1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Selatan Desak Perundingan Sengketa Nuklir Korut

29 Desember 2010

Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak mendesak digelarnya kembali perundingan internasional terkait sengketa nuklir Korea Utara, untuk mengatasi krisis yang kini melanda semenanjung Korea.

Presiden Lee Myung BakFoto: AP

Pernyataan Presiden Korsel Lee Myung Bak yang dikutip kantor berita Korea Selatan Yonhap itu, dapat diindikasikan sebagai perubahan posisi yang ditawarkan pemerintahan di Seoul, lewat perundingan enam negara yang melibatkan kedua Korea, Amerika Serikat, Jepang, Cina dan Rusia. Presiden Korsel itu mengatakan tak ada pilihan lain untuk menghentikan program nuklir Korea Utara, kecuali lewat perundingan tersebut.

Namun, menurut berbagai kalangan pemerhati politik, sangat kecil kesempatan digelarnya perundingan itu, karena selama ini terdapat perbedaan pandang antara negara yang terlibat dalam perundingan, di samping itu kurangnya tekanan internasional terhadap Korea Utara.

Presiden Korea Selatan, Lee Myung Bak, sebelumnya bertekad bersikap keras menangkis segala kemungkinan serangan lebih lanjut Korea Utara. Kini Lee menyerukan digelarnya kembali perundingan, karena menurutnya kebijakan militer keras yang dilancarkan Korea Selatan saja tak akan cukup untuk menurunkan ketegangan.

Lee Myung Bak mengingatkan pentingnya perundingan digelar pada tahun depan, karena tahun 2012, tepat merupakan seratus tahun usia tokoh bapak bangsa Korea Utara, Kim Il Sung, yang kemungkinan akan dijadikan sebagai tahun kebesaran negara tersebut.

Dalam rapat pengarahan kebijakan luar negeri, Lee Myung Bak mengatakan, perundingan enam negara merupakan satu-satunya forum yang mengakhiri program imbalan bantuan dan pengakuan diplomatik. Dua tahun lalu, negosiasi mandeg, setelah Korea Utara keluar dari perundingan tersebut.

Tetapi kalangan pengamat meragukan perundingan akan tercapai tahun depan, seperti yang diinginkan oleh presiden Korea Selatan itu, mengingat Korea Utara tak punya alasan untuk mengikrarkan janji besar. Bila sekedar digelar pertemuan antar negara yang tergabung seperti kedua Korea, Cina, Jepang, Amerika Serikat dan Rusia serta Jepang, hal itu masih mungkin terjadi, namun jika ditujukan untuk menghentikan program nuklir Korut tahun 2011, hal tersebut masih jauh dari jangkauan.

Seorang pakar politik hubungan AS- Korea Scott Snyder mengatakan kemungkinan terdapat beberapa proses alternatif negosiasi tahun 2011, namun tampaknya masih akan sulit untuk diwujudkan. Ditambahkan olehnya, pertemuan kedua Korea yang dimediasi AS, dapat menjadi opsi untuk memulai lagi perundingan, namun kemungkinan keberhasilannya sangat rendah.

Pekan lalu, usai melakukan kunjungan ke Pyongyang, utusan khusus Amerika Serikat Bill Richardson mengatakan bahwa Korea Utara berjanji mengizinkan Badan Energi Atom Internasional IAEA untuk mengadakan inspeksi pada fasilitas nuklirnya.

Sementara itu mantan menteri pertahanan AS, William Perry dalam sebuah wawancara dengan harian Nikkei mengungkapkan Korea Utara mampu memproduksi sebuah bom nuklir per tahunnya. Oleh karenanya, pemerintahan di Washington sebaiknya mempertimbangkan digelarnya perundingan enam negara guna meredam ketegangan.

Ayu Purwaningsih (afp/dpa/rtr)

Editor : Hendra Pasuhuk