Korea Selatan ambil tindakan keras terhadap narkoba, setelah sebuah geng diduga memberikan minuman mengandung narkoba pada anak-anak, dengan iming-iming bisa membantu mereka mengerjakan tugas sekolah.
Iklan
Pemerintah Korea Selatan terkejut dan 'naik darah' setelah mendapat laporan, sekelompok pengedar narkoba dengan sengaja menargetkan anak-anak dengan menyodorkan minuman yang mengandung metamfetamin. Para tersangka tampaknya mengatakan kepada anak-anak bahwa "minuman berenergi" itu bisa membantu mereka belajar lebih baik.
Kasus ini semakin mengkhawatirkan, ketika ada laporan kelompok kriminal tersebut juga memeras orang tua anak-anak dengan ancaman akan melaporkan keluarga tersebut ke polisi, karena anak-anak mereka menenggak narkoba. Geng tersebut, yang terdiri dari tujuh orang Korea Selatan dan Cina, meminta 100 juta won Korea Selatan (sekitar Rp778.148.000) kepada salah satu orang tua.
Iklan
Kejahatan narkoba mencapai titik tertinggi sepanjang masa
"Ini adalah insiden yang sangat mengejutkan," kata Asisten Profesor Politik dan Etika di Chungnam National University (CNU), Hyobin Lee. "Meskipun saya menyadari, Korea bukan lagi negara yang bebas narkoba, namun sungguh mengejutkan bahwa kejahatan narkoba sekarang bahkan memengaruhi anak di bawah umur."
Saat insiden teranyar mencuat, di mana tampaknya anak-anak di distrik Gangnam yang kaya di Seoul ditipu oleh pengedar, Lee meyakini anak muda Korea Selatan terpengaruh oleh perilaku orang-orang kaya dan terkenal di masyarakat.
"Jumlah pelanggaran narkoba telah melampaui 10.000 kasus per tahun sejak tahun 2015," katanya kepada DW. "Saya rasa peningkatan kejahatan terkait narkoba oleh selebriti dan penyalahgunaan narkoba oleh warga Korea yang tinggal di luar negeri, kini telah menyebar ke masyarakat umum."
Tahun lalu, jumlah penangkapan karena menjual atau memiliki narkoba mencapai titik tertinggi sepanjang masa dengan 18.395 kasus. Dengan lebih dari 2.600 penangkapan dalam dua bulan pertama tahun 2023 saja, rekor tahun lalu itu kemungkinan besar akan terlampaui.
Aktor terkenal Yoo Ah-in misalnya, ditangkap pada bulan Maret setelah dinyatakan positif menggunakan campuran obat-obatan, termasuk ganja, ketamin, kokain, dan propofol, sementara komposer K-pop dan selebritas televisi Don Spike didakwa pada bulan September karena menggunakan metamfetamin. Polisi pada bulan Mei menggerebek sebuah ladang ganja di Seoul barat dan menyita lebih dari 13 kg narkoba dengan nilai jual 281,7 juta won atau Rp3.176.871.750.
Musim Panen Jagal Narkoba
Perang narkoba yang dilancarkan Presiden Filipina Duterte tidak cuma mencoreng wajah kepolisian, tapi juga mengubah warga biasa menjadi pembunuh bayaran. Inilah potret kejahatan kolektif sebuah bangsa
Foto: Getty Images/D. Tawatao
Perang Kolektif Filipina
Presiden Rodrigo Duterte tidak berkelakar saat menyerukan warga sipil agar ikut membunuh pengedar dan pecandu narkoba. "Lakukan sendiri jika anda punya senjata. Anda mendapat dukungan penuh dari saya," tukasnya. Hasilnya Filipina mengalami glombang pembunuhan ekstra yudisial yang hingga kini telah menelan 3.600 korban jiwa. Dalam proyek berdarah itu, warga sipil sering berada di garda terdepan.
Foto: Getty Images/D. Tawatao
Hantu dari Davao City
Duterte banyak berkaca pada kebijakan berdarahnya melawan tindak kriminalitas selama menjabat sebagai walikota Davao City. Berulangkali ia sesumbar betapa kota berpenduduk terbanyak ketiga di Filipina itu kini menjadi salah satu kota teraman di dunia berkat kepemimpinannya. Klaim tersebut dipatahkan oleh berbagai data statistik kriminalitas. Namun Duterte tetap bersikukuh.
Foto: Getty Images/D. Tawatao
Halal Darah Pecandu
Kini tidak terhitung jumlah warga sipil Filipina yang bekerja sebagai pembunuh bayaran. Setiap nyawa dihargai 430 Dollar AS atau sekitar 5,5 juta Rupiah. Biasanya pembunuh meninggalkan karton bertuliskan "bandar narkoba" pada tubuh korban. Menurut data kepolisian, saat ini sudah sekitar 2.200 terduga bandar atau pengguna narkoba tewas oleh pembunuh bayaran. Jumlahnya diyakini akan terus meningkat.
Foto: Getty Images/D. Tawatao
Ancam dan Dikecam
Kendati mengundang kecaman dunia, Duterte mendapat dukungan warga Filipina. Menurut jajak pendapat Pulse Asia, sebanyak 86% penduduk merasa puas atas kinerja sang presiden. Cuma tiga persen yang menanggap sebaliknya. Padahal Duterte mengancam akan memberlakukan hukum perang setelah dikritik oleh Mahkamah Agung dan mengingatkan jurnalis bahwa mereka tidak kebal terhadap pembunuhan
Foto: Getty Images/D. Tawatao
Kesaksian Edgar
Jejak berdarah Duterte bisa ditelusuri hingga ke Davao City. Di sana pun ia membentuk skuad pembunuh yang terdiri atas preman, bekas narapidana, polisi dan pembunuh profesional. Salah seorang diantaranya baru-baru ini memberikan kesaksian di senat Filipina. Edgar Matobato mengklaim Duterte bahkan menembak mati pegawai Departemen Kehakiman karena menghalangi misi pembunuhan.
Foto: picture-alliance/dpa/M. R. Cristino
Maut di Akar Rumput
Untuk menyusun daftar sasaran kepolisian Filipina banyak mengandalkan peran administrasi desa atau Barangay. Mereka ditekan untuk menyerahkan nama-nama penduduk yang diduga mengkonsumsi atau menjual narkoba. Kepala Barangay yang tidak memberikan daftar mati dianggap terlibat bisnis narkoba dan terancam ikut dibunuh.
Foto: Getty Images/D. Tawatao
Rawan Penyalahgunaan
Biasanya daftar mati disusun oleh sebuah komite Barangay yang terdiri atas penduduk biasa. Namun kelompok HAM mengkhawatirkan sistem tersebut rawan penyelewengan. "Sistemnya sangat kondusif untuk mereka yang menyimpan dendam dan dipersenjatai untuk membunuhmu," ujar Komisioner di Komisi HAM Filipina, Karen Gomez-Dumpit.
Foto: Getty Images/D. Tawatao
Keadilan Semu
Buat banyak keluarga korban, mencari keadilan buat anggotanya yang terbunuh merupakan hal yang mustahil. Kebanyakan korban merupakan bandar kecil-kecilan, pecandu atau pesuruh yang berasal dari keluarga miskin. Mereka juga terancam mengalami presekusi atau dikucilkan dari masyarakat.
Foto: Reuters/E. De Castro
8 foto1 | 8
Peluncuran unit narkotika baru
Pemerintah Korea Selatan kini telah mendeklarasikan perang habis-habisan melawan kejahatan narkoba. Presiden Korsel Yoon Suk Yeol berpidato dalam rapat kabinet pada hari Selasa lalu, dan memerintahkan para menterinya untuk memberantas penyalahgunaan narkoba, dengan fokus khusus pada remaja. Yoon mengatakan, ia secara pribadi "mengkhawatirkan" bahwa kaum muda dapat memperoleh narkotika ilegal dengan mudah.
"Satu dekade yang lalu, Korea Selatan memiliki status sebagai negara bebas narkoba berkat koordinasi antara lembaga penegak hukum, seperti jaksa, polisi, penjaga pantai, otoritas kesehatan, dan petugas bea cukai," demikian pernyataan Yoon kepada para menterinya, sebagaimana dilansir Yonhap News. "Namun pada titik tertentu, pemerintah menjadi terlena, sehingga obat-obatan terlarang mulai menghancurkan tidak hanya pikiran orang biasa, tetapi juga harapan dan impian generasi muda kita," imbuh presiden Korsel itu.
Pemerintah di Seoul minggu ini mengumumkan pembentukan unit investigasi narkotika baru, yang terdiri dari 840 pejabat yang berasal dari berbagai lembaga pemerintah, untuk menegakkan langkah-langkah melawan kejahatan narkoba yang diperkenalkan akhir tahun lalu. Langkah-langkah baru ini termasuk tindakan keras terhadap iklan online untuk narkotika ilegal dan pembatasan bagi dokter yang meresepkan obat-obatan legal dalam dosis besar.
Pihak berwenang meningkatkan pendidikan anti-narkoba dan meningkatkan hukuman untuk kejahatan narkoba. Yoo Gyeong-joon, seorang politisi dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa pada tanggal 14 April mengajukan RUU yang akan mengizinkan pengadilan untuk menjatuhkan hukuman mati kepada pengedar narkoba yang menjual narkotika kepada anak-anak.
"Pertanyaannya bukan apakah RUU tersebut terlalu ekstrem atau tidak, tetapi apakah RUU tersebut dapat dilaksanakan atau tidak," kata profesor Lee menambahkan. "Saya rasa itu tidak bisa diberlakukan karena pelanggar narkoba yang baru pertama kali melakukan tindak pidana biasanya berakhir dengan denda atau masa percobaan."
"Saya pikir kita harus berbuat lebih banyak untuk mendidik anak di bawah umur," tambahnya. "Saat ini, sekolah-sekolah mendidik siswa tentang bahaya merokok dan minum-minuman keras, tetapi tidak tentang narkoba. Pendidikan tentang bahaya narkotika harus disebarluaskan kepada para siswa dan masyarakat umum."
K-Pop, Diplomasi Budaya ala Korsel
Anda penggila K-Pop? Fenomena hiburan Korea Selatan bukan hanya tetap bertahan hingga kini di Indonesia, namun di berbagai belahan dunia lainnya. Bagi Korsel, diplomasi budaya sama pentingnya dengan diplomasi politik.
Foto: picture alliance/Geisler-Fotopress
Crayon Pop
Konser-konser yang digelar kelompok gadis-gadis muda yang tergabung dalam "Crayon Pop" selalu dipadati penggemar. Tampilannya selalu menggemaskan. Kerja keras adalah bagian dari keberhasilan mereka. Dalam sebuah wawancara tentang persaingan yang ketat dalam dunia musik pop di Korea Selatan, mereka menceritakan bahwa mereka bisa latihan hingga 14 jam dalam sehari.
Foto: picture alliance/Geisler-Fotopress
Psy
Di antara orang-orang Asia, Korea Selatan dikenal sebagi negara pekerja keras. Tak hanya manufaktur dan teknologi, musik pop Korea Selatan makin global. Pada tahun 2012 video musik "Park Jae-Sang" yang akrab dengan "Gangnam Style"-nya menjadi sorotan dunia. Dimana-mana orang berjoget ala Psy. Namun kelompok-kolompok musik lainnya tak kalah terkenal.
Foto: AP
Wonder Girls
Bagaimana dengan yang satu ini? Perusahaan industri untuk dengan cepat mengidentifikasi talenta para gadis ini dalam ajang pencarian bakat di Korea Selatan. Mereka langsung mendapatkan kontrak. Namun kepiawaian mereka dalam berkesenian bukan datang tiba-tiba, melainkan hasil latihan selama bertahun-tahun. Majalah Time menulis, K-Pop merupakan ekspor Korsel terbesar.
Foto: picture alliance/dpa/C.Xs
Shinee
Pada awal tahun 2000-an, K-Pop menemukan momentumnya seiring dengan perkembangan jejaring sosial. Boyband beranggota lima orang: "Shinee" yang terbentuk sejak tahun 2008 ini tidak hanya karena dikenal dengan musik popnya. Para pria ini juga telah disebut sebagai ikon mode. Lihat model rambut dan warnanya. Ada yang Anda sukai?
Foto: picture alliance/Yonhap
IU
"Lee Ji-Eun", penyanyi dan artis dengan nama panggung "IU" ini amat terkenal. Ia juga merupakan komponis, aktris, gitaris, penari dan pembawa acara. Dia tidak hanya menjadi kaya raya melalui musik, namun kontrak-kontrak iklan promosi jutaan dolar semakin membuatnya makmur.
Foto: picture alliance/dpa
Beast
Musik dari kelompok ini punya magnet menarik perhatian orang-orang muda. Kelompok "Beast" berjaya bukan hanya di Asia, namun juga banyak mengadakan konser di Amerika. Kelompok ini telah mengantungi berbagai macam penghargaan musik.
Foto: picture alliance/dpa/K.HeeChul
Choi Si-won
Artis Korea Selatan yang satu ini merupakan salah satu bintang dengan bayaran tertinggi dalam industri musik pop. Dia terlibat dalam beberapa film Cina. Dia merupakan salah satu artis Korea Selatan pertama yang muncul di perangko Tiongkok. Ia berpose dengan artis Korea, Yoona dan desainer Karl Lagerfeld.
Foto: picture alliance/AP Photo
BoA
Kwon Boa yang ngetop dengan nama panggung "BoA" melepaskan lagu pertamanya pada usia 13 tahun. Superstar Korea Selatan ini juga telah mencapai keberhasilan besar di Jepang. Album kompilasinya yang berjudul Best Soul sukses besar dan menjadikan BoA sebagai penyanyi Asia non-Jepang pertama yang albumnya laku lebih dari satu juta keping di Jepang.
