Jumlah korban yang tewas dalam serangan teror Islamic State di ibukota Irak, Baghdad, kini bertambang menjadi 213 orang. Sementara korban luka melebihi angka 200. Pemerintah Irak bersumpah akan membalas dendam.
Iklan
Setidaknya 213 orang tewas dalam aksi bom bunuh diri kelompok teror Islamic State di Baghdad, Minggu (3/7). Serangan yang diarahkan terhadap komunitas Syiah itu dilancarkan sepekan setelah IS dihalau dari kota Fallujah oleh militer Irak.
Bom mobil tidak hanya menghancurkan pusat perbelanjaan, tetapi juga merusak gedung-gedung yang ada di sekitar. Diperkirakan lebih dari 200 orang mengalami luka-luka. Sebagian berada dalam kondisi kritis, klaim petugas medis kepada kantor berita AFP.
Insiden terjadi di distrik Karrada ketika umat muslim Syiah sedang berbelanja jelang berakhirnya bulan Ramadan. Perdana Menteri Irak, Haider al Abadi, bersumpah akan memberikan "hukuman" yang setimpal dan mendeklarasikan tiga hari berkabung.
Abadi juga memerintahkan aparat keamanan buat merombak strategi keamanan di kawasan ibukota Baghdad, termasuk menukar detektor bom palsu yang digunakan di banyak pintu pemeriksaan, kendati penjualnya telah dipenjara di Inggris dengan dakwaan penipuan.
Bom di Karrada diyakini adalah tindakan balas dendam IS terhadap militer Irak. Sepekan lalu pasukan pemerintah membebaskan kota Fallujah dari tangan IS dan tengah bersiap melancarkan operasi militer terhadap kota terbesar yang dikuasai IS di Irak, Mosul.
Serangan teror di ibukota Baghdad sebelumnya banyak berkurang sejak IS menguasai kawasan utara dan barat Irak. Kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu kini mencoba melancarkan serangan balik terhadap warga sipil.
Mai silam Baghdad digoyang serangkaian serangan bom yang menewaskan lebih dari 150 orang dalam tujuh hari.
Inilah Sumber Keuangan ISIS
Sumber utama keuangan ISIS adalah penjualan minyak, penjarahan bank, pajak dari rakyat di daerah pendudukan dan penjualan barang antik. Dengan kekayaan 2 milyar Dolar ISIS bisa bertahan 2 tahun jika jalur dana diputus.
Foto: picture alliance/abaca
Penjualan Minyak Illegal
Sumber utama pemasukan ISIS adalah dari penjualan minyak ilegal. ISIS berhasil merebut beberapa ladang minyak penting di Suriah dan Irak. Sudah jadi rahasia umum jalur penyelundupannya adalah lewat Turki. Pentagon menaksir tiap bulan ISIS meraup omset 40 juta Dolar dari pasar gelap minyak.
Foto: Getty Images/J. Moore
Penjarahan Bank
ISIS selalu menjarah bank-bank di kawasan yang mereka rebut di Suriah dan Irak. Pemerintah Amerika menaksir antara 500 juta hingga satu milyar Dolar berhasil diraup ISIS dari bank-bank tersebut. Saat menaklukkan kota Mossul di utara Irak, dilaporkan 420 juta Dolar raib dijarah. Jumlah ini cukup buat membayar gaji 50.000 jihadis selama setahun.
Foto: Getty Images/S. Platt
Pajak dan Pemerasan
8 juta rakyat di kawasan kekuasaan ISIS harus membayar pajak Antara 5 sampai 15 persen dari pendapatan. Pemerintah Jerman melaporkan, ISIS juga terapkan pajak khusus bagi warga non Muslim. Juga perusahaan di kawasan taklukan harus membayar rutin sejumlah uang perlindungan.
Foto: DW/Andreas Stahl
Penjualan Barang Antik
Para "jihadis" biasa mempropagandakan aksi menghancurkan berhala dari kota-kota antik yang dikuasai ISIS. Tapi barang antik berharga tinggi biasanya diamankan dan diselundupkan untuk dijual di pasar gelap. Juga banyak artefak temuan arkeolog yang disita dan dijual di pasar gelap. Sejauh ini tidak ada angka pasti omset penjualannya.
Foto: Getty Images/AFP/J. Eid
Penculikan dan Uang Tebusan
Penculikan dan permintaan uang tebusan, ibarat pisau bermata dua bagi ISIS. Di satu sisi sumber pemasukan, dan di sisi lain propaganda teror. ISIS diyakini kantungi puluhan juta Dolar uang tebusan. Sandera yang punya efek propaganda besar, biasanya dieksekusi dan videonya ditayangkan lewat Internet. Dengan sekali pukul, ISIS mencapai dua sasaran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sumbangan
Simpatisan ISIS cukup banyak tersebar di mana-mana dan menyumbang dana bagi kelompok teror ini. Total sumbangannya ditaksir 40 juta Dolar pertahun. Lembaga riset terorisme internasional melaporkan, kasus tertinggi dipegang Arab Saudi, yang sejak 2010 menghukum 860 orang dengan tuduhan membiayai teror. Posisi kedua diduduki AS dengan 100 vonis.