Kelompok HAM Iran: Korban Tewas Sedikitnya 75 Orang
27 September 2022
Hingga kini sudah lebih 75 orang tewas akibat tindakan keras aparat Iran selama 11 malam aksi protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini, kata kelompok HAM Iran di Oslo, IHR.
Iklan
Menurut keterangan resmi pemerintah Iran, sudah 41 orang tewas sejak aksi protes dan kerusuhan merebak di seluruh Iran sejak akhir minggu lalu, termasuk beberapa anggota pasukan keamanan. Namun kelompok Iran Human Rights (IHR) yang berbasis di Oslo mengatakan, sedikitnya 76 orang yang tewas.
Sampai Senin malam (26/9) para demonstran masih menggelar aksi turun ke jalan di berbagai kota di Iran. Di Sanandaj, ibu kota provinsi asal Mahsa Amini di kawasan Kurdi, para perempuan naik ke atap mobil untuk melepas jilbab mereka di depan kerumunan yang bersorak. Adegan ini terlihat dalam gambar yang diterbitkan Iran Human Rights. Aparat keamanan tidak terlihat kehadirannya dalam gambar itu.
Di ibukota Teheran, kerumunan massa meneriakkan slogan "matilah diktator", dan menyerukan diakhirinya lebih dari tiga dekade kekuasaan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei (83). Rekaman video dari gedung bertingkat juga menunjukkan suasana di kota Tabriz, yang memperlihatkan orang-orang meneriakkan protes, disertai dengan tembakan gas air mata dari pasukan keamanan.
Pemerintah Iran saat ini memberlakukan pemblokiran Instagram dan WhatsApp serta pembatasan akses Internet secara masif. Aparat keamanan hari Senin melaporkan, mereka telah menangkap lebih dari 1.200 demonstran, termasuk aktivis, pengacara dan jurnalis.
Dikecam, Iran tarik dubes dari Inggris dan Norwegia
Prancis pada hari Senin mengeluarkan "kecaman paling keras" atas "penindasan kekerasan" oleh pasukan keamanan Iran. Jerman memanggil Duta Besar Iran di Berlin untuk meminta keterangan, dan Kanada mengumumkan sanksi baru. Sehari sebelumnya, Uni Eropa menyatakan menyesalkan tindakan keras itu. Iran menerangkan sudah memanggil pulang duta besarnya dari Inggris dan Norwegia.
Iklan
"Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk secara tegas dan bersatu mengambil langkah-langkah praktis untuk menghentikan pembunuhan dan penyiksaan para pengunjuk rasa," kata direktur IHR Mahmood Amiry-Moghaddam. Rekaman video dan sertifikat kematian yang diperoleh IHR menunjukkan bahwa "amunisi tajam telah ditembakkan langsung ke pengunjuk rasa," tuduhnya.
Polisi anti huru hara dengan pakaian pelindung tubuh berwarna hitam terlihat memukuli pengunjuk rasa dengan pentungan dalam pertempuran jalanan. Para pemrotes terlihat merobohkan gambar besar pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan pendahulunya Ayatollah Ruhollah Khomeini. Komite Perlindungan Jurnalis CPJ mengatakan, setidaknya 20 jurnalis telah ditangkap.
Kekuasaan Berdarah Ayatollah Khomeini
Ayatollah Khomeini mengobarkan revolusi 1979 buat mengakhiri kekuasaan monarki yang represif dan sarat penindasan. Ironisnya negara agama yang ia dirikan justru menggunakan cara-cara serupa untuk bisa bertahan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/FY
Reformasi Setengah Hati
Iran pada dekade 1970an mengalami perubahan besar lewat "Reformasi Putih" yang digenjot Syah Reza Pahlevi. Program yang antara lain berisikan reformasi agraria dan pendidikan itu sebenarnya diarahkan untuk mempersempit pengaruh kaum Mullah dan tuan tanah. Namun Reformasi Putih menciptakan ketegangan sosial yang justru ingin dihindari pemerintah. Seluruh negeri tiba-tiba bergejolak.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Monarki Tanpa Oposisi
Iran pada era Pahlevi membungkam oposisi lewat penculikan, pembunuhan, penyiksaan dan eksekusi mati. Pada demonstrasi massal 1963, sekitar 15.000 mahasiswa tewas terbunuh. Antara 1971 hingga Revolusi Islam 1979, sebanyak 100 tokoh oposisi melepas nyawa di tiang gantungan. Sampai 1975 pemerintah menahan hampir semua jurnalis, seniman, sastrawan, ulama dan akademisi yang bersimpati pada oposisi
Foto: picture alliance/Herbert Rowan
Arus Balik Khomeini
Ayatollah Khomeini yang awalnya mendukung kekuasaan terbatas Monarki Iran, berbalik arah memperkenalkan sistem pemerintahan Islam berbasis kekuasaan Ulama, Wilayatul Faqih. Oleh Pahlevi ia dikucilkan. Putra Khomeini, Mostafa, dibunuh oleh pasukan rahasia Syah Iran, Savak, setahun sebelum revolusi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/FY
Sekulerisme Islam
Namun begitu Khomeini tidak serta merta membangun pemerintahan Mullah di tahun pertama revolusi. Sebaliknya ia mengakui peran kelas menengah dalam menjatuhkan Pahlevi dengan membentuk pemerintahan sekuler di bawah tokoh liberal dan moderat Mehdi Bazargan (gambar) sebagai perdana menteri dan kemudian Abolhassan Banisadr yang merupakan aktivis HAM Iran.
