Korea Utara Kembali Luncurkan Rudalnya, Diduga ICBM
18 November 2022
Rudal jarak jauh (ICBM) Korea Utara disebut-sebut punya kemampuan jangkauan hingga ke daratan Amerika Serikat. Rudal itu juga punya kemampuan mengirimkan muatan nuklir ke titik mana pun di AS.
Iklan
Korea Utara telah menembakkan rudal yang diduga sebagai rudal balistik antarbenua (ICBM) pada hari Jumat (18/11), kata militer Seoul yang kemudian dikonfirmasi oleh Tokyo.
Menurut Penjaga Pantai Jepang, rudal itu kemungkinan besar telah mendarat di perairan sekitar 210 kilometer barat Hokkaido.
Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan, rudal tersebut memiliki kemampuan jangkauan hingga ke daratan Amerika Serikat (AS).
Ini adalah peluncuran kedua dari negara itu dalam beberapa hari terakhir.
Kepala Staf Gabungan Seoul mengatakan telah “mendeteksi rudal balistik jarak jauh sekitar pukul 10:15 (01:15 GMT) yang ditembakkan dari daerah Sunan di Pyongyang menuju Laut Timur.” Laut Timur yang dimaksud adalah Laut Jepang.
Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan pun langsung menggelar rapat darurat pada Jumat untuk membahas peluncuran rudal yang diduga ICBM tersebut, demikian menurut keterangan dari kantor kepresidenan.
Sejarah Perang Korea 1950-1953
Ambisi Kim Il Sung menguasai Semenanjung Korea tidak hanya merenggut jutaan nyawa, tetapi juga berakhir pahit untuk aliansi komunis di utara. Perang Korea gagal mengubah garis demarkasi yang masih bertahan hingga kini.
Foto: Public Domain
Korea Terbagi Dua
Selepas Perang Dunia II, Korea yang dijajah Jepang mendapat nasib serupa layaknya Jerman yang dibagi dua antara sekutu Barat dan Uni Soviet. Ketika AS membentuk pemerintahan boneka di bawah Presiden Syngman Rhee untuk kawasan di selatan garis lintang 38°, Uni Soviet membangun rezim komunis di bawah kepemimpinan Kim Il Sung.
Foto: Getty Images/AFP
Siasat Kim Lahirkan Perang Saudara
Awal 1949 Kim Il Sung berusaha meyakinkan Josef Stalin untuk memulai invasi ke selatan. Namun permintaan itu ditolak Stalin karena mengkhawatirkan intervensi AS. Terlebih serdadu Korut saat itu belum terlatih dan tidak mempunyai perlengkapan perang yang memadai. Atas desakan Kim, Soviet akhirnya membantu pelatihan militer Korut. Pada 1950 pasukan Korut sudah lebih mumpuni ketimbang serdadu Korsel
Foto: Bundesarchiv, Bild 183-R80329 / CC-BY-SA
Peluang Emas di Awal 1950
Keraguan Stalin bukan tanpa alasan. Sebelum 1950 Cina masih tenggelam dalam perang saudara antara kaum nasionalis dan komunis, pasukan AS masih bercokol di Korsel dan ilmuwan Soviet belum berhasil mengembangkan bom nuklir layaknya Amerika Serikat. Ketika situasi tersebut mulai berubah, Stalin memberikan lampu hijau bagi invasi pada April 1950.
Foto: picture-alliance/dpa/Bildfunk
Kekuatan Militer Korut
Berkat Soviet, pada pertengahan 1950-an Korut memiliki 200.000 serdadu yang terbagi dalam 10 divisi infanteri, satu divisi kendaraan lapis baja berkekuatan 280 tank dan satu divisi angkatan udara dengan 210 pesawat tempur. Militer Korut juga dipersenjatai 200 senjata artileri, 110 pesawat pembom dan satu divisi pasukan cadangan berkekuatan 30.000 serdadu dengan 114 pesawat tempur dan 105 tank
Foto: AFP/Getty Images
Kekuatan Militer Korsel
Sebaliknya kekuatan militer Korea selatan masih berada jauh di bawah saudaranya di utara. Secara umum Korsel hanya berkekuatan 98.000 pasukan, di antaranya cuma 65.000 yang memiliki kemampuan tempur, dan belasan pesawat, tapi tanpa tank tempur atau artileri berat. Saat itu pasukan AS banyak terkonsentrasi di Jepang dan hanya menempatkan 300 serdadu di Korsel.
Foto: picture-alliance/dpa
Badai Komunis Mengamuk di Selatan
Pada 25 Juni 1950 sekitar 75.000 pasukan Korut menyebrang garis lintang 38° untuk menginvasi Korea Selatan. Hanya dalam tiga hari Korut yang meniru strategi Blitzkrieg ala NAZI Jerman merebut ibu kota Seoul dengan mengandalkan divisi lapis baja dan serangan udara. Pada hari kelima kekuatan Korsel menyusut menjadi hanya 22.000 pasukan
Foto: picture-alliance/dpa
Arus Balik dari Busan
Kendati AS mulai memindahkan pasukan dari Jepang ke Korsel, hingga awal September 1950 pasukan Korut berhasil menguasai 90% wilayah selatan, kecuali secuil garis pertahanan di sekitar kota Busan. Dari kota inilah Amerika Serikat dan pasukan PBB melancarkan serangan balik yang kelak mengubur impian Kim Il Sung menguasai semenanjung Korea.
