Apa Jadinya Penyelesaian Konflik dengan Korea Utara?
9 September 2018
Pendekatan antara Washington dan Pyongyang tersendat-sendat. Kini Cina dan Korea Selatan ingin mengusahakan agar Korea Utara bersedia lebih berkompromi.
Iklan
Ini bukan saat tepat bagi Kim Jong Un untuk bersorak-sorai. Ia ingin mendorong perekonomian, tapi sanksi atas negaranya mencekik perkembangan ekonomi. Hubungan baik dengan AS sebenarnya ditujukan agar sanksi diperlonggar. Tapi tiga bulan setelah pertemuan bersejarah di Singapura, Kim dan Presiden AS, Donald Trump tidak bisa mencapai kesepakatan soal langkah pendekatan selanjutnya.
Kim dan Trump sama-sama "kecewa"
Di depan utusan khusus Korea Selatan Rabu lalu (5/9), Kim menyatakan frustrasi. Korea Utara sudah "mengambil langkah penting pertama menuju denuklearisasi" katanya. Yang dimaksudkannya adalah penutupan instalasi percobaan nuklir dan pembongkaran sarana peluncuran roket. Niat baiknya harus dihargai, demikian katanya keluhan Kim. Itu bisa jadi petunjuk akan akhirnya situasi perang antara Korea Utara dan AS. Memang dalam pernyataan bersama di Singapura, kedua belah pihak menyatakan bersedia memulai hubungan yang "baru". Katanya, di Singapura Trump juga berjanji dalam waktu dekat akan menandatangi pernyataan berakhirnya Perang Korea secara resmi.
Pertemuan Bersejarah di Singapura
Setelah sempat dinyatakan batal, Presiden AS Donald Trump dan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un akhirnya bertemu di Capella Hotel, Pulau Sentosa, Singapura.
Foto: picture-alliance/dpa/E. Vucci
Memasuki Pulau Sentosa
Rombongan Presiden AS Donald Trump memasuki lokasi pertemuan puncak di Pulau Sentosa. Tempat pertemuan mereka adalah bekas pangkalan militer Inggris.
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Foto bersejarah
Untuk pertama kalinya sejak Perang Korea diakhiri dengan gencatan senjata tahun 1953, seorang Presiden AS berjabat tangan dengan seorang pimpinan Korea Utara.
Foto: Getty Images/AFP/S. Loeb
Senyuman setelah retorika keras
Sebelumnya, Donald Trump dan Kim Jong Un sempat terlibat retorika keras melalui media dan Twitter. Donald Trump menjuluki Kim Jong Un "Rocket Boy", dan pimpinan Korut itu mengancam akan menyerang AS dengan rudal nuklir.
Foto: Reuters/J. Ernst
Situasi mencair
Sebelum melakukan pembicaraan empat mata di Capella Hotel, Donald Trump dan Kim Jong Un melakukan percakapan kecil dan sekali lagi berpose berjabatan tangan untuk para wartawan.
Foto: Getty Images/AFP/S. Loeb
Perundingan dengan delegasi penting
Setelah pertemuan empat mata sekitar 45 menit, anggota delegasi dari kedua negara memasuki ruangan untuk melanjutkan perundingan.
Foto: Getty Images/AFP/S. Loeb
Menjadi sorotan dunia
Penonton televisi di Korea Selatan justru yang paling gembira melihat tayangan pertemuan bersejarah antara Donald Trump dan Kim Jong Un itu. Bagi mereka ini berarti jaminan keamanan dan terlepas dari ancaman negara tetangga.
Foto: Getty Images/C. Sung-Jun
6 foto1 | 6
Tapi Trump hanya menghentikan latihan militer bersama Korea Selatan. Kemudian dari laporan dinas rahasia terdengar, Korea Utara terus memproduksi bahan baku nuklir dan roket. Awal Agustus, AS menetapkan sanksi-sanksi baru terhadap dua fungsioner Korea Utara. Dan terakhir, Trump memerintahkan pembatalan perjalanan Menlu AS, Mike Pompeo ke Pyongyang. "Kemajuan berarti dalam hal denuklearisasai tidak terlihat", kata Trump. Katanya, kepala Dinas Rahasia Kim Yong Chol mengatakan, Pompeo harus menawarkan sesuatu. Tapi AS meminta langkah denuklearisasi yang jelas terlebih dahulu.
Tekanan dari Beijing dan Seoul
Tapi di pekan-pekan mendatang mungkin akan ada kemajuan. Cina dan Korea Selatan mendesak Kim untuk lebih berkompromi. Presiden Cina Xi Jinping menolak undangan dari Korea Utara untuk hadir dalam upacara ulang tahunnya. Xi Jinping mengirim Ketua Parlemen Li Zhanshu ke Pyongyang. Para analis menilai ini sebagai sinyal dari Beijing, bahwa Korea Utara tidak bisa berharap, sanksi ekonomi akan segera dicabut.
Ulang Tahun Korea Utara ke 70 Diperingati Tanpa Rudal Balistik
Menandai ulang tahun ke-70 pendirian negara, Korea Utara telah menggelar pawai militer besar-besaran di Pyongyang. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini tanpa uji rudal balistik. Ada ada dengan Korea Utara?
Foto: picture-alliance/dpa/N. H. Guan
Megah dan akbar
Pasukan Korea Utara, artileri dan tank berparade melewati pemimpin negara komunis Kim Jong Un. Megah dan akbar. Namun rezim itu menahan diri untuk tidak memamerkan rudal-rudal paling canggih yang telah menjadi target sanksi internasional. Rudal balistik antarbenua (ICBM) pun tidak terlihat.
Foto: picture-alliance/dpa/N. H. Guan
Fokus pada pembangunan, bukan rudal
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melambaikan tangannya. Pawai hari Minggu (09/09) itu menggarisbawahi strategi Kim untuk meyakinkan masyarakat internasional bahwa Korea Utara bersedia untuk fokus pada pekerjaan pembangunan negara dan upaya sipil untuk membangun ekonomi.
Foto: picture-alliance/AP/Kyodo News/M. Iwasaki
Parade para serdadu
Para prajurit Korea Utara berbaris sepanjang parade untuk merayakan ulang tahun ke-70 tahun Korea Utara di Pyongyang, hari Minggu, 9 September 2018.
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Cheung
Perempuan dalam militer Korut
Para prajurit perempuan Korea Utara pun tidak ketinggalan. Mereka berbaris dalam parade untuk peringatan ke-70 tahun Korea Utara di Pyongyang, Korea Utara.
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Cheung
Pesawat semarakan peringatan ultah
Pesawat terbang dengan jejak asap berwarna tampil selama pawai untuk ulang tahun ke-70pendirian Korea Utara di Pyongyang, Korea Utara, Minggu, 9 September 2018. Korea Utara mengadakan parade militer besar dan akan menghidupkan kembali permainan massal ikoniknya untuk menandai ulang tahun ke 70 sebagai sebuah bangsa.
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Cheung
Sambutan masyarakat
Para peserta pawai melambai-lambaikan bunga saat mereka berbaris melewati sebuah balkon dari mana pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sedang menonton, di lapangan Kim Il Sung di Pyongyang pada 9 September 2018.
Foto: Getty Images/AFP/E. Jones
Perayaan yang sulit.....
Martin Fritz, reporter DW di Seoul, mengatakan perayaan ini cukup sulit bagi Kim: "Dia ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi sanksi internasional terus menghambat kemajuan apa pun." Sebalumnya Kim mengatakan kepada utusan khusus Korea Selatan bahwa dia frustrasi dengan kebuntuan diplomatik, dengan mengatakan Pyongyang telah mengambil langkah pertama yang diperlukan menuju denuklirisasi.
Foto: Getty Images/AFP/E. Jones
......Diduga masih membangun roket
Tetapi laporan intelijen AS menunjukkan bahwa Korea Utara terus memproduksi bahan fisil dan membangun roket. Pada awal Agustus lalu, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan sanksi baru terhadap dua pejabat tinggi Korea Utara.
Foto: picture-alliance/Maxapp/Kyodo
Ini foto dulu
Pada tahun-tahun sebelumnya, para pemimpin Korea Utara tidak pernah segan menyombongkan rudal jarak jauh dan pencapaian nuklir mereka, sementara hampir tidak ada penekanan diberikan pada ekonomi dan budaya negara. Pada parade-parade sebelumnya, berbagai tank, rudal, dan ribuan personel militer kerap dilibatkan. Misalnya parade 105 tahun kelahiran Kim Il Sung, April 2017 (foto).
Foto: Reuters/KCNA
Kemana melangkah?
