1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Korban Gempa di Lombok Butuh Obat-obatan dan Tenaga Medis

6 Agustus 2018

Upaya penyelamatan korban gempa di Lombok terhalang minimnya tenaga medis dan obat-obatan. Saat ini sebanyak 91 orang dikabarkan meninggal dunia. Jumlah korban jiwa diyakini masih bisa bertambah.

Indonesien nach dem Erdbeben in Lombok zertörte Häuser
Foto: Reuters/Antara Foto/A. Subaidi

Wisatawan Asing Berbondong Tinggalkan Lombok

00:58

This browser does not support the video element.

Setidaknya 91 orang meninggal dunia dan 209 mengalami luka-luka serius akibat gempa bumi berkekuatan 6.9 pada skala Richter di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hingga berita ini diturunkan petugas gabungan masih mencari korban di antara reruntuhan gedung. Jumlah korban tewas bisa bertambah setiap saat.

"Tantangannya banyak. Jalan-jalan rusak, tiga jembatan juga rusak, sejumlah lokasi sulit dicapai dan kami kekurangan personil," kata Jurubicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho.

Sementara itu Kementerian Perhubungan dikabarkan telah mengirimkan kapal untuk mengevakuasi 1.200 wisatawan di Gili Trawangan. Sejauh ini baru sekitar 358 wisatawan yang telah diungsikan. Proses evakuasi berjalan tersendat lantaran kondisi perairan yang dangkal tidak memungkingkan penggunaan kapal besar.

Kepada CNN Indonesia seorang warga lokal menuturkan "situasi panik" yang menyergap ketika Bumi bergoyang. "Kami sekarang menunggu kapal. Kami semua mengantri di pelabuhan. Tapi kapalnya tidak cukup," kata Denink ayu, seorang petugas resepsionis hotel.

Titik episentrum yang tergolong dangkal dengan kedalaman 15 kilometer menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur dan rumah-rumah penduduk. Sebagian besar korban meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Warga akhirnya terpaksa bermalam di udara terbuka lantaran gempa susulan, di antaranya berkekuatan 5.3 pada skala Richter.

Jurubicara BNPB Sutopo mengatakan sebanyak 20.000 penduduk telah dievakuasi dari kediaman masing-masing. Ia mengaku pihaknya masih membutuhkan tenaga medis, bahan pangan dan obat-obatan. Sebagian besar wilayah Lombok kini tidak memiliki aliran listrik.

Sementara itu Rumah Sakit Umum Provinsi NTB dikabarkan kewalahan menghadapi jumlah pasien yang membutuhkan perawatan. Lantaran kerusakan pada sebagain ruang perawatan, pasien ditempatkan di tenda darurat yang dibangun di area parkir rumah sakit. "Apa yang kami butuhkan adalah tenaga medis, kami kekuarang staf. Dan kami juga membutuhkan obat-obatan," kata Supriadi, jurubicara RSUP NTB.

Kebanyakan korban gempa bermukim di kawasan pegunungan di utara dan timur. Adapun wisatawan berkumpul di pusat-pusat pariwisata di barat dan selatan Lombok.

Najmul Akhyar, Bupati Lombok Utara, mengatakan hingga 80% wilayahnya luluh lantak akibat gempa. "Kami membutuhkan alat berat karena sebagian masjid runtuh dan kami mencurigai jemaah masih terjebak di dalam," katanya kepada Metro TV.

Namun ketika petugas gabungan dan sukarelawan masih berupaya menemukan korban terakhir, sebagian wisatawan berusaha meninggalkan Lombok. "Kami berusaha pergi ke bandara tapi tidak ada taksi, tidak ada transportasi, tidak ada rencana evakuasi," kata seorang wisatawan asal Perancis. "Akhirnya saya menghentikan mobil dan menanyakan warga lokal agar mau membawa saya dan keluarga ke bandara. Dia bilang tidak masalah," imbuhnya lagi kepada Metro TV.

rzn/hp (rtr,ap, afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait