1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korban Tewas di Taiwan diduga Mencapai 500 Orang

14 Agustus 2009

Para petugas masih berjuang menyelamatkan korban yang terperangkap di desa-desa pegunungan Taiwan. Di bawah tekanan yang menguat, Presiden Ma memperkirakan, jumlah korban tewas melampaui 500 orang.

Waves from approaching Typhoon Morakot pound the northeast shoreline of Taiwan, Friday, Aug. 7, 2009. Morakot surged toward Taiwan Friday, closing offices and schools, disrupting transportation, and confining millions of residents to their homes as its fringe lashed the island with high winds and heavy rains. (AP Photo/Wally Santana)
Ombak tinggi diakibatkan oleh topan Morakot di timur laut taiwanFoto: AP

Lebih dari setengah juta tentara berjuang menyeberangi sungai yang mengamuk dan jembatan-jembatan yang runtuh untuk mencapai korban di wilayah selatan dan tengah Taiwan. Kebanyakan korban tak lagi punya persediaan air bersih dan makanan, sejak topan Morakot menghantam negeri itu sepekan lalu.

Presiden Ma Ying-jeou memperkirakan, jumlah korban tewas, saat ini dilaporkan 120 orang, tampaknya akan meningkat drastis. Sekitar 380 orang dikuatirkan terkubur akibat banjir lumpur di desa Hsiaolin. Maka, korban tewas bisa melewati angka 500, kata Ma. Ia berjanji kepada segenap rakyat Taiwan untuk memobilisasi bantuan bagi korban.

Topan Marikot menghantam Taiwan sepekan lalu, namun skala bencana baru tampak jelas pekan ini setelah topan yang melemah bergeser ke Cina. Marikot melimpahkan hujan deras, melahirkan banjir dan longsoran lumpur yang menyapu rumah-rumah dan bangunan.

Banjir lumpur juga menutup akses ke ratusan desa sehingga mereka hanya bisa dicapai lewat udara. Puluhan helikopter terbang berselang seling melintasi pegunungan dan jurang. Mereka mengirim air dan makan serta mengangkut korban selamat.

Kementrian Perhubungan Taiwan mengatakan, badai menyebabkan 34 jembatan remuk dan 253 ruas jalan putus. Perbaikan di lokasi yang terparah bisa makan waktu lebih dari tiga tahun. Lima kabel bawah laut juga hancur, mengakibatkan koneksi internet dan layanan telepon terganggu.

Morakot adalah topan terburuk yang menghantam Taiwan dalam 50 tahun terakhir. Skala krisis yang diakibatkannya membuat pemerintah kewalahan. Banyak korban mengeluh belum mendapat bantuan sejak badai pertama datang.

Korban yang selamat dan partai oposisi utama mengatakan, upaya untuk menyelamatkan warga di desa-desa terpencil di pegunungan, lamban atau tidak memadai. Taipeh juga dikritik terlalu lambat dalam menilai besarnya krisis akibat bencana. Kritik ini dapat merusak citra Presiden Ma dan partainya, menjelang pemilu daerah akhir tahun ini.

Pemerintah mengatakan tak bisa bereaksi lebih cepat karena hujan yang turun terus menerus di daerah bencana, membuat helikopter penyelamat tak bisa terbang.

Topan Morakot mengakibatkan kerugian lebih dari 900 juta dolar di sektor pertanian dan infrastruktur. Rekonstruksi diperkirakan menelan biaya sekitar 4 miliar dolar. Pemerintah Taiwan menghabiskan jumlah kurang lebih sama setelah gempa bumi thaun 1999 yang menewaskan 2.400 orang.

Kementrian Luar Negeri mengeluarkan daftar permintaan bantuan ke negara-negara asing, termasuk di dalamnya 1000 unit rumah siap pasang dan helikopter yang mampu mengangkut truk dan mesin gali. Pemerintah AS mengatakan tengah mencari jalan untuk dapat membantu. Di Cina, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayah miliknya, kalangan perusahaan dan yayasan amal mengumpulkan lebih dari 14 juta dolar.

RP/afp/rtr