Tampak sebuah sepatu serdadu perempuan Korea Utara KPA terlepas dari pemiliknya saat pawai berlangsung. Akan kemanakah arah negara yang paling kontroversial melangkah? (Shamil Shams, ap/dpa/rtr/AP/YF)
Foto: Getty Images/AFP/E. Jones
10 foto1 | 10
Akibat sengketa datang dengan AS, Cina juga tidak mau menunjukkan terlalu akrab dengan Korea Utara. Trump menuduh Cina diam-diam melemahkan sanksi terhadap Korea Utara dan menggunakannya sebagai alat untuk menekan dalam perundingan soal perdagangan. Cina menampik tuduhan, tapi juga tidak mau menambah ricuh. Sejak 13 tahun lalu presiden Cina tidak pernah datang lagi ke Korea Utara. Xi Jinping mungkin akan menggunakan argumen ini kalau diperlukan.
Presiden Korea Selatan Moon Jae In juga berharap hubungan Pyongyang dan Washington makin erat, agar rencana ekonomi ambisius antar Korea bisa terwujud. Rencana pendirian jalur kereta dan sokongan ekonomi selanjutnya hanya bisa terwujud jika PBB dan melonggarkan sanksi ekonominya terhadap Korea Utara. Oleh sebab itu, dalam pertemuan ketiganya dengan Kim Jong Un, Moon Jae In kemungkinan juga akan mendesak kompromi dari Korea Utara. Perundingan dengan Kim yang akan berlangsung tanggal 18 hingga 20 September di Pyongyang akan berkisar pada topik denuklearisasi.
Sejarah Perang Korea 1950-1953
Ambisi Kim Il Sung menguasai Semenanjung Korea tidak hanya merenggut jutaan nyawa, tetapi juga berakhir pahit untuk aliansi komunis di utara. Perang Korea gagal mengubah garis demarkasi yang masih bertahan hingga kini.
Foto: Public Domain
Korea Terbagi Dua
Selepas Perang Dunia II, Korea yang dijajah Jepang mendapat nasib serupa layaknya Jerman yang dibagi dua antara sekutu Barat dan Uni Soviet. Ketika AS membentuk pemerintahan boneka di bawah Presiden Syngman Rhee untuk kawasan di selatan garis lintang 38°, Uni Soviet membangun rezim komunis di bawah kepemimpinan Kim Il Sung.
Foto: Getty Images/AFP
Siasat Kim Lahirkan Perang Saudara
Awal 1949 Kim Il Sung berusaha meyakinkan Josef Stalin untuk memulai invasi ke selatan. Namun permintaan itu ditolak Stalin karena mengkhawatirkan intervensi AS. Terlebih serdadu Korut saat itu belum terlatih dan tidak mempunyai perlengkapan perang yang memadai. Atas desakan Kim, Soviet akhirnya membantu pelatihan militer Korut. Pada 1950 pasukan Korut sudah lebih mumpuni ketimbang serdadu Korsel
Foto: Bundesarchiv, Bild 183-R80329 / CC-BY-SA
Peluang Emas di Awal 1950
Keraguan Stalin bukan tanpa alasan. Sebelum 1950 Cina masih tenggelam dalam perang saudara antara kaum nasionalis dan komunis, pasukan AS masih bercokol di Korsel dan ilmuwan Soviet belum berhasil mengembangkan bom nuklir layaknya Amerika Serikat. Ketika situasi tersebut mulai berubah, Stalin memberikan lampu hijau bagi invasi pada April 1950.
Foto: picture-alliance/dpa/Bildfunk
Kekuatan Militer Korut
Berkat Soviet, pada pertengahan 1950-an Korut memiliki 200.000 serdadu yang terbagi dalam 10 divisi infanteri, satu divisi kendaraan lapis baja berkekuatan 280 tank dan satu divisi angkatan udara dengan 210 pesawat tempur. Militer Korut juga dipersenjatai 200 senjata artileri, 110 pesawat pembom dan satu divisi pasukan cadangan berkekuatan 30.000 serdadu dengan 114 pesawat tempur dan 105 tank
Foto: AFP/Getty Images
Kekuatan Militer Korsel
Sebaliknya kekuatan militer Korea selatan masih berada jauh di bawah saudaranya di utara. Secara umum Korsel hanya berkekuatan 98.000 pasukan, di antaranya cuma 65.000 yang memiliki kemampuan tempur, dan belasan pesawat, tapi tanpa tank tempur atau artileri berat. Saat itu pasukan AS banyak terkonsentrasi di Jepang dan hanya menempatkan 300 serdadu di Korsel.
