1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIsrael

PBB Peringatkan Gaza Akan Jadi Kuburan Anak-anak

7 November 2023

Gaza akan menjadi kuburan bagi anak-anak, kata Sekjen PBB Antonio Guterres. Ia menyebut konflik itu sebagai krisis kemanusiaan. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan korban tewas melampaui 10.000 orang.

Seorang anak melihat sekeliling bangunan yang hancur di Gaza
Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bencana yang sedang berlangsung di Gaza telah memakan korban jiwa ratusan anak-anakFoto: Adel Al Hwajre/ZUMA/picture alliance

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin (06/11) menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di Jalur Gaza, yang menurutnya akan "menjadi kuburan bagi anak-anak.”

"Bencana yang sedang terjadi membuat perlunya gencatan senjata kemanusiaan menjadi semakin mendesak seiring berjalannya waktu,” kata Guterres. "Pihak-pihak yang berkonflik… dan tentu saja komunitas internasional… menghadapi tanggung jawab yang mendesak dan mendasar, menghentikan penderitaan kolektif yang tidak manusiawi ini dan secara dramatis memperluas bantuan kemanusiaan ke Gaza. Mimpi buruk di Gaza lebih dari sekadar krisis humaniter. Ini adalah sebuah krisis kemanusiaan."

"Tanpa bahan bakar, bayi baru lahir di inkubator dan pasien yang membutuhkan alat bantu pendukung kehidupan, akan meninggal... Gencatan senjata kemanusiaan – sekarang juga. Semua pihak menghormati semua kewajiban mereka berdasarkan hukum kemanusiaan internasional,” katanya.

Guterres, yang sempat membuat marah Israel pada akhir Oktober lalu karena pernyataannya soal serangan Hamas, kembali menyuarakan keterkejutannya atas, "pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional yang kita saksikan… Biar saya perjelas: Tidak ada pihak dalam konflik bersenjata, berada di atas hukum kemanusiaan internasional."

Guterres juga dengan tegas mengecam "tindakan teror yang menjijikkan” yang dilakukan Hamas dan mengulangi seruannya untuk membebaskan lebih dari 200 orang yang diculik dan dibawa ke Gaza, di mana mereka terus disandera.

Korban tewas di Gaza melampaui 10.000 orang

Jumlah korban tewas di Gaza meningkat menjadi 10.022 jiwa sejak dimulainya perang pada 7 Oktober lalu, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. Jumlah itu mencakup lebih dari 4.000 anak. Namun, angka tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.

Israel menghadapi tekanan yang semakin besar untuk setidaknya menghentikan serangan udaranya di wilayah Gaza yang terkepung, seiring dengan meningkatnya kemarahan global atas meningkatnya jumlah korban warga sipil.

Israel akan ambil 'tanggung jawab keamanan' atas Jalur Gaza

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Senin (06/11), negaranya akan mengambil "tanggung jawab keamanan” atas Jalur Gaza setelah perang.

"Israel, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, akan memikul tanggung jawab keamanan secara keseluruhan,” katanya dalam wawancara televisi AS, ABC.

"Ketika kami tidak mempunyai tanggung jawab keamanan, yang kami hadapi adalah meletusnya teror Hamas dalam skala yang tidak dapat kami bayangkan.”

Beberapa negara menganggap Hamas sebagai organisasi teroris termasuk Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan Jerman.

Netanyahu juga mengatakan tidak akan ada gencatan senjata di Gaza sampai para sandera dibebaskan oleh Hamas. "Tidak akan ada gencatan senjata, gencatan senjata umum di Gaza, tanpa pembebasan sandera kami,” katanya.

Biden diskusikan jeda kemanusiaan

Presiden AS Joe Biden pada Senin (06/11) membahas penghentian serangan militer balasan Israel di Gaza untuk memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan di wilayah yang terkepung.

Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan, Biden dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah membahas masalah ini melalui percakapan telepon dan keduanya sepakat untuk berbicara lagi akhir pekan ini.

Washington menyuarakan keprihatinan atas kecilnya jumlah bantuan yang masuk ke Gaza karena Israel terus mengepungnya.

Salah satu daerah terpadat di dunia, Gaza, yang berpenduduk lebih dari 2,2 juta jiwa telah terputus dan dikepung setelah militan Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober ke Israel yang menewaskan lebih dari 1.400 orang.

Meskipun sejumlah negara dan desakan dari dalam negeri menyebut tindakan Israel tidak proporsional, pemerintah Israel menolak untuk menyerah, merujuk pada tujuan Hamas dan sekutunya untuk menghancurkan Israel.

AFP/RTR/DPA/AP (ha/rs/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait