Kota Pirmasens Sukses Hentikan Gelombang Pengungsi
1 Maret 2018
Kota Pirmasens, Jerman, menerima 1000 pengungsi yang mengisi aprtemen-apartemen kosong mereka. Namun politisi oposisi berpendapat bahwa hanya melihat situasi di satu kota saja tidak cukup.
Iklan
Kota Pirmasens tidak lagi menerima pengungsi. Langkah tersebut dilakukan setelah pertemuan antara pemerintah negara bagian dan tokoh masyarakat, yang mengatakan selama berbulan-bulan situasi ekonomi kota mereka terlalu sulit untuk membantu pencari suaka yang diterima.
"Kami siap memberikan bantuan jangka pendek kepada Pirmasens, karena kota ini dalam situasi khusus," kata Menteri Integrasi Negara Bagian Rhineland-Palatinate Anne Spiegel.
Walikota Pirmasens Berhard Mathies mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia menyambut baik langkah tersebut, berterima kasih kepada pemerintah negara bagian "karena telah memberi kami istirahat."
Foto Ikonik Krisis Pengungsi Di Eropa
Jutaan pengungsi hijrah ke Eropa antara tahun 2015 dan 2016. Pemberitaan migrasi gelap dan penderitaan para pengungsi beberapa tahun terakhir turut mempengaruhi opini publik di Eropa.
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
Upaya mempertahankan hidup
Pengungsian dan penderitaan: Ratusan ribu orang, kebanyakan berasal dari Suriah, masuk ke Yunani dari Turki tahun 2015 dan 2016. Sekitar 10.000 orang terdampar di pulau Lesbos, Chios dan Samos. Tahun 2017, tercatat sudah lebih dari 6.000 pengungsi yang datang dari Januari sampai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/A. Messinis
Berjalan kaki menembus Eropa
Tahun 2015 dan 2016, lebih satu juta orang mencoba mencapai Eropa Barat dari Yunani atau Turki melalui rute Balkan - lewat Makedonia, Serbia dan Hungaria. Aliran pengungsi hanya terhenti ketika rute ini ditutup secara resmi. Saat ini, sebagian besar pengungsi memilih rute Mediterania yang berbahaya dari Libya ke Eropa.
Foto: Getty Images/J. Mitchell
Kemarahan global
Gambar ini mengguncang dunia. Mayat bocah Aylan Kurdi berusia tiga tahun dari Suriah hanyut di pantai di Turki, September 2015. Foto ini tersebar luas dengan cepat lewat jejaring sosial dan menjadi simbol krisis pengungsi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/DHA
Kekacauan dan keputusasaan
Kerusuhan di menit-menit terakhir: Ribuan pengungsi mencoba masuk ke dalam bus yang sudah penuh sesak dan kereta api di Kroasia setelah mengetahui rute melalui Eropa akan segera ditutup. Pada Oktober 2015, Hongaria menutup perbatasannya dan membuat kamp penampungan tempat pengungsi tinggal selama proses pendaftaran suaka.
Foto: Getty Images/J. J. Mitchell
Perbatasan ditutup
Penutupan resmi rute Balkan bulan Maret 2016 menyebabkan kondisi kacau-balau di seberang perbatasan. Ribuan pengungsi yang terdampar mulai marah dan putus asa. Banyak yang mencoba menyeberangi perbatasan dengan segala cara, seperti para pengungsi ini di perbatasan Yunani-Makedonia tak lama setelah perbatasan ditutup.
Seorang anak berbalut debu dan darah: Foto Omran yang berusia lima tahun mengejutkan publik saat dirilis tahun 2016. Ini menjadi gambaran kengerian perang saudara dan penderitaan rakyat di Suriah. Setahun kemudian, gambar-gambar baru Omran beredar di internet dalam kondisi yang sudah lebih baik.
Foto: picture-alliance/dpa/Aleppo Media Center
Belum tahu tinggal di mana
Seorang pria Suriah membawa putrinya di tengah hujan di perbatasan Yunani-Makedonia di Idomeni. Dia berharap bisa hidup aman dengan keluarganya di Eropa. Menurut peraturan Dublin, permohonan suaka hanya bisa diajukan di negara pertama tempat pengungsi menginjak Eropa. Yunani dan Italia menanggung beban terbesar.
Foto: Reuters/Y. Behrakis
Mengharapkan pertolongan
Jerman tetap menjadi tujuan utama para pengungsi, meski kebijakan pengungsi dan suaka di Jerman sejak munculnya arus pengungsi diperketat. Tetapi Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan Jerman tetap terbuka bagi pengungsi. Sejak 2015, Jerman telah menerima sekitar 1,2 juta pengungsi. Kanselir Merkel jadi ikon harapan bagi banyak pengungsi baru.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Situasi darurat di penampungan
Di utara Prancis, pihak berwenang membersihkan "hutan" yang terkenal di Calais. Kamp itu terbakar saat dilakukan evakuasi bulan Oktober 2016. Sekitar 6.500 penghuninya disalurkan ke tempat-tempat penampungan lain di Perancis. Setengah tahun kemudian, organisasi bantuan melaporkan banyak pengungsi anak-anak yang menjadi tunawisma di sekitar Calais.
Foto: picture-alliance/dpa/E. Laurent
Tenggelam di Laut Tengah
Kapal penyelamat organisasi bantuan dan pemerintah setempat terus melakukan pencarian kapal migran yang terancam tenggelam. Meski pelayaran sangat berbahaya, banyak pengungsi tetap berusaha melarikan diri dari konflik dan kemiskinan. Mereka berharap menemukan masa depan yang lebih baik di Eropa. Pada tahun 2017 ini saja, sudah 1.800 orang meninggal di perjalanan. (Teks: Charlotte Hauswedell/hp,rn)
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
10 foto1 | 10
Pengungsi yang dikirim ke Pirmasens bukan karena memiliki pekerjaan tertentu atau alasan sosial tapi karena kota tersebut memiliki sejumlah besar apartemen kosong. Situasi ekonomi kota yang bermasalah, adalah alasan banyak apartemen kosong. Hal tersebut juga membuat para pengungsi kesulitan mendapatkan kebutuhan hidup.
Kota yang berpenduduk sekitar 40.000 orang ini menampung sekitar 1.300 pengungsi, yang sebagian besar memiliki permohonan suaka yang diterima oleh Jerman. Mathies mengatakan bahwa dia mulai memperhatikan "sinyal alarm" pada tahun lalu bahwa para sukarelawan dan pengajar di kota ini benar-benar membutuhkan bantuan untuk menangani banyaknya pengungsi.
Menteri Anne Spiegel mengatakan bahwa Pirmasens adalah "kasus khusus," namun beberapa kota di Jerman juga telah berhasil menghentikan masuknya gelombang pengungsi.
Thomas Weiner, politisi oposisi di parlemen negara bagian, menganggap Spiegel setengah hati dalam membantu memperjuangkan kota tersebut dan akan membuat pengungsi "dipindahkan ke kota lain, yang akan segera menghadapi situasi sulit yang sama seperti di Pirmasens."
Foto Realitas Kehidupan di Kamp Pengungsi Eropa
Fotografer Herlinde Koelbl melakukan perjalanan ke kamp-kamp pengungsi di Eropa pada tahun 2016 untuk mencari gambar yang belum pernah dilihat dunia. Hasilnya adalah kumpulan foto pedih.
Foto: Herlinde Koelbl, Foto: DW/H. Mund
Kehidupan sehari-hari pengungsi
Fotografer Herlinde Koelbl mengambil foto ini di Sisilia, Italia, di mana ribuan pengungsi, kebanyakan dari Afrika, mendapat bantuan begitu mereka tiba di Eropa. Ada yang beristirahat di pusat penerimaan awal sementara, sementara yang lain menunggu di bis. Keriuhan media telah berlalu, saat orang ini menuju ke toilet. Koelbl kebetulan berada di dekatnya dan menangkap gambar itu.
Foto: Herlinde Koelbl
Di Balik layar
Banyak gambar telah diterbitkan tentang pengungsi yang kebingungan setelah diselamatkan dari kapal penuh sesak dan diberi jaket pelampung. Namun, gambar dari apa yang terjadi di balik layar sangat sedikit. Herlinde Koelbl mencari tema yang tidak biasa dan sering menemukan gambar yang menceritakan kisah mereka sendiri lewat gambar itu.
Foto: Herlinde Koelbl
Perjalanan ke Eropa
Pakaian mengapung di air di pantai Mediterania, melayang dari pantai ke pantai. Tidak ada yang tahu apakah orang-orang memakai pakaian ini selamat dari perjalanan berbahaya melintasi lautan, atau apakah mereka termasuk di antara ribuan orang yang tenggelam.
Foto: Herlinde Koelbl, Foto: DW/H. Mund
benteng barikade
Perbatasan luar negara-negara Eropa diperkokoh militer dengan kawat berduri dan kadang-kadang terdapat tank untuk memastikan tidak ada yang lewat perbatasan. Koelbl kunjungi beberapa pos terdepan ini dan menemukan bahwa bahkan dalam rintangan seperti itu, para pengungsi berusaha untuk bertahan. Beberapa tinggal di tenda kecil yang dipasang di tanah dan menggantung cucian mereka di kawat berduri.
Foto: Herlinde Koelbl, Foto: DW/H. Mund
5 x 5 meter di Jerman
Ruang-ruang yang terhubung membentuk jaringan tempat tinggal yang lebih luas, tempat penampungan darurat ini terletak di pusat penerimaan pengungsi Jerman. Paling tidak, ruang-ruang tersebut menawarkan privasi lebih daripada tenda sementara yang compang-camping di kamp-kamp di Yunani atau Macedonia, kata Koelbl.
Foto: Herlinde Koelbl
Sejarah fotografi bermotif politik
Perhentian pertama pameran foto Koelbl adalah Gedung Kementerian Luar Negeri Jerman di Berlin. Gambar ini menunjukkan sang fotografer, yang awalnya bekerja sebagai perancang busana, pada saat pembukaan pameran foto. Herlinde Koelbl terkenal melalui proyek-proyek foto politik sebelumnya, di antaranya "Jejak Kekuasaan".
Foto: Matthias Nold
Komitmen jangka panjang
Herlinde Koebl hanya berfokus pada satu subyek selama periode waktu yang panjang. Beberapa foto sebelumnya dapat ditemukan pada pameran di Berlin Museum of Communication dalam rangkaian foto "Silent Mail: From Hearing and Understanding." Pameran "Pengungsi" ini dipajang di Litaraturhaus München bulan Mei 2017 dan juga dipamerkan di New York. (Ed: Heike Mund /ap/yf)