Jumlah nelayan yang menjadi korban perbudakan bertambah setelah tim pencari fakta kembali menyusuri pulau Benjina. Kebanyakan bertahan demi upah yang belum dibayar selama bertahun-tahun.
Iklan
Jumlah nelayan yang diperbudak di sebuah pulau terpencil di dekat Maluku kini mencapai hampir 550 orang. Temuan tersebut diumumkan pasca tim pencari fakta kembali ke pulau buat memastikan tidak ada yang tertinggal sepekan setelah proses evakuasi.
Sebagian besar nelayan berjumlah 210 orang yang diidentifikasi Kamis (9/5) kemarin adalah warga negara Myanmar. Korban mengaku belum mendapat bayaran dari majikan selama bertahun-tahun, klaim Steve Hamilton wakil direktur Organisasi Migrasi Internasional di Jakarta.
Kasus perbudakan nelayan di pulau Benjina terungkap oleh laporan investigatif kantor berita Associated Press yang dipublikasikan bulan lalu. Laporan tersebut mengikuti jejak makanan laut yang ditangkap oleh budak dan mendarat di supermarket besar di Amerika Serikat lewat Thailand.
DIrawat di Pulau Tual
Sebagian nelayan mengaku ditipu atau bahkan diculik. Mereka diangkut dengan kapal dari Thailand ke pulau Benjina, kemudian dipaksa bekerja nyaris tanpa henti di bawah kondisi yang mengenaskan. Beberapa mengabarkan dipukuli oleh kapten Thailand jika sakit atau tertangkap sedang beristirahat.
Pekan lalu pemerintah Indonesia mengevakuasi sekitar 330 migran dari pulau Benjina. Mereka dibawa ke pulau Tual. Sementara sebagian yang ditemukan oleh tim pencari fakta Kamis silam tetap berada di pulau Benjina.
Nelayan yang ditampung di pulau Tual mengaku mendapat layanan medis dan makanan yang cukup.
Sementara itu pemimpin oposisi Myanmar, Auing San Suu Kyi mengatakan sudah merupakan tugas pemerintah untuk "melindungi hak warganya dan membebaskan mereka dari perbudakan."
"Itu adalah solusi paling nyata dan sederhana, serta tugas yang tidak bisa ditangguhkan oleh pemerintah yang bertanggungjawab," ujarnya. Sebagian besar nelayan yang diperbudak di Pulau Benjina adalah berkewarganegaraan Myanmar. Selain itu tim pencari fakta juga menemukan sejumlah warga Kamboja.
rzn/vlz (ap,rtr,antara)
Laut Sehat, Makananpun Sehat
Laut sumber makanan. Para petinggi negara, perwakilan penelitian, perikanan dan industri plastik terus bersama-sama mencari kata sepakat dalam melindungi lautan.
Foto: Eric Gevaert - Fotolia.com
Samudra yang murah hati
Laut adalah sumber makanan terbesar di dunia. Sekitar satu miliar orang secara langsung tergantung pada sektor perikanan. Tetapi mereka memperjuangkan sumber daya laut dengan cara-cara yang tidak sama: perahu nelayan kecil ini hampir tak dapat bersaing dengan kapal pukat industri raksasa.
Foto: Eric Gevaert - Fotolia.com
Berlomba menangkap ikan
Pada awal musim penangkapan ikan, armada besar kapal pukat Cina berlomba menangkap ikan. Sengketa teritorial antara Cina, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Brunei dan Filipina muncul memperebutkan sumber daya mineral di Laut Cina Selatan.
Foto: picture-alliance/dpa
Kuota perlindungan populasi
Di Uni Eropa, tahun demi tahun, dalam negosiasi alot, negara-negara anggota setuju pembatasan penangkapan ikan. Termasuk penangkapan ikan hering. Nelayan diperbolehkan untuk menangkap seperlunya, agar generasi mendatang tak menderita akibat terjadi penangkapan ikan berlebihan.
Foto: picture-alliance/dpa
Hak penangkapan ikan
Namun di antara negara-negara Uni Eropa, terjadi pula konflik terbuka soal penangkapan ikan: Nelayan Spanyol berdemonstrasi menentang pembangunan terumbu buatan yang terbuat dari blok beton yang dilakukan pemerintah Inggris di wilayah laut dari Gibraltar. Terumbu buatan ini akan menghancurkan jaring pukat nelayan.
Foto: Reuters
Jaring ikan raksasa
Jaring ikan di dasar laut. Populasi ikan dapat dilindungi oleh jaring ikan yang dipilih sehingga ikan-ikan kecil tidak tertangkap. Oleh karena itu, banyak negara melarang jaringan yang lubangnya terlalu sempit. 75 persen stok ikan di dunia sudah habis.
Foto: picture alliance/WILDLIFE
Perjalanan ikan di seluruh dunia
Sudah sekian lama, yang disebut ikan segar, tidak lagi disebut dimana ikan-ikan itu ditangkap. Berkat sistem pendinginan modern, ikan-ikan dari Asia, Afrika atau Pasifik bisa mendarat di piring Eropa. Mereka diangkut melalui udara, mungkin setelah beberapa hari ditangkap. 90 juta ton makanan setiap tahunnya berasal dari laut.
Foto: Getty Images
Penangkaran ikan untuk ekspor
Beberapa negara telah mengembangkan sektor perikanan menjadi industri yang menguntungkan. Ikan di Vietnam terutama ditujukan untuk ekspor. Dalam setahun, misalnya, sekitar satu juta ton ikan pangasius diekspor dari sini.
Foto: Philipp Manila Sonderegger
Seberapa sehat salmon?
Peternakan ikan di perairan alami, seperti di Rusia, bukan tanpa kontroversi: Salmon diberi makan dengan tepung ikan. Tapi ikan-ikan makanannya harus ditangkap terlebih dahulu. Sekitar empat kilo sarden untuk satu kilo salmon. Bahkan peternakan ikan mencemari air di sekitarnya, seperti misalnya dalam pemberian nutrisi dan antibiotika.
Foto: picture-alliance/dpa
Ikan segar, langsung ke meja
Para nelayan kecil yang menjual tangkapan mereka sendiri secara lokal, seperti di sini - di sebuah pasar ikan di Mauritania. Tapi mereka juga mengalami tekanan dari armada industri besar.
Foto: picture alliance/Robert Harding World Imagery
Tantangan sampah plastik
Sampah plastik mengusik hewan di lautan, karena plastik terurai dengan sangat lambat. Hal ini menjadi ancaman bagi burung, ikan, mamalia laut dan makhluk lainnya. Maka dari itu, perwakilan dari industri plastik diundang untuk menghadiri Konferensi Kelautan, untuk mencari solusi atas persoalan itu.
Foto: imago
Burung yang malang
Serat plastik sering menyangkut di perut burung dan menyebabkan penyumbatan. Hewan-hewan itu mati dengan cara yang menyakitkan. Salah satu solusinya adalah pembuatan plastik biologis, misalnya yang terbuat dari polilaktida. Jika plastik ini terkena air garam korosif dan banyak sinar matahari, maka akan terurai menjadi bahan dasar mereka: asam laktat.
Foto: DW
Karangpun terancam
Topik lain pada konferensi kelautan: Pengasaman laut oleh asam dan oleh penyerapan CO2 dari udara. PH lautan telah menurun sejak awal industrialisasi dari rata-rata hingga 8,25-8,14. Organisme yang membentuk kerangka karbonat kalsium, seperti karang, menjadi yang paling terancam.