1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialKorea Utara

Korea Utara Kembali Dibuka bagi Wisatawan

27 Agustus 2024

Pariwisata merupakan sumber utama bagi Korea Utara untuk memperoleh devisa. Negara tersebut tengah merampungkan kawasan wisata Wonsan-Kalma di pesisir timur lautnya sebagai tujuan wisata utama.

Turis Rusia di Korea Utara
Warga negara Rusia telah diizinkan mengunjungi Korea Utara sebagai turis sejak Februari 2024Foto: Yuri Smityuk/ITAR-TASS/IMAGO

Hampir lima tahun setelah Korea Utara menutup perbatasannya dari dunia luar karena pandemi virus corona, para pejabat mengindikasikan bahwa negara itu akan kembali membuka diri bagi wisatawan Barat.

Perusahaan perjalanan yang sebelumnya membawa rombongan kecil pengunjung ke Korea Utara menerima kabar dari organisasi mitra mereka di Pyongyang pada pertengahan Agustus, bahwa tur pertama dapat dilanjutkan pada bulan Desember tahun ini. Kota Samjiyon di utara kemungkinan akan menjadi tujuan awal.

"Kami mendapat informasi melalui panggilan telepon dari mitra kami di Pyongyang," kata manajer umum biro perjalanan khusus Korea Utara di Beijing, Koryo Tours, Simon Cockerell. "Keputusan itu tidak terduga, tetapi disambut baik, dan kami meminta informasi lebih lanjut, tetapi tidak lebih dari yang telah kami umumkan."

Perusahaan perjalanan spesialis lainnya, termasuk KTG Tours, menerima pemberitahuan serupa. Koryo Tours, yang berkantor pusat di Beijing, membawa wisatawan asing pertama ke Korea Utara pada tahun 1993.

Selama beberapa dekade berikutnya, perusahaan ini telah memberikan kesempatan kepada sekitar 30.000 orang luar yang penasaran mengenal sekilas kehidupan orang-orang yang hidup di bawah kediktatoran komunis yang ketat.

Pyongyang menutup perbatasan selama COVID-19

Rombongan tur Barat terakhir kali berkunjung pada Januari 2020, sesaat sebelum Pyongyang memutuskan untuk menutup perbatasan negara itu dalam upaya mengisolasi diri dari pandemi global COVID-19.

Banyak negara lain ketika itu juga membatasi perjalanan untuk menghentikan penyebaran infeksi, kemudian mencabut pembatasan ketika ketakutan akan virus corona memudar. Korea Utara adalah negara terakhir di dunia yang belum dibuka kembali setelah pandemi.

"Kami mendapat permintaan dari banyak negara, dan jelas ada banyak permintaan terpendam dari orang-orang yang ingin melihat sendiri lokasi itu," kata Cockerell kepada DW.

Alasan utama yang dikemukakan orang-orang untuk ingin bepergian ke Korea Utara adalah "karena negara itu ada di sana," tambahnya. Memang ada banyak orang yang suka travel dan "penggila plesiran" yang ingin mengunjungi setiap negara di Bumi.

"Korut jelas bukan tempat yang mudah untuk dikunjungi, dan tentu saja, ada banyak sekali batasan, aturan dan peraturan di sana, jadi itu bukan tempat yang dikunjungi orang tanpa alasan atau sekadar hanya untuk iseng," kata Cockerell.

"Mereka yang pergi ke sana benar-benar ingin. Mereka ingin melihat apa yang bisa mereka lihat, melakukan apa yang bisa mereka lakukan, dan mengetahui tentang negara itu sebanyak mungkin,” jelasnya. "Pembukaan negara ini menghasilkan kelompok pengunjung yang sangat terlibat dan pengalaman yang menarik."

Korea Utara berharap dapat menarik lebih banyak wisatawan asing seperti kelompok turis asal Rusia yang mengunjungi Pyongyang pada Februari 2024Foto: Russian Embassy in the DPRK via Facebook/REUTERS

Orang Korea Selatan juga ingin berkunjung

Kim Seong-kyung, seorang profesor masyarakat dan budaya Korea Utara di Universitas Studi Korea Utara di Seoul, mengatakan dia sangat ingin bepergian ke utara perbatasan, tetapi saat ini hal itu tidak mungkin dilakukan.

"Jika aturannya dilonggarkan, saya ingin sekali melakukannya bukan hanya karena minat akademis, tetapi juga karena keingintahuan terhadap negara yang terpecah belah ini dengan dua masyarakat yang sangat berbeda," katanya kepada DW.

"Seperti kebanyakan orang Korea Selatan, saya ingin tahu lebih banyak tentang Korea Utara," jelasnya.

Sementara pemerintah di Pyongyang selalu sangat berhati-hati dengan orang luar, Kim yakin bahwa pihak berwenang telah mempersiapkan dimulainya kembali pariwisata selama beberapa waktu.

"Korea Utara membutuhkan lebih banyak sumber daya dari luar perbatasannya, dan pariwisata adalah salah satu dari sedikit sektor yang dikecualikan dari sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa," katanya.

"Rezim Kim berupaya keras untuk menarik lebih banyak wisatawan internasional karena membutuhkan mata uang asing, tetapi saya juga yakin dia ingin negara itu dianggap 'normal', dan memamerkan kepada seluruh dunia daya tarik alamnya serta bangunan-bangunan indah di kota-kotanya."

Diktator Korea Utara Kim Jong Un menandatangani perjanjian perdagangan dan keamanan yang luas dengan Presiden Vladimir Putin ketika pemimpin Rusia itu mengunjungi Pyongyang pada bulan Juni, dan sudah ada beberapa kelompok wisatawan Rusia yang berkunjung ke Korea Utara.

Di masa lalu, wisatawan Cina merupakan mayoritas pengunjung, tetapi sumber pendapatan bagi Korea Utara mengering ketika perbatasan ditutup.

Pejabat pariwisata Korea Utara telah sibuk selama beberapa tahun terakhir, dan pekerjaan di kawasan wisata Wonsan-Kalma, di pantai timur laut, hampir selesai.

Kim Jong Un mengawasi persiapan

Kim Jong Un telah mengunjungi lokasi tersebut pada tanggal 18 Juli untuk memantau kemajuan, dengan citra satelit yang menunjukkan bahwa hotel, restoran, taman hiburan, menara observasi berputar dan fasilitas wisata lainnya hampir selesai dibangun di sepanjang pantai berkelok sepanjang empat kilometer. Kemungkinan besar resor tersebut dirancang untuk menarik minat wisatawan Cina dan Rusia.

Meskipun pariwisata ke Korea Utara saat ini tidak dikenai sanksi, ada kritik dari beberapa pihak bahwa kunjungan ke negara tersebut hanya menguntungkan propaganda Korea Utara dan membantu membiayai program nuklir dan rudal rezim tersebut.

Kepala Koryo Tours Cockerell tidak sependapat. "Kebijakan negara Korea Utara adalah menjaga rakyatnya dalam situasi, di mana mereka hanya belajar tentang dunia melalui sistem mereka sendiri, yang tidak menampilkan orang asing dan pandangannya," katanya.

"Interaksi, keterlibatan, dan sekadar berada di negara ini dan bepergian ke mana-mana, semuanya bertentangan dengan hal ini, dan membantu membuka mata dan pikiran mereka secara bertahap tentang realitas dunia yang kompleks."

(ap/hp)

Julian Ryall Jurnalis di Tokyo, dengan fokus pada isu-isu politik, ekonomi, dan sosial di Jepang dan Korea.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait