Korea Selatan Terima Keputusan IAEA soal Limbah Fukushima
7 Juli 2023
Korea Selatan pada hari Jumat (07/07) akhirnya menghormati keputusan IAEA yang memberikan lampu hijau atas rencana Jepang membuang air limbah nuklir Fukushima ke laut.
Iklan
Pemerintah Korea Selatan (Korsel) mengatakan pada hari Jumat (07/07) bahwa pihaknya menghormati keputusan International Atomic Energy Agency (IAEA) atau Badan Energi Atom Internasional atas rencana Jepang membuang air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima ke laut.
Setelah IAEA memberikan lampu hijau atas rencana Tokyo, Seoul mengumumkan penilaiannya sendiri meskipun masih ada kekhawatiran soal keselamatan di beberapa negara tetangga dan tanda-tanda reaksi penolakan dari konsumen.
"Berdasarkan tinjauan terhadap rencana pengolahan air kontaminasi yang diajukan oleh Jepang, kami telah mengonfirmasi bahwa konsentrasi bahan radioaktif masih memenuhi standar untuk dibuang ke laut," ujar Bang Moon-kyu, Menteri Badan Koordinasi Kebijakan Korea Selatan, dalam sebuah konferensi pers.
"Dengan demikian, rencana tersebut memenuhi standar internasional termasuk standar IAEA," tambahnya.
Wisata Radiasi Nuklir di Fukushima
01:05
Memenuhi standar internasional
Bang Moon-kyu mengatakan bahwa Korea Selatan menghormati sepenuhnya tinjauan IAEA karena laporan tersebut didasarkan pada analisis para ahli global, yang dibentuk oleh badan internasional yang terpercaya.
Iklan
Rencana pembuangan air limbah radioaktif hasil PLTN Fukushima itu juga diharapkan "tidak akan berdampak pada wilayah kelautan kita," kata Bang.
Seoul telah melakukan peninjauan sendiri terhadap rencana Tokyo untuk melepaskan lebih dari satu juta ton air radioaktif Fukushima, yang sebagian besar telah digunakan untuk mendinginkan reaktor yang hancur akibat tsunami pada Maret 2011.
Bang mengatakan bahwa penilaian Korea Selatan bergantung pada pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan Jepang dan pihaknya akan melakukan peninjauan lebih lanjut jika terdapat perubahan.
Khawatir soal masalah keselamatan
Pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol telah mengambil sikap tegas terhadap proposal pembuangan air limbah Jepang tersebut, karena Seoul tengah meningkatkan hubungannya dengan Tokyo, meskipun rencana itu kini menjadi isu yang diperdebatkan oleh para konsumen lokal yang peduli akan keselamatan.
Pengumuman itu muncul ketika Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi tiba di Korea Selatan pada hari Jumat (07/07) atas kunjungan tiga harinya guna menjelaskan hasil temuan dan tinjauan IAEA setelah pihaknya menyetujui rencana Jepang pada pekan ini.
Pada hari Kamis (06/07), sekelompok anggota parlemen Korea Selatan dari partai oposisi utama Partai Demokratik mengadakan konferensi pers yang menyerukan kepada Jepang untuk mempertimbangkan cara lain dalam menangani air limbah tersebut, salah satunya mengubur air limbah tersebut di bawah tanah atau melalui penguapan.
Bahaya Unsur Radioaktif
Nuklir mengancam secara tidak langsung. Tambang dan pemerkayaan Uranium untuk tujuan sipil atau militer, bencana dan limbah nuklir melepaskan elemen radioaktif ke udara. Ratusan ribu manusia pernah menjadi korban
Foto: picture-alliance/dpa
Lebih dari 2000 Ledakan Nuklir Sejak 1945
Amerika Serikat meledakkan 1039 bom nuklir sejak berakhirnya Perang Dunia II. Sementara Uni Sovyet 718, Perancis 198, Inggris dan Cina 45 ledakan, India dan Korea Utara masing-masing tiga kali, Pakistan dua kali. Puluhan ribu manusia terpapar zat radioaktif secara langsung akibat uji coba tersebut.
Foto: Getty Images/AFP
1945: Bom Atom di Hiroshima
140.000 dari 350.000 penduduk Hiroshima meninggal dunia sebulan setelah ledakan nuklir akibat kanker, jantung atau perubahan hormon dan Chromosom. Hingga kini tingkat pengidap Leukimia di Hiroshima tertinggi di antara penduduk Jepang di kawasan lain.
Foto: picture-alliance/dpa
Seribu Uji Coba Nuklir di Nevada
Uji coba di sekitar kamp Mercury dari 1950 hingga 1992 mengkontaminasi sebagian wilayah AS. Pada gigi balita misalnya ditemukan Strontium yang memancarkan zat radioaktif. Selain itu angka penderita penyakit Kanker juga meningkat tajam. Dari 1963 hingga 1992 pemerintah AS melakukan uji coba nuklir di bawah tanah.
Foto: Getty Images
Kompleks Nuklir Sellafield
Sejak 1952 reaktor pertama Inggris memproduksi Plutonium untuk membuat bom atom. Empat tahun kemudian pemerintah mulai menggunakan energi nuklir buat memproduksi listrik. 1957 salah satu reaktor terbakar yang disusul dengan berbagai insiden. Tanah dari air terpapar zat radioaktif. Sebagian putra putri pegawai di kompleks nuklir Sellafield hingga kini masih menderita Leukimia.
Foto: Getty Images
Tambang Uranium Mematikan
Kawasan Wismut di timur Jerman pernah menjadi tambang Uranium terbesar di dunia antara 1946 hingga 1990. Tambang tersebut mengirimkan bahan baku buat program nuklir Uni Sovyet. Menurut pemerintah Jerman, satu dari delapan buruh tambang meninggal dunia akibat radioaktivitas, keseluruhannya mencapai 7000 orang. Sementara penduduk di sekitar banyak yang menghidap kanker paru-paru.
Foto: Wismut GmbH
Pancaran Radioaktif dari Kota Misterius
Di kota nuklir Tomsk-7 di Siberia yang hingga 1992 masih dirahasiakan terjadi sebuah insiden ketika 1993 sebuah tanki penyimpanan meledak. Zat-zat radioaktif semisal Plutonium dan Sesium meracuni wilayah sekitar. Uni Sovyet tercatat merahasiakan 38 insiden nuklir di kota Tomsk-7 dan Majak. Ratusan ribu buruh dan keluarganya terpapar zat radioaktif.
Foto: imago/ITAR-TASS
1979: Bencana Nuklir Harrisburg
Kebocoran nuklir di pembangkit listrik Three Mile Island di Amerika Serikat adalah bencana nuklir terbesar sebelum Chernobyl dan Fukushima. Zat-zat radioaktif dalam jumlah besar mengotori lingkungan sekitar. Sebuah studi independen membuktikan tingginya angka penduduk berpotensi mengidap penyakit Kanker pasca bencana. Sebaliknya lobi industri nuklir menepis temuan tersebut dengan studi tandingan
Foto: picture-alliance/dpa
1986: Bencana di Chernobyl
Saudara kembar ini dilahirkan setelah bencana. Sang ayah adalah Liquidator, pegawai harakiri yang ditugaskan membersihkan reaktor sesaat setelah ledakan nuklir. Adapun sang ibu hidup di kota yang terkontaminasi. Kebocoran nukilr dan ledakan yang menyertainya melepaskan zat radioaktif dalam jumlah besar ke udara. Journal of Cancer melaporkan lebih dari 15.000 penduduk meninggal dunia akibat kanker.
Foto: picture alliance/dpa
2011: Tsunami Menyusul Insiden Nuklir di Fukushima
Kebocoran nuklir di Fukushima yang disebabkan oleh Tsunami hingga kini masih tercatat sebagai pencemaran radioaktif di laut paling parah. Pakar nuklir memperkirakan 22.000 hingga 66.000 kematian tambahan akibat kanker. Sejak 2011, anak-anak di wilayah sekitar Fukushima menderita kanker tiroid.
Foto: Reuters
Bahaya Limbah Nuklir
Limbah nuklir tingkat tinggi membutuhkan jutaan tahun hingga tidak lagi memancarkan zat radioaktif. Namun Tempat Penyimpanan Akhir untuk limbah atom hingga kini belum ada di seluruh dunia. Jerman menganggarkan miliaran Euro per tahun untuk mengelola tempat penyimpanan sementara limbah nuklir.
Foto: dapd
Irak: Leukimia Lewat Amunisi Uranium
Penggunaan amunisi yang mengandung Uranium selama Perang Teluk di awal dekade 1990-an mengancam nyawa penduduk secara tidak langsung. Hingga kini penduduk kota Bashra mencatat tingginya angka kelahiran cacat dan penderita kanker. Selain itu jumlah anak-anak yang menderita Kanker juga meningkat drastis.
"Bea Cukai Cina akan terus mempertahankan tingkat kewaspadaan tinggi," kata pihak berwenang dalam sebuah pernyataan, tanpa menyebutkan daftar prefektur Jepang yang terkena dampak larangan tersebut.
Kementerian Luar Negeri Cina pada hari Kamis (06/07) mengatakan bahwa laporan IAEA tidak dapat digunakan sebagai "lampu hijau" untuk rencana pembuangan air limbah nuklir. Cina juga memperingatkan bahwa akan ada risiko terhadap kesehatan manusia.
Cina pada hari Jumat (07/07) juga menyebutkan bahwa, "Jepang masih memiliki banyak masalah dalam hal keabsahan pembuangan air limbah ke laut, keandalan peralatan pemurnian, dan kelengkapan rencana peninjauan."