Asia Bibi yang divonis pasal penistaan agama, telah meninggalkan Pakistan dan kini menuju Kanada untuk bergabung dengan anak-anaknya. Demikian menurut pernyataan beberapa sumber kepada DW.
Iklan
Asia Bibi melarikan diri bersama suaminya Ashiq Masih yang telah berjuang keras selama delapan tahun lewat jalur hukum, bagi istrinya dari tekanan yang terus meningkat dari para pengunjuk rasa Islam garis keras.
"Bibi belum mencapai Kanada, putrinya berada di kota Calgary menunggu ibu mereka tiba. Pemerintah Kanada akan menjaga keamanan keluarga dengan ketat dan Bibi tidak akan berinteraksi dengan media," ujar anggota keluarganya kepada DW.
Keluarga mengatakan kepada DW pada Selasa malam (07/05), sebelum penerbangan menuju Kanada, bahwa mereka telah diminta untuk bersiap pergi secara diam-diam.
Kepergian Bibi ke luar Pakistan ditunda selama enam bulan setelah pembebasannya. Menurut beberapa laporan, ini karena tekanan ekstrem dari dalam negeri agar dia tidak berbicara menentang negara ketika dia meninggalkan Pakistan. Bibi tidak diizinkan menyelesaikan dokumen untuk permohonan suaka di barat. Kalangan diplomatik dan sumber pemerintah di Islamabad mengkonfirmasi adanya pergerakan ini kepada DW.
Setelah perintah Mahkamah Agung untuk membebaskan Bibi, ibu lima anak berusia 53 tahun itu dipindahkan ke kota pelabuhan Karachi, di selatan Pakistan November tahun lalu. Di sana, dia dimasukkan ke dalam karantina untuk perlindungan, karena terus-menerus menghadapi ancaman pembunuhan dari kelompok Islam garis keras. Pengacara Bibi Saif ul Malook juga meninggalkan Pakistan pada November tahun lalu, setelah menerima ancaman pembunuhan.
"Kami senang dia meninggalkan negara itu setelah lama tertunda dan mendapatkan keadilan. Kami prihatin dengan keselamatannya tetapi tidak diizinkan bertemu dengannya atau bahkan berbicara dengannya melalui telepon untuk menyelesaikan dokumen," kata seorang diplomat kepada DW. (vlz/as)
Menikmati Kesenian Feminin dari Pakistan
Shehzil Malik ingin mendorong perombakan dalam masyarakat patriarkal Pakistan. Karya-karyanya mencerminkan analisa tajam, provokatif dan eksplosif.
Foto: Shehzil Malik
Perempuan di Mata Publik I
Bagaimana seorang perempuan menghadapi hidup? Menurut Shehzil Malik, untuk pertanyaan ini tidak ada jawaban. Setelah ia beberapa kali mengalami pelecehan seksual di sebuah tempat parkir umum, ia membuat lukisan ini untuk mengolah pengalamannya. "Sebagai perempuan, orang tidak bisa begitu saja menjelaskan secara rasional dan melupakan, apa yang terjadi di luar", demikian dikatakan Malik.
Foto: Shehzil Malik
Perempuan di Mata Publik II
Malik merasa kenyataan bahwa perempuan tidak punya hak-hak sama, terutama di Pakistan, tidak adil. "Kita hanya hidup sekali saja, itu terlalu singkat." Dan dunia terlalu indah, untuk tidak dinikmati, demikian pendapatnya. "Saya ingin menikmati hari-hari di luar, di bawah matahari."
Foto: Shehzil Malik
Coklat Yang Cantik
Banyak perempuan Pakistan menganggap warna kulit yang gelap tidak cantik. Ketika remaja, Shehzil menderita akibat tidak percaya diri, karena membandingkan diri dengan orang lain yang berkulit terang. Ia menggunakan krem kulit yang mengandung zat berbahaya. Baru ketika di universitas dan bertemu perempuan dari banyak negara, ia sadar, kecantikan tidak tergantung warna kulit.
Foto: Shehzil Malik
Wonder Woman
Karya seni yang menampilkan gambaran siapa kita, atau seperti apa kita ingin berkembang, mengubah cara pandang kita atas diri sendiri. Malik berpendapat, ia kemungkinan sudah memahami potensinya sejak dulu, jika punya panutan perempuan berkulit gelap. "Jika orang tidak punya jagoan perempuan berkulit gelap, bagaimana orang tahu bahwa ada perempuan seperti itu?"
Foto: Shehzil Malik
Pengendara Sepeda Motor Berjilbab
Sumber inspirasi bagi lukisan ini adalah seorang perempuan tetangganya, yang baru belajar mengendarai sepeda motor. Gambar ini ia perbesar hingga berukuran 3,5 meter dan ditempatkan pada sebuah tembok di Lahore. "Saya ingin tahu reaksi orang. Tapi baru sehari lewat, gambar itu sudah hilang", kata Malik. "Itu menyulut pertanyaan baru tentang gambaran perempuan dan seni jalanan di Pakistan."
Foto: Shehzil Malik
Perempuan Penggemar Buku
Ini salah satu karya kesayangan Malik. Ini gambaran adik perempuannya, yang baginya jadi sumber ilmu pengetahuan, inspirasi dan sikap bersahabat. "Karya ini saya peruntukkan bagi perempuan yang gemar membaca dan memperdalam diri dalam ilmu pengetahuan, dan mengajar kita untuk jadi lebih baik."
Foto: Shehzil Malik
Wadah Proyeksi Pandangan Politik
"Walaupun tidak perlu, tubuh kami jadi pernyataan politik", keluh Malik. Karya ini dibuatnya, setelah di Perancis ditetapkan larangan mengenakan Burkini. "Jika saya menatap teman saya, yang mengenakan hijab, saya melihat seorang perempuan yang percaya diri, dan sepenuhnya menyadari keputusannya, tetapi menerima pandangan saya, yang bertentangan, dengan sikap terbuka."
Foto: Shehzil Malik
Step Out!
Setelah menyelesaikan gambar-gambarnya tentang perempuan di mata publik, ia memulai proyek berjudul "Step Out!" (melangkah ke luar). Isinya lukisan dan foto perempuan yang menunjukkan kepercayaan diri di kota tempat tinggalnya. Untuk foto ini, berpose model asal Pakistan Eman Suleman. Penulis: Farhad Mirza (ml/hp)