Foto: picture-alliance/dpa
Badai Komunis Mengamuk di Selatan
Pada 25 Juni 1950 sekitar 75.000 pasukan Korut menyebrang garis lintang 38° untuk menginvasi Korea Selatan. Hanya dalam tiga hari Korut yang meniru strategi Blitzkrieg ala NAZI Jerman merebut ibu kota Seoul dengan mengandalkan divisi lapis baja dan serangan udara. Pada hari kelima kekuatan Korsel menyusut menjadi hanya 22.000 pasukan
Foto: picture-alliance/dpa
Arus Balik dari Busan
Kendati AS mulai memindahkan pasukan dari Jepang ke Korsel, hingga awal September 1950 pasukan Korut berhasil menguasai 90% wilayah selatan, kecuali secuil garis pertahanan di sekitar kota Busan. Dari kota inilah Amerika Serikat dan pasukan PBB melancarkan serangan balik yang kelak mengubur impian Kim Il Sung menguasai semenanjung Korea.
Foto: Public Domain
September Berdarah
Di bawah komando Jendral Douglas MacArthur, pasukan gabungan antara AS, PBB dan Korea Selatan yang kini berjumlah 180.000 serdadu mulai mematahkan kepungan Korut terhadap Busan. Berbeda dengan pasukan Sekutu, Korut yang tidak diperkuat bantuan laut dan udara mulai kewalahan dan dipaksa mundur semakin ke utara.
Foto: Public Domain
Nasib Buruk Berputar ke Utara
Pada 25 September pasukan sekutu berhasil merebut kembali Seoul. Serangan udara dan artileri militer AS berhasil menghancurkan sebagian besar tank dan senjata artileri milik Korut. Atas saran Cina, Kim menarik mundur pasukannya dari selatan. Jelang Oktober hanya sekitar 30.000 pasukan Korut yang berhasil kembali ke utara.
Foto: Public Domain
Intervensi Mao
Ketika pasukan AS melewati batas demarkasi pada 1 Oktober, Stalin dan Kim mendesak Mao Zedong dan Zhou Enlai agar mengirimkan enam divisi invanteri Cina ke Korea. Soviet sendiri sudah menegaskan tidak akan menurunkan langsung pasukannya. Permintaan tersebut baru dijawab pada 25 Oktober, setelah serangkaian perjalanan diplomasi antara Beijing dan Moskow.
Foto: gemeinfrei
Mundur Teratur
Hingga November 1950 pasukan AS tidak hanya merebut Pyongyang, tetapi juga berhasil merangsek hingga ke dekat perbatasan Cina. Kemenangan AS terhenti setelah pasukan Cina yang berkekuatan 200.000 tentara mulai melakukan serangan balik. Intervensi tersebut menyebabkan kekalahan besar pada pasukan AS yang terpaksa mengundurkan diri dari Korea Utara pada pertengahan Desember.
Foto: Public Domain
Berakhir dengan Kebuntuan
Hingga Juli 1951 pasukan Cina dan AS masih bertempur sengit di sekitar perbatasan garis lintang 38°. Baru pada pertengahan tahun kedua pihak mulai mengendurkan serangan yang menyebabkan situasi buntu. Setelah kematian Josef Stalin, sikap Uni Soviet mulai melunak dan pada 27. Juli 1953 kedua pihak menyepakati gencatan senjata yang masih berlaku hingga kini.
Foto: picture-alliance/dpa
Hilang Nyawa Terbuang
Pada akhir Perang Korea, sebanyak 33.000 pasukan AS dilaporkan tewas dalam pertempuran. Sementara Korsel melaporkan sebanyak 373.000 warga sipil dan 137.000 pasukan tewas. Sebaliknya Cina kehilangan 400.000 serdadu dan Korut 215.000 pasukan, serta 600.000 warga sipil. Secara umum angka kematian yang diderita kedua pihak mencapai 1,2 juta jiwa.
Foto: Public Domain
13 foto1 | 13
Kim dan Trump beri sinyal ingin langkah maju
Kim Jong Un sudah mengambil langkah kecil. Ia akan melakukan denuklearisasi di masa jabatan pertama Presiden Trump. Itu dikatakannya hari Rabu. Itu untuk pertama kalinya, Kim mengatakan waktu jelas untuk rencana denuklearisasi.
Itu disambut positif oleh Trump. Tapi Trump juga dikelilingi banyak pejabat yang bersikap keras terhadap Korea Utara, misalnya penasehat keamanan John Bolton. Selain itu, Kim Jong Un juga dikelilingi fungsioner dan diplomat berpandangan kuno, yang cenderung berpikiran AS hanya punya niat buruk. Pertemuan bersejarah antara Kim dan Trump tidak mampu menutup jurang saling tidak mempercayai antar kedua negara.
Penulis: Martin Fritz (ml/ap)
10 Perbedaan Korea Utara dan Korea Selatan
Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in sepakati komitmen bersejarah untuk mengakhiri Perang Korea. Apa yang membedakan dan menyatukan warga Korut dan Korsel? Fotografer Luca Faccio menangkapnya lewat lensa kamera.
Foto: Luca Faccio
Tentara
Fotografer Italia Luca Faccio membandingkan realita Korea Utara dan Selatan dalam bukunya "Common Ground" tanpa mengkritik dan menghakimi. Dia menunjukkan Korea dalam situasi yang sama, seperti para prajurit ini. Pada pandangan pertama, banyak paralel dapat dilihat, tetapi jika dilihat lebih dekat, perbedaan semakin terlihat.
Foto: Luca Faccio
Remaja
Dua remaja, satu di Pyongyang, yang satu lagi di Seoul. Keduanya difoto pada tahun 2013. Jaket model hoodie bisa ditemukan dimana-mana. Tetapi sambungan internet dan rokok hanya untuk remaja dari Korea Selatan.
Foto: Luca Faccio
Waktu Luang
Siapa yang tidak suka menghabiskan waktu dengan teman di waktu luang? Di Korea Selatan lengkap dengan topi baseball dan bir. Di Korut lebih terorganisir dan seragam. "Foto-foto (karya Faccio-Red) membawa ekspresi wajah ke lensa, yang berbeda dari yang biasanya dikenal," demikian bunyi teks yang menyertai foto dalam pameran "Common Ground".
Foto: Luca Faccio
Berpesta
Gaya berdansanya pun berbeda. Sementara Korea Utara di sebelah kiri muncul sebagai bagian dari sekelompok penari yang berpakaian sama, wanita Korea Selatan itu membiarkan gaya uniknya secara bebas di sebuah pesta di Seoul.
Foto: Luca Faccio
Sekolah Dasar
Perbedaan antara kolektif dan individu juga menentukan gambar-gambar siswa sekolah dasar ini. Luca Faccio berada di Korea Utara enam kali antara tahun 2005 dan 2013. Tujuannya adalah untuk menggambarkan ideologi negara dan manusianya. Tidak dengan aksi memotret secara tersembunyi, tetapi sebagai potret dan dengan persetujuan dari orang yang difoto.
Foto: Luca Faccio
Tahta Penguasa
Dua patung raksasa - yang kiri adalah pendiri Korea Utara, Kim Il Sung di Pyongyang dan yang kanan raja Korea Sejong dari abad ke-14 di Seoul. Patung ini mencerminkan kesamaan tertentu dalam citra yang diinginkan oleh kedua warga.
Foto: Luca Faccio
Musik Jalanan
Sementara band di foto sebelah kiri menyanyikan lagu-lagu rakyat patriotik, perempuan Korea Selatan memamerkan kemampuannya sebagai penyanyi dan penulis lagu.
Foto: Luca Faccio
Pakaian Tradisional
Fotografer Faccio bercerita, "(Pengawas Korea Utara saya) menerima 50 persen usulan saya, dan 50 persen lagi adalah foto yang dituntut pengawas. Ini perbedaan perempuan Korea dalam pakaian tradisional. Foto kiri menunjukkan perempuan di gedung parlemen Korea Utara.
Foto: Luca Faccio
Pengantin
Kedua mempelai pria tampak modern. Sementara pengantin perempuan dari Korea Utara (foto kiri), lebih memilih untuk mengenakan pakaian tradisional.
Foto: Luca Faccio
Kehidupan Tentara
Biasanya, foto-foto militer dari Korea menampilkan ketegangan yang mencekam. Tapi di sini tentara menunjukkan pacar mereka. Sementara di Korea Selatan sang kekasih mengenakan pakaian modis, di foto sebelah kanan, kekasih prajurit itu juga mengenakan seragam. Penulis: Thomas Latschan (vlz/rzn)