendiri dengan nekad.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Pria menderita juga
Aborsi bukan hanya masalah perempuan, sebagai karya yang ditunjukkan fotografer Lisa Franz, Guadalupe Gomez Verdi dan Lea Meurice. Pedro, 24 tahun, mendukung keputusan pacarnya untuk melakukan aborsi pada tahun 2012. Dia tidak bisa berbicara dengan teman-temannya tentang hal itu. "Kami merasa seperti penjahat."
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Untuk kebebasan pribadi
Dulu meski dilarang, setiap tahun sekitar setengah juta perempuan menjalani prosedur, seperti yang dilakukan Camilla. Setelah aborsi, dia membuat tato di lehernya, dengan tulisan: "Libertad ", yang artinya: kebebasan.
Foto: Goméz Verdi, Franz, Meurice
Aborsi di Tahun Baru
Mara, dulu hamil pada usia 21 tahun. Keluarga pacarnya mengancam, "Jika kamu melakukan aborsi, kami akan melaporkanmu." Tapi kemudian, pacarnya meninggalkan dia dalam keadaan berbadan dua. Setelah hampir hamil 12 minggu, dia menceritakan nasibnya pada ibunya dan melakukan aborsi di klinik ilegal, pada Malam Tahun Baru 2002.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi di rumah
Gantungan baju, jarum rajut, pukulan di perut - kurangnya informasi dan tidak ada pilihan lain menyebabkan banyak perempuan nekad melakukan aborsi sendiri. Hal ini sering berakibat fatal.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
100 kematian setiap tahun
Menurut data dari Departemen Kesehatan Argentina, setiap tahun antara 60.000 dan 80.000 perempuan dengan komplikasi akut dan perdarahan akibat aborsi, dirawat di rumah sakit dan diinapkan dalam apa yang disebut "kamar syok". Sekitar 100 perempuan meninggal dunia akibat luka atau prosedur aborsi Yang salah. Kasus-kasus seperti ini sangat umum di daerah-daerah termiskin di negara itu.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi untuk dua puluh juta
Bisnis aborsi ilegal berkembang. Dokter memungut biaya sekitar 20 juta Rupiah untuk prosedur ilegal ini. Salah satu kritikus dari praktik ilegal ini adalah ahli bedah German Cardoso--anggota asosiasi yang dokter Argentina. Ia berkomitmen untuk melegalkan aborsi. Dia sendiri melakukan prosedur itu. Biayanya bervariasi, disesuaikan dengan pendapatan pasien.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Bantuan dari perempuan untuk perempuan
"Ambil rosario Anda keluar dari indung telur kita! " demikian tuntut asosiasi perempuan Argentina "La Revuelta", salah satu dari banyak LSM yang memperjuangkan legalisasi aborsi. Di provinsi Patagonian dari Neuquen, mereka memberi nasihat dan menemani perempuan yang ingin melakukan aborsi.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Tidak ada pedoman
Eluney, 21 tahun usianya. Gadis dari Neuquenini ditemani oleh badan amal La Revuelta ketika terpaksa melakukan aborsi. "Saya ingin memutuskan sendiri kapan harus menjadi seorang ibu," katanya. Namun, jika aborsi kimia tidak dilakukan dengan benar, maka bisa berbahaya. Dokter sering menjual obat tanpa informasi tentang bagaimana obat-obatan itu harus digunakan.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi di Penjara
Terpaksa bekerja sebagai pelacur, Sonia Sanchez lima kali aborsi - semua dilakukan di penjara. Dia ditahan untuk kasus ‘prostitusi ilegal". Ia dihamili oleh pelanggan yang membayar pemilik rumah bordil untuk melakukan seks tanpa kondom. Pada tahun 2012, aborsi dilegalkan, khusus untuk kasus pemerkosaan atau jika mengancam nyawa perempuan hamil.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Dalam keheningan
"Ini tubuh saya," kata Monica. Fotografer Lisa Franz, Guadalupe Gomez Verdi dan Lea Meurice ingin menggunakan proyek foto mereka untuk memecah keheningan persoalan aborsi di Argentina, hal yang selama ini tabu untuk dibicarakan.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
10 foto1 | 10
Menteri Kesehatan mengaku "terkejut"
"Para dokter menggunakan 'klausa hati nurani' yang ada dalam undang-undang sebagai pembenaran atas penolakan mereka," tulis mingguan Polityka pada pekan lalu. Undang-undang aborsi yang ketat di Polandia memang mengizinkan dokter menolak aborsi, jika itu bertentangan dengan keyakinan agama mereka. Itulah yang terjadi dalam kasus ini. Rumah sakit dengan kasar mengusir perempuan muda itu dan kerabatnya, menyuruh mereka pergi. "Kami tidak tahu ke mana harus pergi," kata mereka, tetapi rumah sakit menjawab: "Itu bukan masalah kami."
Iklan
Menurut aturan yang berlaku, dokter yang menolak melakukan aborsi seharusnya menunjuk dokter lain yang dapat melakukan prosedur tersebut. "Klausa hati nurani" yang dimaksud hanya berlaku untuk pribadi, tapi tidak berlaku untuk seluruh rumah sakit.
Menteri Kesehatan Polandia Adam Niedzielski mengaku terkejut dengan kasus itu. "Kami terkejut dengan kasus ini, dalam hal ini tanggapan kami tegas," katanya kepada wartawan awal minggu ini. Dia berjanji akan menyelidiki kasus itu dan mengatakan apa yang dialami perempuan muda itu "tidak dapat diterima." Kelompok hak asasi dan kelompok perempuan menuntut pelonggaran undang-undang aborsi Polandia.
Penentang aborsi tuntut UU yang lebih ketat
Yayasan FEDERA untuk perempuan dan perencanaan keluarga mengatakan, setiap tahun di Polandia ada sekitar 150 ribu aborsi ilegal.
"Tidak ada sistem restriktif yang dapat menghentikan perempuan melakukan aborsi, jika mereka bertekad untuk mengakhiri kehamilan," kata Direktur FEDERA Krystyna Kacpura. "Satu-satunya pertanyaan adalah, apakah mereka melakukannya dalam kondisi aman atau tidak aman."
Menurut informasi Parlemen Eropa, sejak pemberlakuan UU Aborsi yang baru di Polandia, sudah ada enam perempuan yang meninggal karena mereka tidak bisa melakukan aborsi.
Salah satu tokoh anti aborsi, Kaja Godek, menuntut semua informasi tentang kemungkinan aborsi harus dilarang. Sebuah petisi yang ditandatangani oleh sekitar 150.000 orang mengusulkan rancangan undang-undang yang mengancam sanksi dua tahun penjara untuk kegiatan memproduksi dan menyebarkan informasi tentang aborsi. Usulan mereka diberi judul: "Aborsi adalah pembunuhan."