Foto: Iranian.com
Kebangkitan Islam Militan
Tapi menguatnya militansi pengikut Khomeini yang ditandai dengan penyerbuan Kedutaan Besar Amerika Serikat menyudahi peran kaum liberal. Terutama sejak perang Iran-Irak, Khomeini banyak memberangus oposisi. Antara 1981 dan 1985, pemerintah Islam Iran mengeksekusi mati 7900 simpatisan oposisi.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Pengkhianatan Ayatollah
Untuk mempertahankan idenya tentang kekuasaan Ulama, Khomeini tidak cuma mengucilkan perdana menterinya sendiri, ia juga memenjarakan ulama besar Syiah, Ayatollah Sayid Muhammad Kazim Shariatmadari (gambar) dengan tudingan makar dan calon penggantinya, Ayatollah Hossein-Ali Montazeri karena menentang tindakan represif pemerintah.
Foto: tarikhirani.ir
Dekade Berdarah
Dekade 1980-an menandai kekuasaan berdarah Khomeini. Dalam Tribunal Iran, PBB menuding rejim Islam Iran melakukan "pelanggaran berat Hak Azasi Manusia." Selama tahun 1980-an, sebanyak 20.000 tahanan politik meninggal dunia di penjara dan lusinan media diberangus paksa.
Foto: sarafsazan.com
Derita di Balik Jeruji
Pengadilan Kejahatan HAM Iran yang digelar di Den Haag tahun 2012 silam mengungkap berbagai kesaksian mantan tapol. Sebagian besar mengabarkan penyiksaan di penjara, antara lain digantung terbalik selama berhari-hari dan dipaksa melihat adegan penyiksaan terhadap rekannya, serta dikurung di sel isolasi tanpa sinar matahari selama berminggu-minggu.
Foto: iranwebgard.ir
Eksekusi Massal
Hingga kini Iran menjadi salah satu negara dengan jumlah hukuman mati tertinggi di dunia terhadap tahanan politik. Setahun menjelang kematiannya (3 Juni 1989), Khomeini menggulirkan gelombang eksekusi massal terhadap tokoh oposisi. Tidak jelas berapa jumlah tahanan politik yang tewas. Sebuah sumber menyebut jumlah tapol yang dieksekusi mati mencapai 30.000 orang.
Foto: picture-alliance/dpa
9 foto1 | 9
Tindakan tegas tanpa keringanan hukuman
Pimpinan tertinggi kehakiman Iran, Gholamhossein Mohseni Ejei, menekankan "perlunya tindakan tegas tanpa keringanan hukuman" terhadap para penghasut protes. Namun seorang ulama Syiah yang berpengaruh mendesak pihak berwenang untuk mengambil kebijakan yang lebih lunak.
"Para pemimpin harus mendengarkan tuntutan rakyat, menyelesaikan masalah mereka dan menunjukkan kepekaan terhadap hak-hak mereka,” kata Grand Ayatollah Hossein Nouri Hamedani.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell hari Minggu (25/9) mengecam Iran karena "penggunaan kekerasan yang meluas dan tidak proporsional terhadap pengunjuk rasa ". Amerika Serikat pekan lalu telah memberlakukan sanksi terhadap polisi moral Iran. Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan hari Senin, negaranya akan memberlakukan sanksi "pada lusinan individu dan entitas".