Foto: picture alliance/Zumapress
Girls Generation
Kelompok "Girls 'Generation" sejak tahun 2007 telah memperoleh penggemar di seluruh dunia. Girls Generation juga mencari peruntungan di Jepang. SNSD atau SoShi memulai debutnya di kancah musik Jepang pada tahun 2010 dengan merilis versi bahasa Jepang dari lagu hits mereka "Tell Me Your Wish (Genie)". Sudah pernah nonton konsernya?
Foto: picture alliance/Yonhap
JYJ
Kim Jae Joong "JYJ" tidak hanya mencari peruntungan di bidang tarik suara. Ia juga mengasah bakat di dunia akting dan fesyen. Kreatif bukan?
Foto: picture alliance/Yonhap
Kara
Grup "Kara" bubar pada tahun 2016, tetapi anggotanya secara individu tetap melenggang sendiri-sendiri di atas panggung hiburan. K-Pop bukan hanya digandrungi oleh remaja di Indonesia, tetapi juga anak-anak dan bahkan orang dewasa.
Foto: picture alliance/dpa
Big Bang
Kelompok "Big Bang” dibentuk pada tahun 2006. Grup ini merupakan salah satu kelompok musik pop yang paling penting di Koera Selatan. Anggota kelompoknya terdiri dari G-Dragon, T.O.P, Taeyang, Daesung dan Seungri. Lagu- lagu awal mereka yang didominasi hip hop dan kemudian makin berkembang. Berbagai penghargaan musik telah mereka kantungi.
Foto: picture alliance/dpa/K.Hee-Chul
G-Dragon
Kwon Ji Young akrab disebut "G-Dragon" disebut "Justin Bieber"-nya Korea Selatan. Dalam foto ia tampil bersama penyanyi Korsel Lee Hee. Rambutnya cukup heboh bukan?
Foto: picture alliance/AP Photo/L.Seng Sin
Ailee
Amy Lee yang bernama panggung Ailee merupakan penyanyi blasteran Korea Selatan-Amerika Serikat. Sebelum debut K-popnya, Ailee adalah artis di bawah label Muzo Entertainment, agensi independen yang bermarkas di AS. Ia juga telah berkolaborasi dengan para bintang AS.
Foto: picture alliance /dpa/K.HeeChul
BTS
Grup musik Bangtan Sonyeondan, BTS, jadi salah satu boyband paling top di dunia. Grup musik ini terdiri dari Jin, Suga, J-Hope, RM, Jimin, V, dan Jungkook. Para fans mereka menyebut diri sebagai Army (Adorable Representative MC for Youth). Pengaruh BTS pada penjualan produk sangat kuat. Baru-baru ini di Indonesia, antrean ojek online untuk beli BTS Meal McD membludak dan sempat viral.
Foto: picture alliance/AP Photo/T.Camus
Sistar
Girl band yang terdiri dari empat orang ini terbentuk pada tahun 2010 dan sekarang berada di bawah manajemen Starship Entertainment. Kemunculan mereka menarik perhatian dengan cepat. Penulis : Saleh (ap/vlz)
Foto: picture alliance/dpa/K.Hee-Chul
16 foto1 | 16
Korea Selatan bukanlah sebuah 'distopia'
David Tizzard, yang merupakan asisten profesor edukasi di Seoul Women's University dan kolumnis surat kabar mencatat, penyalahgunaan narkoba masih merupakan masalah yang relatif kecil dan Korea tetap merupakan negara yang aman. "Insiden baru-baru ini yang melibatkan anak-anak orag kaya dan narkoba di Gangnam sangat mengerikan," ia setuju. "Tentu saja, ada kecaman yang meluas dan pihak berwenang telah bergerak cepat untuk menyelidiki insiden tersebut."
"Namun, yang dikhawatirkan adalah bahwa orang-orang di negara lain akan menyoroti hal ini, dan akan segera memperkuat gambaran mereka tentang Korea Selatan dan negara-negara Asia lainnya sebagai distopia tekno-orientalis, yang dihuni oleh orang-orang yang tidak bahagia dan dipenuhi dengan kasus-kasus tragis seperti ini."
Tizzard menunjukkan, pada kenyataannya, hanya ada sedikit perilaku antisosial di jalanan. Taman dan area publik tidak penuh dengan grafiti dan alat untuk penggunaan narkoba, mahasiswa tidak datang ke kelas dalam keadaan teler atau berjalan-jalan dalam keadaan linglung, dan orang tua tidak khawatir anak-anak remaja mereka terlibat dalam narkoba atau kekerasan, katanya.
"Kisah ini menjadi berita karena sangat langka dan menonjol dalam masyarakat yang relatif bebas dari masalah narkoba yang meluas jika dibandingkan dengan Eropa atau Amerika Utara," tambahnya, seraya memperingatkan bahwa laporan semacam itu dapat "menciptakan citra yang salah di benak mereka yang tidak tinggal dan bekerja di sini." (ap/as)