Foto: Public Domain
September Berdarah
Di bawah komando Jendral Douglas MacArthur, pasukan gabungan antara AS, PBB dan Korea Selatan yang kini berjumlah 180.000 serdadu mulai mematahkan kepungan Korut terhadap Busan. Berbeda dengan pasukan Sekutu, Korut yang tidak diperkuat bantuan laut dan udara mulai kewalahan dan dipaksa mundur semakin ke utara.
Foto: Public Domain
Nasib Buruk Berputar ke Utara
Pada 25 September pasukan sekutu berhasil merebut kembali Seoul. Serangan udara dan artileri militer AS berhasil menghancurkan sebagian besar tank dan senjata artileri milik Korut. Atas saran Cina, Kim menarik mundur pasukannya dari selatan. Jelang Oktober hanya sekitar 30.000 pasukan Korut yang berhasil kembali ke utara.
Foto: Public Domain
Intervensi Mao
Ketika pasukan AS melewati batas demarkasi pada 1 Oktober, Stalin dan Kim mendesak Mao Zedong dan Zhou Enlai agar mengirimkan enam divisi invanteri Cina ke Korea. Soviet sendiri sudah menegaskan tidak akan menurunkan langsung pasukannya. Permintaan tersebut baru dijawab pada 25 Oktober, setelah serangkaian perjalanan diplomasi antara Beijing dan Moskow.
Foto: gemeinfrei
Mundur Teratur
Hingga November 1950 pasukan AS tidak hanya merebut Pyongyang, tetapi juga berhasil merangsek hingga ke dekat perbatasan Cina. Kemenangan AS terhenti setelah pasukan Cina yang berkekuatan 200.000 tentara mulai melakukan serangan balik. Intervensi tersebut menyebabkan kekalahan besar pada pasukan AS yang terpaksa mengundurkan diri dari Korea Utara pada pertengahan Desember.
Foto: Public Domain
Berakhir dengan Kebuntuan
Hingga Juli 1951 pasukan Cina dan AS masih bertempur sengit di sekitar perbatasan garis lintang 38°. Baru pada pertengahan tahun kedua pihak mulai mengendurkan serangan yang menyebabkan situasi buntu. Setelah kematian Josef Stalin, sikap Uni Soviet mulai melunak dan pada 27. Juli 1953 kedua pihak menyepakati gencatan senjata yang masih berlaku hingga kini.
Foto: picture-alliance/dpa
Hilang Nyawa Terbuang
Pada akhir Perang Korea, sebanyak 33.000 pasukan AS dilaporkan tewas dalam pertempuran. Sementara Korsel melaporkan sebanyak 373.000 warga sipil dan 137.000 pasukan tewas. Sebaliknya Cina kehilangan 400.000 serdadu dan Korut 215.000 pasukan, serta 600.000 warga sipil. Secara umum angka kematian yang diderita kedua pihak mencapai 1,2 juta jiwa.
Foto: Public Domain
13 foto1 | 13
‘Pelanggaran terang-terangan terhadap resolusi DK PBB’
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyebut peluncuran itu “benar-benar tidak dapat diterima,” seraya menambahkan bahwa tidak ada kerusakan pada kapal atau pesawat yang dilaporkan.
Sementara AS, “mengutuk keras uji coba rudal balistik jarak jauh” milik Korea Utara itu. Dalam sebuah pernyataan, AS disebut akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi negara serta keamanan sekutunya, yaitu Jepang dan Korea Selatan.
“Peluncuran ini adalah pelanggaran terang-terangan terhadap berbagai resolusi Dewan Kemanan PBB (DK PBB) dan disayangkan telah meningkatkan ketegangan yang berisiko mengacaukan situasi keamanan di kawasan itu,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Adrienne Watson, dalam sebuah pernyataan.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Wakil Presiden AS Kamala Harris akan menggelar rapat darurat dengan para pemimpin dunia di sela-sela forum regional di Bangkok, untuk membahas peluncuran tersebut.
Iklan
Uji coba rudal picu kekhawatiran
Peluncuran rudal pada Jumat itu terjadi sehari setelah Korea Utara memulai kembali uji coba rudal-rudal balistiknya. Pyongyang sebelumnya telah memperingatkan akan terus melanjutkan aksinya tersebut, sehingga memicu kekhawatiran bahwa uji coba nuklir mungkin akan segera terjadi.
ICBM adalah jenis rudal jarak jauh Korea Utara yang mampu mengirimkan muatan nuklir ke titik mana pun di Amerika Serikat.
