Korea Utara dan Korea Selatan Sepakat Akhiri Perang
27 April 2018
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in akhirnya sepakat akhiri perang Korea. Apa komentar Rusia, Amerika Serikat dan NATO?
Iklan
Keduanya berjanji bekerja sama untuk "denuklirisasi sepenuhnya semenanjung Korea". Kesepakatan diambil dalam KTT Antar Korea pertama dalam kurun lebih dari satu dekade
Presdien Korea Selatan, Moon Jae-In mengungkapkan: "Sangat penting bahwa Korea Utara mengambil langkah pertama untuk membekukan nuklir. Ini akan menjadi awal berharga untuk denuklirisasi penuh di semenanjung Korea. Saya dengan jelas menyatakan bahwa Korea Selatan dan Utara akan bekerja sama erat untuk denuklirisasi sepenuhnya."
Ditambahkannya, "Kim Jong Un dan saya menyatakan bersama bahwa tidak akan ada lagi perang di Semenanjung Korea dan perdamaian telah dimulai."
Kedua Korea mengumumkan akan bekerja dengan Amerika Serikat dan Cina tahun ini untuk mengakhiri secara resmi perang Korea dan mencari kesepakatan untuk membangun perdamaian "permanen" dan "solid".
Sementara itu, pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un mengatakan: "Kami akan berupaya ciptakan hasil yang baik dengan berkomunikasi erat, untuk memastikan perjanjian kami ditandatangani hari ini di hadapan seluruh dunia, tidak akan berakhir seperti perjanjian sebelumnya."
Deklarasi itu termasuk janji untuk mengurangi senjata militer secara bertahap, menghentikan permusuhan, mengubah perbatasan jadi zona damai dan gelar dialog multilateral.
Kedua Pemimpin Korea Capai Kesepakatan Akhiri Perang
01:48
Menoreh sejarah
KTT Korea adalah pendahulu untuk pertemuan antara Kim dan Presiden AS Donald Trump, yang bakal berlangsung pada akhir Mei atau awal Juni. Penmerintahan Trump telah menerapkan pendekatan "tekanan maksimum" ke Korea Utara.
NATO berkomentar ini adalah langkah yang membuat bersemangat. Rusia berminat untuk menjadi fasilitator kerjasama antara Korea Utara dan Korea Selatan, termasuk dalam pembangunan rel kereta, pasokan gas dan energi listrik. Sementara Trump berujar: "Apa yang terjadi di Korea saat ini sangat membanggakan. "
Korea Utara: Donald Trump dan Saga Nuklir Kim Jong-Un
Pemimpin Korea Utara dan Amerika Serikat dulu saling ancam serangan dengan senjata nuklir. Sekarang mereka berniat rujuk. Berikut peristiwa besar dalam 'drama' hubungan mereka.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Ahn Young-joon
2 Januari 2017: Percobaan Misil Sukses
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un katakan awal tahun ini, negaranya memasuki "tahap final" untuk peluncuran Misil Balistik Interkontinental (ICBM). Presiden Donald Trump yang dilantik 20 Januari 2017 mengatakan di Twitter: "Korea Utara baru menyatakan sudah sampai tahap final kembangkan senjata nuklir yang bisa capai AS. Itu tidak akan terjadi!"
Foto: Getty Images/AFP/KNCA
4 July 2017: "Paket Hadiah" Korea Utara
Korea Utara menguji rudal ICBM pertama, Hwasong-14 pada Hari Kemerdekaan AS. Menurut laporan, Kim Jong Un katakan kepada ilmuwannya, "AS tidak akan senang" dengan keberhasilan ini. Kim sebut percobaan ini "paket hadiah" di Hari Kemerdekaan AS. Sebagai reaksi Trump menulis di Twitter, "Korea Utara baru meluncurkan rudal lagi. Apa pria ini tak punya kesibukan lain daripada menyia-nyiakan hidupnya?"
Foto: Reuters/KCNA
28 July 2017: Dataran AS Terancam
Pyongyang ujicoba rudal Hwasong-14 yang kedua beberapa pekan setelahnya. Pakar memperkirakan, roket baru bisa mencapai dataran AS. Trump kritik sekutu Korea Utara, yaitu Cina, lewat ciutan: "Saya sangat kecewa dengan Cina. Para pemimpin tolol kita di masa lalu memperbolehkan mereka mendapat untung milyaran per tahun lewat perdagangan, tapi tidak melakukan APAPUN bagi kita dalam hal Korea Utara."
Foto: picture-alliance/AP Photo/Korean Central News Agency
8 Agustus 2017: Kemurkaan
Trump sepertinya mengancam dengan serangan kilat terhadap Pyongyang ketika ia mengatakan di depan wartawan: "Korea Utara sebaiknya tidak ancam AS lagi. Kerena mereka akan hadapi "api dan kemarahan" yang belum pernah mereka lihat. Korea Utara menjawab dengan ancaman akan menembakkan misil balistik jarak menengah ke dekat Guam, daerah AS yang berada di Pasifik. Tapi tidak terjadi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Anderson
29 Agustus 2017: Tes Roket Jepang
Pyongyang sulut kecaman internasional ketika menguji coba misil balistik jarak menengah, Hwasong-12, melewati kawasan udara Jepang. Dewan Keamanan PBB kecam uji coba tersebut. Trump mengatakan dalam pernyataan Gedung Putih, "Aksi ancaman dan destabilisasi hanya meningkatkan isolasi rezim Korea Utara di kawasan itu dan di seluruh dunia."
Foto: picture-alliance/dpa/kyodo
3 September 2017: Uji Coba Bom Hidrogen
Korea Utara umumkan sukses menguji senjata nuklir ke enamnya. Pyongyang mengatakan, ini senjata nuklir kuat yang disebut bom hidrogen, dan bisa ditempatkan jadi kepala misil balistik. Trump menulis lewat Twitter: "AS mempertimbangkan untuk menghentikan semua perdagangan dengan negara manapun yang berbisnis dengan Korea Utara, di samping opsi lainnya."
Foto: Reuters/KCNA
19 September 2017: Ancaman bagi "Rocket Man"
Dalam pidato pertamanya di PBB, Trump sebut Korea Utara "negara penipu" dan menandaskan, Washington "tidak punya pilihan lain selain menghancurkan seluruh Korea Utara" jika Pyongyang tidak hentikan program nuklirnya. Kim Jong Un disebutnya: "Rocket man" yang dalam misi bunuh diri dan membunuh rezimnya sendiri. Dua hari kemudian Kim menyebut Trump "pria pikun yang menderita gangguan mental".
Foto: Getty Images/S. Platt
29 November 2017: Tes ICBM Ke Tiga
Akhir 2017 Korea Utara menguji ICBM untuk terakhirkalinya. Pyongyang menyebutnya misil baru, yaitu Hwasong-15, yang lebih unggul daripada Hwasong-14, dan bisa ditembakkan ke target manapun di dataran AS. AS desak sekutunya, termasuk Jerman untuk hentikan hubungan diplomatik dengan Korea Utara. Jerman tidak bereaksi. Trump sebut Kim Jong Un "anak anjing yang sakit".
Foto: Reuters/KCNA
3 Januari 2018: Siapa Punya Tombol Lebih Besar?
Kim mengatakan di awal 2018, Korea Utara sudah menyelesaikan program nuklirnya dan sebuah "tombol nuklir " kini ada di mejanya. Dua hari kemudian Trump menulis ciutan: "Apakah seseorang dari rezimnya yang miskin dan kekurangan pangan mengatakan kepadanya, saya juga punya tombol nuklir, tapi lebih besar dan lebih ampuh daripada miliknya, dan tombol saya berfungsi!"
Foto: Reuters/KCNA
10 February 2018: Ketegangan Surut?
Presiden Korea Selatan Moon Jae In menyambut saudara perempuan Kim Jong Un, yaitu Kim Yo Jong di Seoul. Ia menyerahkan undangan kepada Moon Jae In, untuk bertemu saudara laki-lakinya di Pyongyang. Seoul dan Pyongyang setuju mengirimkan tim hoki bersama ke Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Ju-sung
6 Maret 2018: Langkah Selanjutnya
Penasehat Keamanan Korea Selatan Chung Eui Yong pimpin delegasi ke Pyongyang tanggal 5 Maret untuk bicarakan perdamaian. Sehari setelahnya Chung katakan, kedua belah pihak setuju adakan KTT April mendatang. Ia mengatakan, Pyongyang setuju hentikan program nuklir dan tes rudal jika AS setuju untuk berbicara dengan Korea Utara.
Foto: Reuters/Yonhap/Reuters/Yonhap/South Korean Presidential Blue House
9 Maret 2018: Trump Setuju
Chung ke Washington, untuk berunding dengan Trump. Setelah pertemuan, Chung katakan, Trump setuju bertemu Kim Jong Un bulan Mei. Trump kemudian menulis di Twitter: "Sekarang tidak ada tes rudal Korea Utara. Kemajuan besar tercapai, tapi sanksi tetap ada hingga kesepakatan tercapai. Pertemuan sudah direncanakan!" Para pemimpin negara lain sambut terobosan bersejarah ini. Penulis: Alexander Pearson
Sebelum pertemuan dimulai, Moon tampak bergandengan tangan dengan Kim. Kedua negara itu ingin mengakhiri konflik puluhan tahun mereka dan mengurangi ketegangan atas program senjata nuklir Korea Utara.
KTT ini diadakan di rumah perdamaian Inter-Korea di bagian selatan Zona Demiliterisasi (DMZ) antara Korea Utara dan Korea Selatan. DMZ yang terletak di Desa Panmunjom, adalah tempat semua pertemuan antara Korea Utara dan Komando PBB atau Korea Selatan berlangsung sejak 1953.
Kim adalah pemimpin Korea Utara pertama yang memasuki sisi selatan Zona Demiliterisasi (DMZ) sejak Perang Korea berakhir pada tahun 1953. Para pemimpin Korea Utara dan Selatan telah bertemu hanya tiga kali sebelumnya di zona demiliterisasi.
Pertemuan terakhir terjadi pada 2007 ketika mendiang Kim Jong Il, yang merupakan pemimpin Korea Utara sejak 1994 hingga kematiannya pada 2011, bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Roh Moo-hyun.
Melawan Kim Jong Un Dengan Balon Udara
Sekelompok penduduk Korea Selatan mengirimkan propaganda berupa sinetron dan mie instan ke jiran di utara dengan menggunakan balon udara. Kiriman tersebut memancing sikap geram penguasa Pyongyang.
Foto: Reuters
Mie Instan dan Sinetron
Beberapa mengirimkan pamflet berisikan pesan demokrasi atau gambar kartun yang mengolok-olok Kim Jong Un, yang lain mengirimkan diska lepas USB berisikan sinetron atau film dokumenter tentang kekayaan Korea Selatan. Ada juga yang menitipkan selembar uang Dollar AS dan beberapa bungkus mie instan.
Foto: picture-alliance/Yonhap
Balon Melawan Komunisme
Ada banyak cara yang dilakukan Korea Selatan buat memerangi propaganda Komunisme Kim Jong Un di Korea Utara. Tapi propaganda balon udara adalah salah satu cara paling unik. Penggagasnya adalah aktivis demokrasi dan penduduk sipil yang mengklaim diri sebagai serdadu dalam perang propaganda dengan negeri paling tertutup di dunia itu.
Foto: picture-alliance/AP/L. Jin-man
Godaan Kemakmuran dan Kebebasan
"Cara paling cepat meruntuhkan sebuah rejim adalah dengan mengubah pikiran penduduk," kata Park Sang Hak, seorang pengungsi asal Korut. Dia mengajak pengungsi lain untuk mengirimkan ribuan balon berisikan propaganda ke jiran komunis di utara. Dengan balon tersebut dia ingin membuka pikiran warga Korut tentang kemakmuran di Cina dan di Korsel.
Foto: picture-alliance/AP/A. Young-joon
Senjata Makan Tuan
Pyongyang sebaliknya membalas dengan cara serupa. Tidak jarang ribuan balon dikirimkan ke selatan membawa pesan propaganda Komunisme dari era Perang Dingin. Pada awal 2017 silam sebuah pamflet berisikan umpatan kepada Presiden AS Donald Trump ditemukan di ibukota Seoul.
Foto: picture-alliance/Zuma/S. Il Ryu
Ancaman Pembunuhan Berbalas Penculikan
Pemerintah Korut kerap mengecam praktik propaganda balon. Terutama gambar yang mengolok-olok Kim Jong Un bisa memicu ketegangan diplomatik dengan Pyongyang. Ketika tahun 2015 muncul pamflet yang berisikan ancaman pembunuhan terhadap sang pemimpin besar, Korut mengancam bakal menculik aktivis propaganda balon.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Ahn Young-joon
Efektifitas Diragukan
Aktivis di Korea Selatan mengklaim komik bergambar atau sinetron dan makanan cepat saji yang dikirimkan dari selatan membantu membawa perubahan. Namun hingga kini belum ada studi terpercaya yang merinci jumlah penduduk Korut yang membaca atau menerima balon propaganda tersebut.
Foto: picture-alliance/Zuma/S. Il Ryu
Memicu Ketegangan di Perbatasan?
Tanpa adanya kejelasan mengenai efektivitas kampanye, aktivis balon dituding hanya mencari perhatian media buat menggalang dana sumbangan. Propaganda balon juga dikritik hanya memperburuk sentimen pemerintah Korut dan membahayakan situasi di perbatasan. Berulangkali serdadu Korut berupaya menembaki balon yang beterbangan melewati perbatasan.