Kebanyakan kota dunia belum punya konsep menghadapi risiko bencana dari cuaca ekstrim, kata laporan Bank Dunia. Terutama karena pertumbuhan penduduk dan gelombang migrasi terlalu cepat.
Iklan
Pada tahun 2050, diperkirakan ada 1,3 miliar manusia dan aset senilai 158 tiliun dolar AS yang terancam bencana di daerah pantai saja, demikian peringatan Global Facility for Desaster Reduction and Recovery (GFDRR), sebuah lembaga di bawah Bank Dunia.
"Kota-kota dan wilayah pesisir sangat tidak siap menghadapi dampak bencana alam dan risiko global," kata John Roome, direktur senior Kelompok Bank Dunia untuk perubahan iklim.
Tapi kota-kota yang berkembang pesat bisa melakukan upaya meminimalisi dampak bencana dengan kebijakan yang tepat dan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan, sambungnya.
Negara Paling Rentan Dilanda Cuaca Ekstrem
Lebih dari setengah juta orang meninggal dunia akibat 15.000 bencana cuaca yang melanda Bumi dalam dua dekade terakhir. Berikut adalah daftar muram negara yang paling rentan terkena dampak cuaca buruk di dunia.
Foto: AP
1. Honduras
Sebanyak 61 fenomena cuaca eskrem melanda Honduras antara 1996-2015. Termasuk yang paling parah adalah Hurikan Mitch tahun 1998 yang menelan korban hingga 7.000 orang dan menciptakan kerugian senilai 3,4 milyar Dollar AS. Honduras langganan bertengger di urutan teratas Indeks Risiko Iklim Global sejak hampir tiga dekade terakhir.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb/D. Bartletti
2. Myanmar
Dari 41 bencana cuaca yang dialami Myanmar selama dua dekade terakhir, Siklon Nargis yang 2008 silam menewaskan 140.000 orang dan membuat 2,4 juta penduduk kehilangan rumah adalah yang paling parah. Rata-rata jumlah korban jiwa akibat cuaca ekstrem di Myanmar antara 1995-2016 mencapai 7145 orang per tahun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi di dunia.
Foto: Getty Images/AFP/Ye Aung Thu
3. Haiti
Serupa dua negara teratas, Haiti juga langganan bertengger di urutan tiga besar daftar muram ini. Tahun 2008 menandakan tahun bencana cuaca paling buruk di negara miskin tersebut. Empat hurikan sekaligus, Fay, Gustav, Hanna, dan Ike, merenggut ribuan nyawa, memusnahkan 80% hasil panen dan menciptakan kerugian sebesar 5% dari total Produk Domestik Bruto senilai 17 milyar Dollar AS.
Foto: A.Shelley/Getty Images
4. Nicaragua
Serupa Honduras, Nicaragua mencatat bencana cuaca paling buruk saat badai Mitch mengamuk 1998 silam. Hasilnya 3.800 orang tewas dan negara mencatat kerugian senilai satu milyar Dollar AS. Dalam dua dekade terakhir negeri di tepi Karibik ini mengalami setidaknya 44 bencana akibat cuaca buruk.
Foto: picture alliance/AP Photo
5. Filipina
Tidak heran jika Filipina sering dijuluki negeri seribu topan dan badai. Pasalnya jiran Indonesia itu dilanda 283 bencana cuaca dalam dua dekade terakhir. Yang terparah adalah Badai Haiyan (2013) yang menewaskan lebih dari 10.000 penduduk dan menciptakan kerugian senilai hampir 3 milyar Dollar AS. Haiyan adalah salah satu topan super terkuat yang pernah dicatat dalam sejarah.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Malasig
6. Bangladesh
Negeri di tepi Teluk Bengal ini rajin disambangi musibah banjir. Rata-rata setiap tahun 5.000 orang meninggal dunia sebagai dampaknya. Banjir terburuk dalam sejarah Bangladesh terjadi 1998 silam. Ribuan orang tewas dan hampir 75% wilayah negeri terendam air. Diperkirakan 30 juta penduduk kehilangan tempat tinggal.
Foto: Imago
7. Pakistan
Sebanyak 133 bencana cuaca melanda Pakistan antara 1996-2015. Catatan paling buruk ditoreh oleh bencana banjir 2010 yang menelan sekitar 2.000 korban jiwa dan melenyapkan rumah milik lebih dari 20 juta penduduk. Pakistan rajin dilanda banjir lantaran curah hujan yang tidak jarang mencetak rekor tertinggi.
Foto: S. Berehulak/Getty Images
8. Vietnam
Tidak berbeda dengan Filipina, Vietnam rajin disambangi badai dan topan. Dalam dua dekade terakhir Global Climate Risk Index mencatat setidaknya 206 fenomena cuaca ekstrem melanda negeri jiran itu. Setiap tahun pemerintah di Hanoi merugi lebih dari dua milyar Dollar AS akibat cuaca buruk
Foto: Reuters
9. Guatemala
Negeri kecil di Amerika Tengah ini sering dilanda bencana banjir atau badai. Sementara fenomena El-Nino yang mengganas tahun lalu menyebabkan bencana kekeringan yang menghanguskan cadangan pangan milik 3,4 juta penduduk. Sebanyak 74 fenomena cuaca ekstrem dialami Guatemala dalam dua dekade terakhir.
Foto: ddp images/AP Photo/Rodrigo Abd
10. Thailand
Banjir 2011 di Thailand menenggelamkan 20.000 kilometer persegi sawah dan perkebunan, serta melenyapkan rumah milik 13,6 juta penduduk. Sebanyak 65 dari 77 provinsi terendam banjir. Pemerintah mengalami kerugian 46 milyar Dollar AS. Dalam dua dekade terakhir, Thailand mengalami 135 bencana cuaca ekstrim yang telah menelan belasan ribu korban jiwa.
Foto: AP
10 foto1 | 10
Misalnya membatasi eksploitasi air tanah, yang membuat kota besar seperti Tokyo dan Jakarta setiap tahun makin tenggelam. Selain itu, merencanakan banyak zona hijau di kawasan-kawasan rawan banjir.
Masalahnya, banyak pejabat kota tidak tahu dengan jelas, apa saja risiko bencana yang bakal mereka hadapi. Misalnya Argentina yang tidak punya gunung berapi, tapi terkena dampak letusan gunung berapi di Chile.
Sekarang ada aplikasi bernama ThinkHazard! Yang memudahkan perencanaan penanggulangan bencana jadi lebih mudah. Aplikasi ini juga bisa menampilkan berbagai informasi tentang potensi bencana di suatu negara atau kawasan. Aplikasi ini ditujukan pada para perancang tata kota, pengembang proyek dan lain-lain, yang perlu data-data tentang risiko bencana.
Menengok Kembali Bencana Alam 2015
Korban tewas, cedera, kehancuran. Sejumlah bencana terjadi 2015 dan dampaknya sangat besar bagi daerah yang dilanda. Berikut beberapa di antaranya.
Foto: Imago/Xinhua
Cantik Tapi Mematikan
Gunung berapi Calbuco di Cile "tidur" selama 43 tahun. April 2015 ia mulai menggeliat. Dalam letusan pertamanya, awan asap tebal menyembur ke langit hingga 15 km. Seluruh kawasan dalam jarak 20 km dari gunung berapi itu diungsikan. Pelabuhan udara kota terbesar di daerah itu ditutup. Beberapa hari setelahnya, Calbuco meletus untuk kedua dan ketiga kalinya.
Foto: Reuters/R. Arenas
Pahlawan dalam Keadaan Darurat
Tentara berusaha untuk menyelamatkan seorang anak dari reruntuhan rumah di ibukota Nepal, Kathmandu. Setelah sebuah gempa bumi berat akhir April lalu sejumlah gempa susulan terjadi. Guncangan gempa terasa hingga ibukota India, New Delhi. Menurut keterangan pemerintah, bencana menyebabkan sekitar 9.000 orang tewas.
Foto: Getty Images/J. Gratzer
Abu Menutupi Segalanya
Abu berwarna coklat kemerahan disemburkan dari gunung Sinabung dan menutupi segalanya, juga mata, hidung dan pori-pori tubuh. Bulan Juni gunung berapi setinggi 2.460 meter di Sumatera itu erupsi dan menyemburkan debu panas dalam skala besar. Abu menyelimuti tanah, rumah dan jalan-jalan. Beberapa orang menutupi kepala dengan plastik untuk melindungi diri. Korban tewas tidak ada.
Foto: Reuters/Antara Foto/R. Muharrman
Daud Lawan Goliat
Seorang pria menghadapi lautan api. September beberapa kebakaran terjadi sekaligus di Kalifornia. Negara bagian itu mengalami kekeringan paling parah seabad terakhir. Bunga api sekecil apapun bisa menyulut bencana. Ribuan rumah terbakar habis. 10.500 pemadam kebakaran dikerahkan tapi api jauh lebih besar.
Foto: Getty Images/AFP/J. Edelson
Taifun Landa Cina
Taifun Dujuan menerjang provinsi Fujian dengan kecepatan 119 km per jam, September 2015. Pemerintah berusaha melindungi daerah pantai dengan menempatkan kantung pasir. Sebelumnya Dujuan sudah menyapu Taiwan dan menyebabkan jatuhnya korban tewas serta cedera. Di Cina akibat taifun itu 400 rumah hanur dan 31.000 hektar tanah tertutup air.
Foto: Reuters/China Daily
Banjir Bandang
Sejumlah besar penduduk kota metropolitan Chennai di India dikejutkan banjir badang. Dengan perahu karet tim penolong berusaha menyelamatkan warga dari rumah-rumah mereka. Sejak November 2015, hujan deras turun hampir tanpa henti di negara bagian Tamil Nadu. Sedikitnya 269 orang tewas. Pakar memperkirakan, fenomena alam "El Niño" jadi penyebab cuaca buruk tersebut.
Foto: Imago/Xinhua
6 foto1 | 6
Aplikasi baru yang dikembangkan GFDRR ini mengumpulkan berbagai informasi dan menyederhanakannya sehingga bisa mudah dimengerti. Pengembang jalan atau sekolah di Kenya misalnya bisa menggunakan aplikasi ini untuk mengetahui apa saja risiko bencana di sekitar lokasi pembangunan.
Peningkatan risiko bencana di beberapa daerah memang cukup drastis. Di Indonesia, risiko banjir dari luapan sungai diperkirakan akan naik 166 persen selama 30 tahun ke depan, sedangkan risiko banjir di daerah pesisir 445 persen, kata laporan itu.
Kombinasi kenaikan permukaan laut dan tenggelamnya kota-kota pesisir bisa mengakibatkan kerugian besar di 136 kota-kota pesisir, dari sekitar US$ 6 miliar per tahun pada tahun 2010 menjadi US $ 1 triliun pada tahun 2070, kata laporan itu.