Korea Utara telah melakukan uji coba rudal balistik dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini. Di tanggal 2 November saja, Pyongyang telah meluncurkan 23 rudal, lebih banyak dari total uji coba di tahun 2017.
Fakta Unik tentang Korea Utara
Korea Utara adalah negara miskin yang secara internasional terisolasi. Saking tertutupnya, tidak banyak yang diketahui tentang negara ini. Berikut beberapa fakta unik tentang Korea Utara:
Foto: picture-alliance/AP Images/P. Semansky
Ideologi Negara
Secara resmi Korea Utara bukan lagi negara komunis. Sejak tahun 2009, negara ini menganut ideologi baru yang disebut “Juche”. Ideologi yang pertama kali dicetuskan oleh Kim Il-sung pada tahun 1955 ini mengandung prinsip: "manusia menguasai segala sesuatu dan memutuskan segala sesuatu".
Foto: AP
Penanggalan
Sebenarnya menurut penanggalan kalender tradisional Korea, Dangun, yang mulai dipakai sejak 2333 SM, Korea Utara saat ini berada di tahun 4349. Namun, negara ini memilki satu cara penanggalan lain yang unik, yaitu berdasarkan tahun kelahiran pemimpin besar Kim Il-sung tahun 1912. Jadinya di Korea Utara sekarang baru tahun 105.
Foto: Colourbox/PetraD
Surga di Korea Utara
Korea Utara terkenal sebagai negara konservatif, rakyatnya hidup dalam kemiskinan dan tertekan di bawah kepemimpinan seorang diktator. Namun begitu, ada juga yang menganggap negara ini sebagai surga, setidaknya bagi pemakai marijuana. Daun memabukan ini dilegalkan di Korea Utara, bahkan tidak dikategorikan sebagai narkoba.
Foto: picture alliance/Photopqr/l'Alsace
Stadion Terbesar di Dunia
Satu bangunan yang menjadi kebanggaan Korea Utara: Stadion Hari Buruh Rungrado, yang diselesaikan pada 1 Mei 1989, mampu menampung 150.000 penonton. Stadion tempat menggelar event olahraga, seperti sepak bola dan atletik atau juga Arirang, festival senam masal dan artistik ini kapasitasnya jauh lebih besar dibanding peringkat 2, Stadion Michigan (107.601) di AS.
Foto: picture-alliance/dpa
Potongan Rambut
Sekitar setahun setelah berkuasa, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengeluarkan satu peraturan baru mengenai potongan rambut. Pria hanya diperbolehkan memilih 10 potongan rambut. Tapi model rambut yang dimiliki Kim Jong-un bukanlah salah satu yang diperbolehkan. Sementara, pilihan bagi perempuan lebih banyak: 18 model.
Foto: picture alliance/AP Images
Tanggal Ulang Tahun yang Sepi
Tidak ada seorangpun di Korea Utara yang lahir pada tanggal 8 Juli atau 17 Desember berani merayakan hari ulangtahun mereka. Alasannya, kedua tanggal ini merupakan hari kematian Kim Il-sung dan Kim Jong-il. Gantinya, sekitar 100.000 warga Korea Utara, yang lahir pada tanggal tersebut, merayakan hari ulang tahun pada 9 Juli atau 18 Desember.
Foto: Fotolia/Jenny Sturm
Busana yang Diharamkan
Korea Utara menganggap Amerika Serikat sebagai musuh utamanya. Saking besar rasa permusuhan yang dimiliki, pemerintah Korea Utara melarang warganya untuk mengenakan busana jeans. Jenis pakaian ini dianggap simbol Amerika Serikat.
Foto: picture-alliance/chromorange
7 foto1 | 7
Korea Utara kecam latihan perang AS, Korsel, dan Jepang
Sehari sebelumnya, menteri luar negeri Korea Utara, Choe Son Hui, mengkritik pertemuan trilateral antara AS, Korea Selatan, dan Jepang. Ketiga negara itu sebelumnya mengecam uji coba rudal Pyongyang dan berkomitmen memperkuat kerja sama keamanan.
Choe mengatakan, “latihan perang untuk agresi” ketiga negara itu justru mengundang “ancaman yang lebih serius, realistis, dan tak terelakkan” pada diri mereka sendiri.
“Semakin AS mempertajam “perluasan tawaran pencegahan” kepada sekutu-sekutunya dan semakin mereka mengintensifkan kegiatan militer yang provokatif dan menggertak, maka aksi balasan dari militer DPRK akan semakin sengit,” kata Choe dalam sebuah pernyataan.
Washington sebelumnya telah banyak bekerja untuk memperkuat kerja sama keamanan regional dan meningkatkan latihan bersama. Korea Utara menganggapnya sebagai tanda agresi AS.
Peluncuran rudal terbaru dari Korea Utara telah menjadi topik pembicaraan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping di awal pekan ini.
Sementara itu, ketika pemimpin Cina dan Jepang bertemu untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir di KTT APEC Bangkok, Korea Utara kembali menjadi topik utama pembicaraan.