1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikKorea Selatan

Korsel dan Jerman Perkuat Kerja Sama Pertahanan

22 Mei 2023

Kanselir Olaf Scholz mengajak Korsel berinvestasi di industri chip Jerman usai bertemu Presiden Yoon Suk-yeol di Seoul. Dia ingin kedua negara memperdalam kerja sama di bidang teknologi tinggi dan energi hijau.

Olaf Scholz dan Yoon Suk-yeol
Kanselir Jerman, Olaf Scholz (ki.) dan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol (ka.)Foto: Chung Sung-Jun/Getty Images

Dalam kunjungannya di ibu kota Korea Selatan, Seoul, Minggu (21/5), Kanselir Jerman Olaf Scholz merefleksikan ancaman besar di seberang perbatasan. Dia mewanti-wanti terhadap uji coba senjata nuklir dan peluru kendali balistik oleh Pyongyang, yang menurutnya merupakan tanda "betapa bahayanya situasi” di Semenanjung Korea.

Bersama Presiden Yoon Suk-yeol, dia mengumumkan kerja sama keamanan untuk melindungi rahasia militer dan menjamin "operasi yang mulus dalam rantai suplai industri pertahanan.” Selain itu, Jerman dan Korsel juga sepakat untuk memperdalam kerja sama di bidang semikonduktor dan pengembangan energi hidrogen.

Perjanjian informasi militer yang ditandatangani Jerman dan Korsel menyerupai kesepakatan serupa yang sebelumnya dibuat dengan Kanada dan Jepang. Di dalamnya, kedua negara sepakat untuk saling berbagi dan merahasiakan informasi intelijen. Kesepakatan ini bernilai penting untuk memantau tindakan militer Korut atau Cina di kawasan.

"Mulai sekarang, Korea Selatan dan Jerman akan memperkuat kerja sama yang sepadan dan berorientasi masa depan, serta membangun solidaritas untuk perdamaian dan kemakmuran di Eropa dan Asia," kata Yoon.

Denuklirisasi Semenanjung Korea

Scholz adalah kanselir Jerman pertama yang berkunjung ke Korea Selatan selama 30 tahun terakhir. Dia tiba di Seoul setelah menghadiri KTT G7 di Hiroshima, Jepang. Isu keamanan dan ancaman nuklir membayangi kunjungannya di kedua negara.

Yoon memastikan pihaknya turut mengangkat isu nuklir Korea Utara dengan kanselir Jerman. Dia mengklaim Scholz bersedia membantu "mengulangi pesan kepada masyarakat internasional bahwa Korut tidak akan mendapat keuntungan apapun dari langkah provokatifnya." Kedua kepala negara akan saling mengkoordinasikan upaya diplomatik demi menekan Pyongyang.

"Jerman yang kembali bersatu 33 tahun lalu adalah negara yang memahami dan berempati dengan isu-isu di Semenanjung Korea," kata Yoon. "Kami akan terus bekerja sama demi mencapai denuklirisasi Korea Utara."

Sebelum bertemu Yoon, Scholz menyempatkan diri berkunjung ke Zona Demiliterisasi (DMZ) di perbatasan antara Korut dan korsel. Di sana, dia mendesak dunia internasional agar merespons uji coba nuklir Korut dengan lebih efektif. Dia mengimbau Korea Utara untuk menghentikan uji coba senjata nuklir dan setiap bentuk provokasi, karena "mengancam perdamaian dan keamanan di kawasan.

Korsel Bantu Ukraina

Ketegangan di Semenanjung Korea kian bertambah seiring perang di Ukraina, yang ditandai oleh maraknya uji coba senjata nuklir oleh rejim di Pyongyang. Rusia dan Cina selama ini selalu memveto resolusi terhadap Korut di Dewan Keamanan PBB. Sebabnya, Seoul mencoba forum lain untuk menggandakan tekanan diplomatik, yakni KTT G7.

Dalam pertemuan di Hiroshima itu, para pemimpin G7 menerbitkan pernyataan sikap yang mendesak perlucutan senjata nuklir, serta kecaman terhadap Pyongyang atas program pengembangan dan uji coba senjata ilegal.

Solidaritas serupa dilayangkan Seoul kepada Presiden Ukraina, Volodomyr Zelenskyy, yang melawat ke Hirosdhima. Kepadanya, Yoon berjanji akan mengirimkan perlengkapan anti-ranjau dan ambulans.

rzn/hp (dpa,ap, rtr)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait