1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAsia

Korsel dan Jepang Laporkan Korut Luncurkan Rudal Balistik

25 Mei 2022

Seoul dan Tokyo mengatakan rudal balistik potensial ditembakkan ke arah laut. Korea Utara telah menguji senjata pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini yang bertentangan dengan sanksi.

Siaran berita uji coba rudal Korea Utara disaksikan warga Seoul, Rabu (25/05)
Korea Utara telah melakukan serangkaian tes senjata pada tahun 2022, tetapi pada hari Rabu (25/05) uji coba melibatkan penembakan tiga rudal secara berurutanFoto: Jung Yeon-Je/AFP/Getty Images

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan pada hari Rabu (25/05) pagi, bahwa Korea Utara menembakkan tiga rudal ke perairan lepas pantai timur Korea Utara, satu demi satu, antara pukul 6 dan 7 pagi waktu setempat.

Penjaga pantai Jepang juga melaporkan setidaknya dua proyektil yang diyakini sebagai rudal balistik jatuh ke laut. Militer Korea Selatan mengatakan proyektil itu berasal dari daerah Sunan di Pyongyang.

Korea Utara telah menguji senjata dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2022, termasuk demonstrasi pertama rudal balistik antarbenua di negara itu pada Maret lalu.

Sebelumnya, resolusi PBB melarang Korea Utara melakukan uji coba rudal yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Peluncuran rudal balistik tersebut dilakukan setelah kunjungan lima hari Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Korea Selatan dan berlanjut ke Jepang, yang diakhiri dengan pertemuan empat pemimpin negara kelompok Quad pada hari Selasa (24/05).

Gedung Putih sebelumnya mengatakan bahwa ada "kemungkinan nyata" Pyongyang akan melakukan uji coba rudal saat perjalanan Biden ke Asia.

AS juga belum lama ini memperingatkan bahwa Korea Utara mungkin sedang mempersiapkan uji coba nuklir lain, yang terakhir dilakukan pada tahun 2017 sebelum menyatakan moratorium uji coba di masa depan, di tengah upaya diplomasi dengan mantan Presiden Donald Trump.

Korea Utara memerangi wabah COVID-19

Uji coba dilakukan bertepatan dengan wabah COVID-19 pertama yang diakui Korea Utara. Rincian tentang wabah tersebut sangat tidak jelas, dengan fasilitas pengujian yang hampir tidak ada, media pemerintah negara itu hanya melaporkan dugaan kasus orang yang demam.

Pada hari Rabu (25/05), kantor berita negara KCNA mengklaim bahwa langkah-langkah yang diambil negara itu telah "berhasil" dan "mempertahankan situasi yang jelas stabil."

KCNA melaporkan bahwa hampir 116.000 orang menunjukkan gejala demam pada Rabu (25/05), turun sekitar 18.000 pada hari sebelumnya. Tidak ada kematian baru yang dilaporkan oleh markas besar pencegahan epidemi darurat negara bagian itu, katanya.

Korea Utara telah mengklaim lebih dari tiga juta kasus demam, tetapi hanya 68 kasus kematian yang dilaporkan hingga saat ini.
"Mendapatkan momentum adalah pekerjaan untuk mengkonsolidasikan dasar-dasar anti-epidemi negara dengan menerapkan taktik dan metode pengobatan yang paling baik dan cocok di seluruh negeri," tulis KCNA, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

bh/ha (AFP, Reuters)
 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait