Inilah sumber protein masa depan. Makan serangga atau entomophagy atau entomofagi jadi tradisi di berbagai negara. Korea Selatan kini intensifkan riset untuk populerkan makanan dari serangga ke seluruh dunia.
Iklan
Korsel Populerkan Makanan dari Serangga
01:11
Makan serangga bagi warga di beberapa negara bukan hal yang aneh. bahkan jadi semacam tradisi, memakan serangga tertentu jika sedang musimnya. Namun para pengusaha yang jeli di Korea Selatan hendak melakukan ekspansi bisnis makanan dari serangga ke tatanan global.
Serangga diketahui kaya akan nutrisi, protein, vitamin, lemak, serat dan mineral. Organisasi pangan dan pertanian PBB bahkan memuji serangga sebagai kaya akan lemak tak jenuh serta unsur Omega-3 yang diyakini mengurangi serangan jantung atau penyumbatan pembuluh darah pemicu stroke.
Serangga Lezat
Serangga diramalkan menjadi sumber pangan dan protein berkelanjutan di masa depan. Banyak peneliti ilmiah meyakininya. Serangga mengandung banyak protein dan budidayanya mudah serta murah.
Foto: picture-alliance/dpa
Selamat makan!
Serangga rasanya bisa lezat. Mengapa manusia tidak lebih sering menyantapnya? Padalah serangga mudah diternak, pakannya jauh lebih sedikit dari sapi, kambing atau babi, tidak butuh lahan pengangonan, berkembang biak secara cepat dan hampir tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Foto: picture-alliance
Enak dan sehat
Kepik air, kalajengking atau kecoa yang disate atau digoreng dan disantap sambil minum bir adalah santapan istimewa di Asia. Dan juga sehat: Serangga, khususnya larva, adalah sumber protein dan energi. 100 gram rayap misalnya mengandung 610 kilokalori. Lebih banyak dari cokelat. Kandungan lainnya 38 gram protein dan 46 gram lemak.
Foto: picture-alliance/Christoph Mohr
Kaya Vitamin
Serangga mengandung banyak asam lemak tidak jenuh, banyak zat besi, lemak, mineral dan vitamin. Organisasi pangan dunia FAO mendukung pemanfaataan serangga sebagai bahan pangan. Organisasi ini ingin mempopulerkan resep masakan serangga di seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/Wildlife
Lezat!
Di banyak negara serangga sudah menjadi makanan yang sering disantap. Khususnya di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Seperti ulat mopane pada foto, adalah makanan yang digemari di selatan Afrika. Ulat ini biasanya dimasak, digoreng atau dipanggang.
Foto: picture-alliance/africamediaon
Laba-laba di panci masak
Di Eropa dan Amerika, binatang seperti kumbang, belatung dan belalang dianggap menjijikkan. Sulit misalnya, untuk membayangkan untuk memakan tarantula goreng yang sangat disukai di Kamboja.
Foto: picture-alliance/dpa
Ala carte
Restoran mewah juga menyajikan menu serangga. Di restoran Meksiko ulat dengan guacamole (saus alpukat) sangat digemari. Di Jerman juga mulai ada restoran yang khusus menyajikan masakan belalang atau ulat tepung.
Foto: AP
Berkesinambungan dan ramah lingkungan
Ada sekitar seribu jenis serangga di dunia yang bisa dimakan. Termasuk tawon. Jenis hewan ini adalah sumber pangan yang berkesinambungan, sehat, mengandung banyak protein dan vitamin. Dan sebagian besar rasanya lezat. Menurut FAO, belahan dunia yang belum mengenalnya harus mencobanya terlebih dahulu.
Foto: picture-alliance/dpa
Terbukti: Ulat tepung sangat ramah lingkungan
2012 para peneliti menganalisa peternakan ulat tepung di Belanda berdasarkan segi ekologinya. Hasilnya, untuk memproduksi 1 kilogram protein yang bisa dimakan, peternakan ulat tepung membutuhkan energi lebih sedikit dan lahan yang lebih sedikit dibanding misalnya peternakan sapi.
Foto: picture-alliance/dpa
Kumbang enak
Dulu di Jerman serangga juga sering menjadi santapan. Hingga pertengahan abad 20, sup kumbang sangat disukai. Rasanya disebut mirip dengan sup kepiting. Selain itu, kumbang yang dilapisi dengan glasir gula dijual di toko kue.
Foto: picture-alliance/WILDLIFE
9 foto1 | 9
Jumlah warga dunia yang terbiasa menyantap serangga berdasar laporan FAO ditaksir berjumlah dua milyar orang. Jenis serangga yang bisa dimakan tercatat sekitar 1.900 spesies. Bagi pengusaha Korea Selatan, data dari PBB itu merupakan potensi bisnis dengan omset besar.
Kim Youn Wook pemilik restoran untuk Papillon's yang menu utamanya menyajikan makanan yang dicampur serangga menyakini tren ini akan makin kuat di masa depan. Karena itu KIm mendirikan Korean Edible Insect Laboratory (KEIL) untuk meneliti cara pengolahan serangga agar bisa merambah arena bisnis dunia.
Ekstrak serangga untuk pasar global
KEIL melakukan ujicoba pembuatan ekstrak sari serangga, yang bisa dicampurkan ke dalam berbagai makanan, dari spaghetti, pasta, hingga es krim, jus buah dan kue macarons. Kim melancarkan kiat pemasaran agresif, dengan menggelar acara "cicip makanan dari serangga" di ibukota Seoul.
Para konsumen di Korea Selatan yang sudah terbiasa menyantap serangga, antara lain larva ulat sutra yang dikukus yang disebut "beondegi" menyambut antusias aksi cicip makanan ini. Seorang konsumen perempuan berusia 55 tahun mengatakan; "jika diolah menjadi makanan semacam itu, generasi muda pasti akan tertarik dan menyukainya." Bahkan pelajar sekolah menengah Be Su Hyeon yang langganan restoran Papillon's milik Kim memuji rasa makanan masa depan itu.
Industri serangga Korea Selatan pada tahun 2015 silam meraup omset sekitar 278 juta US Dolar atau naik dua kali lipat dibanding omset tahun 2011. Diramalkan tren makan santapan berbasis serangga di Korsel akan terus naik, dan tahun 2020 omset ditaksir akan mencapi 482 juta US Dollar. Jumlah peternak serangga juga naik dua kali lipat dari tahun 2011, menjadi seluruhnya 724 peternak tahun silam.
Bagaimana Serangga Membersihkan Sampah New York
Sampah makanan tidak jarang mendarat di jalan-jalan kota New York. Adalah serangga yang kemudian membersihkan sampah tersebut. Tanpa kecoa misalnya. New York akan kebanjiran tikus, kata ilmuwan.
Perkenalkan: Semut Peluru. Hewan mini ini berjasa mencegah pertumbuhan tak terkendali populasi tikus di Manhattan. Semut-semut ini merenggut sumber makanan yang juga diincar tikus, yakni sampah makanan yang dibuang oleh manusia.
Foto: April Nobile/AntWeb.org/cc-by-sa
Layanan Sampah
Semut-semut membersihkan kota dari sampah makanan. "Layanan yang sangat berguna. Mereka melenyapkan sampah buat kami," kata seorang ilmuwan di North Carolina State University yang meneliti fenomena serangga perkotaan. Ia memberikan umpan berupa makanan kepada serangga dan tikus di beberapa sudut kota untuk melihat siapa yang lebih cepat menyantap hidangan tersebut.
Foto: picture alliance/landov/Jason Wambsgans
Laba-laba dan Kecoa
Tidak cuma semut, hampir semua jenis hewan Artropoda seperti laba-laba, kaki seribu dan bahkan kecoa pun ikut terlibat membersihkan kota New York dari sampah makanan. Hewan-hewan ini menyukai temperatur jalanan yang cenderung hangat lantaran dilalui pipa penghangat.
Foto: picture alliance/epa/Vinai Dithajohn
Sampah setara 60.000 Hot Dog
Setiap tahunnya sekitar 1000 kilogram sampah makanan menjejali jalan Broadway dan West Street yang ramai lalu lintas. Dalam perspektif lain, semut, kecoa dan hewan lainnya menelan sisa makanan setara 60.000 potong hot dog setiap tahun cuma dari dua ruas jalan tersebut, kata ilmuwan.
Foto: picture-alliance/Sergi Reboredo
Memilih Jalan Ketimbang Taman
Serangga mengikuti jejak makanan. Sebagian besar diyakini memilih keluar dari taman kota seperti Central Park dan mulai menjelajahi jalanan buat mencari makanan. Terutama semut peluru dinilai paling getol. Mereka mampu melumat sisa makanan dua atau bahkan tiga kali lipat lebih banyak ketimbang hewan lain, kata ilmuwan.
Foto: picture alliance/dpa/Sven Hoppe
Semut Mengusir Tikus
Serangga dan tikus bersaing berebut sampah. Selama ini tikus lah yang sering dirugikan. Namun buat penduduk kota, berkurangnya populasi tikus berarti menurunnya risiko penularan penyakit. Peneliti NCSU mengusulkan agar pemerintah kota ikut memperhatikan semut ketika membuat tata kelola ruang hijau.
Foto: picture-alliance/dpa/Andrew Gombert
Saingan di Udara
Merpati, bajing merah atau rakun juga tidak ingin ketinggalan berburu sampah manusia. Betapapun efektifnya semut, sebagian besar sampah makanan mendarat di perut satwa-satwa berbadan besar. Burung merpati misalnya tidak jengah bersaing hot dog dengan serangga. Walaupun dalam penelitian, mereka lebih suka menyantap kue kering atau keripik kentang.
Foto: Imago
Masa Depan Cerah
Sejauh ini penduduk New York masih membuang sampah makanan dalam jumlah yang cukup buat memuaskan jutaan serangga, tikus atau burung merpati. Betapapun giatnya dinas kebersihan kota mengumpulkan sampah dan sisa makanan, masih akan tersedia makanan yang cukup buat satwa urban tersebut.