1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Korban Terorisme Berkurang, Serangan Sayap Kanan Meningkat

Kate Martyr
21 November 2019

Jatuhnya al-Shabaab dan ISIS turut berperan dalam berkurangnya angka kematian akibat teror di seluruh dunia. Kini serangan sayap kanan sedang meningkat, dan kematian di tangan teroris sayap kanan bertambah.

Neuseeland Polizei Absperrung Moschee Anschlag
Foto: Getty Images/K. Schwoerer

Angka kematian yang disebabkan oleh serangan teroris telah menurun secara global, tetapi jumlah negara yang mengalami teror meningkat. Sebagian besar sebagai akibat dari meningkatnya serangan oleh sayap kanan, demikian menurut Indeks Terorisme Global 2019, yang diterbitkan Rabu (20/11) oleh Institute for Economics dan Peace (IEP).

Kematian global akibat terorisme mencapai angka 15.952, terjadi penurunan 15,2% pada tahun 2018. Jumlahnya lebih dari setengahnya bila dibandingkan dengan angka kematian tertinggi, yakni 33.555 pada tahun 2014, menurut laporan lembaga think tank itu.

Laporan tersebut mengaitkan berkurangnya kematian terkait terorisme dengan jatuhnya ISIS di Irak dan kemenangan atas al-Shabaab di Somalia.

"Runtuhnya ISIL di Suriah dan Irak adalah salah satu faktor yang memungkinkan Eropa Barat untuk mencatat jumlah insiden terendah sejak 2012, tanpa adanya kasus kematian yang dikaitkan dengan kelompok itu pada tahun 2018," demikian pernyataan ketua eksekutif IEP Steve Killelea.

Angka kematian di Eropa Barat akibat semua insiden teroris turun dua tahun secara berturut-turut. Dari 200 pada tahun 2017 menjadi 62 kematian pada 2018. Wilayah ini juga mencatat jumlah insiden terendah sejak 2012.

Baca juga: Jerman Perluas Kebijakan Memerangi Ekstremisme Kanan

Terorisme sayap kanan tumbuh

Namun, menurut laporan tersebut semakin banyak negara mengalami serangan teroris, sebagai akibat dari meningkatnya terorisme sayap kanan.

Pada tahun 2018, 71 negara setidaknya mengalami satu kematian terkait terorisme, jumlah tertinggi kedua sejak awal abad ini.

Laporan tersebut menyoroti serangan Maret 2019 terhadap dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, di mana 51 orang terbunuh. Kejadian ini dianggap sebagai contoh bahwa terorisme menyebar ke negara-negara yang "hampir tidak memiliki insiden sebelumnya" atau "mengalami aktivitas terorisme" sebagai hasil dari ideologi sayap kanan.

Selama lima tahun terakhir Eropa barat, Amerika Utara dan Oseania telah mengalami peningkatan 320% dalam serangan yang dilakukan oleh teroris sayap kanan.

Kematian akibat terorisme sayap kanan meningkat

Kematian akibat serangan teroris sayap kanan telah meningkat, karena teroris sayap kanan telah menjadi lebih aktif.

Ada total 77 kematian yang dikaitkan dengan teror sayap kanan antara Januari dan September 2019, meningkat 52% dari 2018 ketika 26 orang terbunuh dalam serangan sayap kanan dan 11 kematian pada 2017.

Namun, angka-angka ini masih tetap dianggap rendah, jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk terorisme lainnya. Laporan tersebut juga menyoroti kecenderungan dalam sayap kanan dengan pelaku individu atau penyerang "penyendiri", dibandingkan dengan jenis teroris lainnya.

Laporan tersebut mengklasifikasikan terorisme sebagai "penggunaan kekuatan dan kekerasan ilegal atau ancaman kekerasan oleh pelaku non-negara untuk mencapai tujuan politik, ekonomi, agama, atau sosial melalui ketakutan, paksaan, atau intimidasi." (vlz/pkp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait