1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAfganistan

Kota-kota Besar Afganistan Terancam Direbut Taliban

2 Agustus 2021

Militer Afganistan merapatkan barisan ketika Taliban melancarkan serangan terhadap tiga ibu kota provinsi terbesar. Pertempuran sengit sepanjang akhir pekan merusak infrastruktur inti dan memaksa penduduk mengungsi

Sebuah kendaraan lapis baja milik militer Afganistan hancur dalam pertempuran dengan Taliban di Kandahar, Afganistan.
Sebuah kendaraan lapis baja milik militer Afganistan hancur dalam pertempuran dengan Taliban di Kandahar, Afganistan. Foto: Danish Siddiqui/REUTERS

Hingga Senin (2/8), pasukan pemerintah masih bertahan di ketiga ibu kota provinsi menyusul serangan gencar Taliban pada akhir pekan. Di Laskar Gah, ibu kota Helmand, para pemberontak dikabarkan melancarkan serangan terarah terhadap pusat kota dan sebuah penjara yang menampung tawanan perang.

Pertempuran mulai berkobar hanya beberapa jam setelah pemerintah di Kabul mengumumkan pengiriman ratusan pasukan elit ke kawasan konflik. "Pertahanan di darat dan serangan udara berhasil menghalau serangan Taliban," tulis perwakilan militer di Helmand.

Ibu kota Provinsi Helmand itu merupakan salah satu kota paling penting bagi etnis Pashtun yang tersebar di selatan Afganistan, dan mewakili porsi terbesar gerilayawan Taliban. Lashkar Gah juga berada di jantung wilayah agrikultur yang dikenal sebagai salah satu penghasil opium paling besar di dunia.

Sebab itu penaklukan Provinsi Helmand diyakini tidak hanya merugikan posisi strategis pasukan pemerintah, tetapi juga dijamin bakal memperkaya pundi-pundi perang kelompok Taliban lewat perdagangan candu.

Situasi serupa saat ini juga terjadi di provinsi jiran, Kandahar, yang dulu dikenal sebagai benteng Taliban. Pertempuran dilaporkan berkecamuk di gerbang ibu kota provinsi, Minggu (1/8), di mana serangan Taliban merusak landasan pacu bandar udara setempat. Namun setelah hanya beberapa jam, pemerintah mengumumkan bandara sudah bisa kembali beroperasi.

Fasilitas itu bernilai krusial untuk melancarkan serangan udara atau mempertahankan rantai logistik di selatan Afganistan, termasuk Laskhar Gah yang berjarak 140km di barat Kandahar.

Dukungan bagi Taliban kebanyakan berasal dari komunitas etnis Pashtun yang kebanyakan hidup di wilayah selatan.

Momentum bagi pasukan pemerintah

Adapun di Provinsi Herat, pasukan pemerintah dilaporkan masih mampu mematahkan serangan Taliban terhadap ibu kota.

"Ancaman di ketiga provinsi ini sangat tinggi, tapi kami bertekad menghalau serangan mereka," kata juru bicara militer, Ajmal Omar Shinwari, Minggu (1/8), sebelum menggambarkan "situasi darurat" yang dihadapi pasukan pemerintah. 

Selama ini Taliban lebih banyak fokus merebut wilayah pinggiran, dan menjauhkan diri dari kota-kota besar yang dijaga ketat. Pengamat internasional meyakini, kegagalan melindungi aset vital itu akan mengompori kekhawatiran global terkait kemampuan pemerintah Afganistan menegakkan kedaulatan.

"Jika kota-kota Afganistan jatuh, keputusan AS menarik pasukan akan diingat sebagai kesalahan strategis paling mencolok dalam hubungan luar negeri AS," kata Nishank Motwani, pakar keamanan Afganistan, kepada AFP.

Menurutnya, kemenangan Taliban akan semakin menguatkan asumsi bahwa Washington "menelantarkan salah satu pemerintahan paling pro-Amerika di kawasan, serta membiarkan kaum Islamis radikal menghancurkan semua yang dibangun selama dua dekade terakhir," imbuhnya.

Pemerintah di Kabul sejauh ini bersikukuh pihaknya tidak sedang terdesak oleh Taliban, dan sebaliknya menyalahkan AS atas memburuknya situasi keamanan. "Situasi saat ini terjadi berkat keputusan mendadak menarik semua pasukan internasional," kata Presiden Ashraf Ghani di hadapan parlemen.

Dia berjanji pasukan pemerintah akan merebut wilayah yang diduduki Taliban dalam waktu enam bulan.

rzn/hp (afp, rtr)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya