1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Persamaan Hak

Korban Perkosaan di India Dibakar Saat Sedang Menuju Sidang

6 Desember 2019

Perempuan berusia 23 tahun itu dibakar hidup-hidup saat sedang menuju persidangan kasus perkosaan terhadap dirinya. Untuk kesekian kalinya korban perkosaan menjadi bulan-bulanan masyarakat patriarki India.

Indien Neu Delhi
Foto: AFP/STR

Seorang perempuan India berusia 23 tahun berjuang untuk bertahan hidup di rumah sakit usai mengalami pemerkosaan massal dan dibakar hidup-hidup. Peristiwa keji yang terjadi di negara bagian Uttar Pradesh itu memicu protes massal di seluruh negeri.

Korban sedang dalam perjalanan menuju sidang kasus perkosaan terhadap dirinya ketika sekelompok pemuda menyerangnya dan menyulut api pada tubuhnya. Saat ini korban berada dalam kondisi kritis menyusul luka bakar serius.

Polisi menahan lima tersangka, termasuk dua pria yang dituding ikut memerkosa korban pada bulan Maret silam. "Korban dilarikan ke rumah sakit di Lucknow untuk perawatan yang lebih baik," tulis kepolisian. "Dia sebelumnya melaporkan kasus perkosaan dan seorang tersangka dalam kasus tersebut juga ditangkap."

Baca juga: 63 Juta Perempuan India "Lenyap" dari Statistik, dan 21 Juta Tidak Diinginkan Eksistensinya

Peristiwa pembakaran korban perkosaan di Uttar Pradesh terjadi di distrik Unnao, di mana seorang perempuan juga diperkosa pada Juli silam. Polisi lalu membuka kasus percobaan pembunuhan terhadap seorang pejabat tinggi sebuah partai politik lokal setelah korban yang berusia 19 tahun mengalami cedera berat usai ditabrak dengan mobil.

Keluarga korban meyakini, Kuldeep Singh Sengar yang merupakan kader Partai Bharatia Janata (BJP) pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi, merencanakan kecelakaan tersebut.

Pekan lalu seorang perempuan 27 tahun juga diperkosa di kota Hyderabad. Korban meninggal dunia usai dibakar hidup-hidup. Kasus keji tersebut memicu protes di seantero negeri. Jaya Bachchan, bekas bintang Bollywood yang kini menjabat anggota legislatif bahkan menyerukan pembunuhan terhadap para pelaku.

"Saya tahun ini terdengar kasar. Tapi manusia semacam ini harus diseret ke depan publik dan dihukum beramai-ramai," kata dia di parlemen.

India memiliki daftar panjang perlakuan tidak semena-mena terhadap perempuan. Belum lama ini kantor berita Al Jazeera melaporkan sejumlah video perkosaan yang dibuat pelaku dijual bebas seharga antara USD 30 sen hingga 3 Dollar. Video-video itu tidak hanya menampilkan wajah korban dan suara mereka, tetapi juga tindak perkosaan yang brutal.

Khususnya dalam kasus perkosaan di Hydereabad, sejumlah media lokal menemukan bahwa GoogleTrends mencatat kenaikan permintaan pencarian dengan kata kunci "Video Perkosaan Hyderabad", hanya sesaat setelah peristiwa brutal tersebut disiarkan televisi nasional.

Perempuan berusia 23 tahun itu dibakar hidup-hidup saat sedang menuju persidangan kasus perkosaan terhadap dirinya.

Baca juga: Berjuang bagi Hak Perempuan di India

Kasus ini bukan kali pertama terjadi. Ketika kasus pemerkosaan dan pembunuhan terhadap bocah perempuan berusia delapan tahun di Kathua, Jammu dan Kashmir, disiarkan media pada 2018 silam, foto korban dan video pemerkosaan juga termasuk kata kunci yang paling dicari di Google dan situs-situs pornografi.

Menurut temuan Al Jazzera, sekali video perkosaan mendarat di tangan pedagang, ia menyebar tanpa henti. Kepada kantor berita asal Qatar tersebut, Mangla Verma, seorang pengacara di Delhi yang juga bekerja untuk Jejaring Bantuan Hukum Kemanusiaan, menilai praktik muram tersebut mengakar di masyarakat.

"Perkosaan dilihat sebagai demonstrasi kekuasaan pria atas perempuan. Hal ini bisa dilihat ketika pelaku merekam adegan perkosaan untuk menunjukkan betapa dia tidak hanya bisa memerkosa perempuan, tetapi juga merekam dan menyebarkannya," kata dia. "Ini lah bagaimana Patriarki berfungsi di sini."

Menurut data pemerintah, kepolisian mencatat 33,658 kasus perkosaan pada 2017, rata-raa 92 kasus setiap hari.

rzn/vlz