1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Kota Pirmasens Sukses Hentikan Gelombang Pengungsi

1 Maret 2018

Kota Pirmasens, Jerman, menerima 1000 pengungsi yang mengisi aprtemen-apartemen kosong mereka. Namun politisi oposisi berpendapat bahwa hanya melihat situasi di satu kota saja tidak cukup.

Wegweiser nach Pirmasens
Foto: picture-alliance/dpa/U.Anspach

Kota Pirmasens tidak lagi menerima pengungsi. Langkah tersebut dilakukan setelah pertemuan antara pemerintah negara bagian dan tokoh masyarakat, yang mengatakan selama berbulan-bulan situasi ekonomi kota mereka terlalu sulit untuk membantu pencari suaka yang diterima.

"Kami siap memberikan bantuan jangka pendek kepada Pirmasens, karena kota ini dalam situasi khusus," kata Menteri Integrasi Negara Bagian Rhineland-Palatinate Anne Spiegel.

Walikota Pirmasens Berhard Mathies mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia menyambut baik langkah tersebut, berterima kasih kepada pemerintah negara bagian "karena telah memberi kami istirahat."

Pengungsi yang dikirim ke Pirmasens bukan karena memiliki pekerjaan tertentu atau alasan sosial tapi karena kota tersebut memiliki sejumlah besar apartemen kosong. Situasi ekonomi kota yang bermasalah, adalah alasan banyak apartemen kosong. Hal tersebut juga membuat para pengungsi kesulitan mendapatkan kebutuhan hidup.

Setelah Perang Dunia II, Pirmasens berlokasi di dekat beberapa markas tentara AS. Ketika para tentara meninggalkan kota pada tahun 1970an, banyak pekerjaan hilang dan jumlah penduduknya menurun drastis.Foto: picture-alliance/dpa/R. Wittek

Kota yang berpenduduk sekitar 40.000 orang ini menampung sekitar 1.300 pengungsi, yang sebagian besar memiliki permohonan suaka yang diterima oleh Jerman. Mathies mengatakan bahwa dia mulai memperhatikan "sinyal alarm" pada tahun lalu bahwa para sukarelawan dan pengajar di kota ini benar-benar membutuhkan bantuan untuk menangani banyaknya pengungsi.

Menteri Anne Spiegel mengatakan bahwa Pirmasens adalah "kasus khusus," namun beberapa kota di Jerman juga telah berhasil menghentikan masuknya gelombang pengungsi.

Thomas Weiner, politisi oposisi di parlemen negara bagian, menganggap Spiegel setengah hati dalam membantu memperjuangkan kota tersebut dan akan membuat pengungsi "dipindahkan ke kota lain, yang akan segera menghadapi situasi sulit yang sama seperti di Pirmasens."

yp/rzn (afp, kna)