Pelantikan Idrus Marham sebagai Menteri Sosial menambah kursi menteri dari Partai Golkar di Kabinet Jokowi-JK. Apa yang menjadi pertimbangan Presiden Joko Widodo menjatuhkan pilihan kepada Sekjen Golkar itu?
Iklan
Satu-satunya figur politisi yang masuk dalam susunan Kabinet Kerja terbaru Jokowi-JK adalah Idrus Marham. Sekretaris Jenderal Partai Golkar tersebut menggantikan Khofifah Indar Parawansa yang mundur dari kabinet karena mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Timur di Pilkada Jatim.
Nama Idrus sebenarnya sudah digadang-gadang akan masuk ke dalam kabinet pemerintahan Jokowi-JK sejak menteri perindustrian Kabinet Kerja Airlangga Hartarto menjabat sebagai Ketua Partai Golkar. Saat itu nama doktor ilmu politik Universitas Gadjah Mada itu sudah dituliskan akan menggantikan Khofifah berdasarkan surat keputusan Golkar pada Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar, akhir Desember. Dengan masuknya nama Sekjen Golkar tersebut di kabinet, maka ada dua menteri Jokowi dari Partai Golkar yang memiliki posisi rangkap .
Pengamat politik dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Sebastian Salang mengatakan masuknya nama Idrus dalam kabinet tak lepas dari pemilihan presiden 2019.
"Strategi untuk lebih memastikan bahwa Golkar nanti betul-betul solid mendukung Jokowi dalam pilpres 2019,” ujar Sebastian kepada TempoOnline.
Dengan masuknya Idrus, maka jatah Golkar di Kabinet Jokowi menjadi tiga kursi. Selain Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan juga berasal dari Golkar. Pada Pemilihan Presiden 2014 lalu, Golkar lengket dengan kubu Prabowo Subiyanto. Namun sejak Kongres 2016, ketika Airlangga terpilih sebagai ketua umum, Golkar kian merapat ke Jokowi.
Para Menteri Kabinet Kerja Dalam Sorotan Media
Beberapa menteri dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK mendapat sorotan luas di media. Terutama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Foto: AFP/Getty Images/Romeo Gacad
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
Ia menjadi perempuan pertama yang diangkat menjadi Menteri Luar Negeri. Retno Marsudi adalah diplomat handal yang sudah lama melanglang buana di panggung diplomasi. Jabatan terakhirnya adalah Duta Besar RI di Kerajaan Belanda.
Foto: Romeo Gacad/AFP/Getty Images
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
Pemilik maskapai penerbangan Susi Air ini yang paling banyak dibahas oleh media, baik media cetak maupun media sosial. Ia dianggap sebagai perempuan tangguh yang berhasil merintis bisnis dari sebuah usaha kecil menjadi perusahaan besar. Susi Pudjiastuti juga ramai dibicarakan karena gayanya yang blak-blakan dan gambar tattoo di kakinya.
Foto: Getty Images/ Bay Ismoyo/AFP/Getty Images
Menko Perekonomian Sofyan Djalil
Menteri Koordinasi Perekonomian Sofyan Djalil punya tugas berat mendorong perekonomian, terutama dalam reformasi ekonomi, pemotongan subsidi BBM dan pembangunan infrastruktur. Tujuannya untuk menggalakkan investasi.
Foto: Reuters/Beawiharta
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu
Mantan KSAD Jendral Ryamizard Ryacudu disorot karena sikap kerasnya ketika menghadapi gerakan separatis di Aceh dan Papua. Presiden Jokowi memilih Ryamizard karena merupakan memandangnya sebagai sosok pemikir yang demokratis dan loyal.
Foto: Reuters/Darren Whiteside
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani
Pengangkatan Puan Maharani sebagai menteri dikritik media karena ia dianggap tidak kompeten dalam bidang tugasnya. Banyak pengamat menilai, Puan dipilih karena desakan ibunya, Ketua UMUM PDI-P Megawati Sukarnoputri.
Foto: AFP/Getty Images/Romeo Gacad
Delapan Perempuan
Ada delapan perempuan dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK. Inilah kontingen perempuan terbesar yang pernah ada dalam kabinet pemerintahan. Dalam kabinet sebelumnya pimpinan SBY-Budiono hanya ada empat menteri perempuan.
Foto: Reuters/Beawiharta
Diperiksa KPK
Pengumuman susunan kabinet Jokowi-JK sempat tertunda, karena ada nama-nama kandidat yang mendapat catatan merah dari lembaga anti korupsi KPK. Inilah pertama kalinya, KPK dilibatkan dalam proses seleksi kandidat menteri.
Foto: Reuters/Beawiharta
7 foto1 | 7
Kalkulasi panjang Jokowi
Seusai pelantikan Idrus Marham di Istana Negara, Presiden Jokowi menyebutkan bahwa ia sudah mempertimbangkan banyak hal saat memutuskan sejumlah nama baru dalam kabinetnya. "Yang ditanya kok pertimbangan semua. Ya banyak saya kira pertimbangan. Soal apa yang sudah kita putuskan itu sudah melalui pertimbangan yang panjang, kalkulasi perhitungan yang panjang," kata Jokowi seperti dikutip Antara.
Selain strategi jangka panjang, tentu ada pertimbangan lain ketika menempatkan Idrus dalam posisi yang akan diembannya tak kurang dari dua tahun. Idrus yang mengaku cocok dengan Jokowi berjanji akan memperkuat Kabinet Kerja dengan fokus mengurangi angka kemiskinan. "Prestasi pemerintahan Jokowi dapat mengurangi jumlah kemiskinan. Turun 1,2 juta atau setara 0,6 persen dari keseluruhan yang ada. Tentu prestasi yang dicapai Mbak Khofifah akan kita tindaklanjuti. Sekarang ini masih ada 101 juta," ujar Idrus seperti dikutip dari Merdeka.
Kerja genting saat waktu singkat
Wakil Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Daulay menilai meski Idrus memiliki latar belakang organisasi yang matang, namun tugasnya di kementerian sosial sangat krusial terlebih ketika dikaitkan dengan data PBI (Penerima Bantuan Iuran). Data tersebut mendesak untuk segera diperbaharui mengingat PBI akan menjadi basis bagi seluruh kementerian yang ada untuk memberikan bantuan sosial bagi KPM (keluarga penerima manfaat).
“Walau sepintas kelihatan mudah, tetapi di sana (kementerian sosial) ada berbagai persoalan yang harus dituntaskan," ungkap Saleh menjelaskan kepada Kompas. “Sayangnya, data PBI ini masih banyak yang tidak sesuai dengan realitas di lapangan. Temuan kami, ada banyak warga masyarakat yang semestinya layak dan pantas mendapat bansos, ternyata tidak terdaftar dan terkesan terlupakan," papar Wakil Ketua Komisi IX DPR itu.
Reshuffle kali ini adalah pergantian ke tiga selama periode pemerintahan Jokowi-JK. Selain Idrus Marham, Jokowi juga melantik mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko sebagai Kepala Staf Kepresidenan menggantikan Teten Masduki yang digeser menjadi Koordinator Staf Khusus Presiden. Selain itu, Presiden Jokowi juga melantik Agum Gumelar sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Hasyim Muzadi yang tutup usia beberapa waktu lalu. Pejabat negara lain yang dilantik Presiden adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara yakni Marsekal TNI Yuyu Sutisna.
Siapa Calon Pemimpin Indonesia?
Hasil survey Saiful Mujani Research Centre belum banyak mengubah peta elektabilitas tokoh politik di Indonesia. Siapa saja yang berpeluang maju ke pemilu kepresidenan 2019.
Foto: Imago/Zumapress
1. Joko Widodo
Presiden Joko Widodo kokoh bertengger di puncak elektabilitas dengan 38,9% suara. Popularitas presiden saat ini "cendrung meningkat," kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan.
Foto: Reuters/Beawiharta
2. Prabowo Subianto
Untuk sosok yang sering absen dari kancah politik praktis pasca pemilu, nama Prabowo masih mampu menarik minat pemilih. Sebanyak 12% responden mengaku akan memilih mantan Pangkostrad itu sebagai presiden RI.
Foto: Reuters
3. Anies Baswedan
Selain Jokowi dan Prabowo, nama-nama lain yang muncul dalam survey belum mendapat banyak dukungan. Gubernur terpilih DKI Jakarta, Anies Baswedan, misalnya hanya mendapat 0,9%.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Agung Rajasa
4. Basuki Tjahaja Purnama
Nasib serupa dialami bekas Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama. Sosok yang kini mendekam di penjara lantaran kasus penistaan agama itu memperoleh 0,8% suara. Jumlah yang sama juga didapat Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
Foto: Getty Images/T. Syuflana
5. Hary Tanoesoedibjo
Pemilik grup MNC ini mengubah haluan politiknya setelah terbelit kasus hukum berupa dugaan ancaman terhadap Kepala Subdirektorat Penyidik Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Yulianto. Hary yang tadinya beroposisi, tiba-tiba merapat ke kubu Presiden Joko Widodo. Saat inielektabilitasnya bertengger di kisaran 0,6%
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Ibrahim
6. Agus Yudhoyono
Meski diusung sebagai calon pemimpin Indonesia masa depan, saat ini popularitas Agus Yudhoyono masih kalah dibanding ayahnya Soesilo Bambang Yudhoyono yang memperpoleh 1,9% suara. Agus yang mengorbankan karir di TNI demi berpolitik hanya mendapat 0,3% dukungan.
Foto: Getty Images/AFP/M. Naamani
7. Gatot Nurmantyo
Jumlah serupa didapat Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang belakangan terkesan berusaha membangun basis dukungan. Nurmantyo hanya mendapat 0,3%. Meski begitu tingkat elektabilitas tokoh-tokoh ini akan banyak berubah jika bursa pencalonan sudah mulai dibuka, klaim SMRC.