1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Melonjaknya Korban Corona di tengah Tertekannya Ekonomi Cina

11 Februari 2020

Jumlah korban tewas akibat wabah Corona di Cina melonjak menjadi lebih dari 1.000 orang. Tersendatnya bisnis, semakin menyulitkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

China Corona-Krankenhaus in Wuhan
Foto: Imago-Images/Xinhua/Xiong Qi

Pada Selasa (11/02), 108 kematian baru akibat virus corona dilaporkan terjadi di Cina. Ini adalah rekor kematian tertinggi dalam sehari sejak wabah Corona merebak pada Desember silam. Dengan laporan baru ini, angka kematian akibat Corona di Cina bertambah menjadi 1.016 korban tewas, demikian menurut Komisi Kesehatan Nasional Cina.

Sebanyak 2.478 kasus corona baru dilaporkan terjadi di Cina pada 10 Februari, turun dari 3.062 kasus infeksi yang dilaporkan muncul pada hari sebelumnya. Dengan demikian, setidaknya sudah ada 42.638 total kasus infeksi virus corona yang terjadi di Cina.

Ini merupakan kali kedua otoritas Cina melaporkan adanya penurunan harian kasus corona, namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa penyebaran kasus corona di luar Cina bisa jadi “percikan yang berubah menjadi api yang lebih besar”.

Sejauh ini, ada sekitar 319 kasus corona yang dilaporkan terjadi di 24 negara di luar Cina. Sementara dua kematian akibat virus corona dilaporkan terjadi di luar Cina, yaitu di Hong Kong dan Filipina. 

Ekonomi Cina dikhawatirkan semakin sulit

Lebih dari 300 perusahaan Cina tengah berusaha mencari pinjaman bank berjumlah setidaknya 57,4 miliar yuan (US$ 8,2 miliar) untuk membantu mengatasi kerugian akibat Corona. Gangguan terhadap kegiatan ekonomi di Cina disebabkan oleh penutupan kota, penutupan pabrik dan lumpuhnya jalur distribusi barang, demikian menurut dua sumber perbankan seperti dilansir dari Reuters.

Sumber tersebut menyebutkan bahwa perusahaan raksasa pengiriman makanan Meituan Dianping, pembuat smartphone Xiaomi Corp, dan penyedia jasa kendaraan Didi Chuxing Technology Co, termasuk dalam calon peminjam dana bank tersebut.

Perusahaan Cina Xianchao Media pada Senin (10/02) menyatakan bahwa mereka telah memberhentikan 500 karyawan (10% dari jumlah tenaga kerjanya), sementara Xibei perusahaan restoran besar di Cina menyatakan bahwa mereka khawatir tentang pembayaran gaji sekitar 20.000 karyawannya.

Otoritas Cina pada Selasa (11/02) mengatakan bahwa mereka akan mengambil tindakan untuk menstabilkan pekerjaan. Cina sebelumnya telah melakukan pemotongan suku bunga dan stimulus fiskal untuk menjaga penurunan ekonomi. 

Wabah Corona ini membuat tingkat pertumbuhan ekonomi Cina terlihat suram. Menurut anggota senior lembaga riset pemerintah Cina, di tahun 2020 ekonomi Cina diperkirakan akan turun persentasenya sebanyak satu poin akibat Corona.

Zeng Gang, wakil ketua Institut Nasional Keuangan dan Pembangunan Cina, membandingkan krisis corona dengan epidemi SARS pada 2003 silam. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Cina berkurang sekitar dua poin selama satu kuartal fiskal.

“Saat ini, menurut beberapa asumsi skenario yang berbeda, para peneliti memperkirakan bahwa dampak negatif dari epidemi ini terhadap pertumbuhan PDB setahun penuh berada di kisaran 0,2% hingga 1%,” ujarnya. Namun, jika respon pemerintah dalam menangani wabah ini cepat dan efektif, tren pertumbuhan jangka panjang mungkin tidak akan terpengaruh secara signifikan.

"Ekonomi RI berpotensi turun 0,23%"

Penurunan ekonomi Cina sebesar 1 persen imbas wabah Corona juga berdampak terhadap perekonomian nasional di tanah air. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat sekitar 0.23%, demikian disampaikan oleh Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan. Prediksi ini lebih rendah dari Bank Dunia yang memperkirakan penurunan ekonomi RI sekitar 0.3%. 

"Bukan menghibur, tapi berdasarkan fakta-fakta yang kami temukan secara ilmiah," ujar Kasan seperti dilansir dari Tempo.

Managing Director of Development Policy and Partnership Bank Dunia Mari Elka Pangestu memproyeksi bahwa wabah virus corona berpotensi menyeret pertumbuhan ekonomi nasional kurang dari 5%. Karenanya, pemerintah ia nilai perlu mendorong pertumbuhan dari dalam negeri dengan memfokuskan pada penguatan daya beli masyarakat. Indonesia ia sebut memiliki satu keuntungan karena memiliki pasar domestik yang terbilang besar.

"Sebenarnya di bawah atau di atas 5% buat saya bedanya tidak besar, yang penting kita harus merasa beruntung kita bisa mempertahankan stabil di 5% itu sudah sangat baik saat dunia seperti ini," kata Pangestu usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/02).

Bank Dunia berikan bantuan teknis, bukan bantuan finansial

Bank Dunia menawarkan bantuan teknis kepada Cina dalam upaya memerangi wabah Corona, namun tidak dengan pinjaman baru, demikian kata Presiden Bank Dunia, David Malpass pada pada Senin (10/02).

Seperti dilansir dari Reuters, Malpass mengatakan bahwa Bank Dunia bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membantu Cina dalam hal bantuan saran terkait krisis kesehatan masa lalu. Menurutnya, Bank Dunia tidak memiliki rencana untuk memberikan bantuan finansial karena Cina dinilai memiliki sumber daya yang cukup untuk mengatasi Corona.

“Kita semua berharap agar Cina bisa dengan cepat mengatasi virus corona,” kata Malpass dalam sebuah wawancara, Senin (10/02). “Kami telah menawarkan bantuan teknis di bidang kebijakan kesehatan, sanitasi dan penyakit”, tambahnya.

Cina merupakan salah satu peminjam terbesar di Bank Dunia dengan nilai sekitar US$ 14,8 miliar yang dilakukan sejak 2011. Cina juga merupakan pemegang saham terbesar ketiga Bank Dunia setelah Amerika Serikat dan Jepang.

gtp/ (Reuters, AFP, Tempo)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait