Mereka bukan K-Pop perempuan biasa, tapi sekelompok pahlawan pemburu iblis yang nyentrik, punya banyak kekuatan, dan juga tangguh.
Mira, Rumi, dan Zoey. Tiga tokoh utama dalam film animasi, Kpop Demon HuntersFoto: 2025 Netflix/dpa/picture alliance
Iklan
Film ini berani, nyentrik, lucu, juga dipenuhi lagu-lagu yang catchy (mudah diingat). Film ini menceritakan kisah HUNTR/X, sebuah grup K-pop perempuan beranggotakan Rumi, Zoey, dan Mira. Mereka bukan sekadar produk industri pop Korea Selatan tapi juga pemburu iblis!
Saat penonton memadati stadion sebelum konser dimulai, ketiganya bersantai di sofa dengan piyama kelinci, mengisi perut dengan makanan cepat saji, dan menikmati hidup sebagai bintang pop tanpa latihan ketat tiada akhir.
Di saat yang sama, mereka berburu iblis yang menghisap jiwa para pecinta musik untuk kemudian menguasai dunia. Pemimpin iblis memilih lima anak buahnya yang paling setia dan mengubah mereka menjadi boy band dengan misi menggulingkan HUNTR/X dari puncak tangga lagu pop.
Menghancurkan stereotip dengan riang gembira
Film "KPop Demon Hunters” menghancurkan stereotip dunia K-pop. Alih-alih menggambarkan idola yang disiplin dengan gaya yang sempurna, film ini menampilkan tiga perempuan muda yang kuat, nyentrik, dan keras kepala. Mereka membuat kesalahan, berdebat, dan tertawa terbahak-bahak - bahkan dengan mulut penuh kentang goreng.
Dan pada akhirnya, HUNTR/X berhasil menyelamatkan dunia.
Itulah yang membuat film "KPop Demon Hunters” begitu istimewa, menurut Ray Seol, seorang profesor di Berklee College of Music di Boston.
Hal yang tidak biasa digambarkan dalam film: Di waktu luang bintang K-Pop berburu Iblis.Foto: Netflix/Columbia Pictures/Sony Pictures/picture alliance
"Pada akhir 2000-an, grup vokal perempuan menggambarkan ketulusan dan misteri,” katanya. "Sebaliknya, karakter perempuan dalam HUNTR/X adalah pahlawan dan pemburu iblis. Konsep ini unik karena memberikan perspektif baru yang sangat berbeda dalam menggambarkan perempuan di dunia K-pop.”
Para penggemar K-pop juga menghargai cara perempuan digambarkan dalam film ini. Charlotte, yang berusia pertengahan 30-an, terpesona oleh budaya pop Korea.
"Saya merasa 'tersegarkan' ketika di awal mereka menyebut bahwa mereka perlu mengonsumsi karbohidrat sebelum konser karena di K-pop semua orang kerap membahas diet,” katanya kepada DW.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Dari belakang layar lalu jadi sorotan
Film ini juga menorehkan terobosan baru di dunia musik. Karakter-karakternya tidak disulih suarakan oleh bintang K-pop ternama, melainkan oleh musisi yang biasanya bekerja di balik layar. Di antara mereka, ada seniman berusia 33 tahun bernama EJAE, yang dilatih sebagai bintang pop tetapi tidak pernah debut sebagai penyanyi. Saat ini, ia adalah salah satu penulis lagu dan produser paling dicari di Korea Selatan.
EJAE saat pemutaran film "Kpop Demon Hunters" di Los Angeles, 16 Juni 2025.Foto: Xavier Collin/Image Press Agency/Sipa USA/picture alliance
"Perempuan seperti EJAE punya "paket lengkap” - bernyanyi, jadi vokalis utama, menulis lagu, dan juga memproduksi musik,” jelas Seol. "Kehebatan film ini terletak pada para pencipta lagu yang juga mengisi suara para karakter film, bukan grup idola yang menyanyikan lagu yang ditulis untuk mereka. Para penulis lagu menghidupkan karya mereka. Pilihan ini membuat musik lebih autentik dan menyentuh, membuatnya terdengar lebih tulus.”
Bagi EJAE, yang menyumbangkan suaranya untuk karakter Rumi dan menduduki puncak tangga lagu Billboard global dengan lagu film "Golden,” jadi kesuksesan yang mengejutkan. "Menduduki peringkat pertama itu gila. Saya menangis sepanjang hari,” katanya kepada Hollywood Reporter.
Lagu "Golden” kini telah diputar lebih dari 470 juta kali di Spotify. Soundtrack lengkap film tersebut telah diputar lebih dari tiga miliar kali, hingga saat ini.
Ragam Aksi Kolektif Penggemar K-pop
Tak hanya sekadar mengidolakan artis Korea Selatan, fans K-pop juga menunjukkan bahwa mereka bisa ikut andil dalam berbagai isu, mulai dari bidang sosial, lingkungan, hingga politik. Seperti apa aksi kolektif mereka?
Foto: Fauzan/Antara Foto/Reuters
Donasi untuk Black Lives Matter
Dilansir Reuters pada 5 Juni 2020, organisasi Black Lives Matter mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima donasi sebesar 1 juta dolar AS dari boyband BTS (Bangtan Sonyeondan) dan label musiknya. Tak lama setelah kabar itu dirilis, penggemar BTS, ARMY, mengorganisir kampanye online dengan tagar #MatchAMillion untuk menyamakan nominal donasi tersebut dan berhasil meraihnya dalam waktu 25 jam.
Foto: David Ramos/Getty Images
Kebakaran hutan Papua
Fans K-pop ikut menyoroti isu kebakaran hutan di Papua pada 2020 dengan meramaikan tagar #SavePapuaForest, #SaveHutanPapua, dan #SaveHutanIndonesia di media sosial. Kala itu investigasi Greenpace International dan Forensic Architecture menemukan dugaan bahwa perusahaan kelapa sawit asal Korea Selatan melakukan pembakaran hutan secara sengaja untuk pembersihan lahan.
Foto: Fernando Souza/ZUMApress/picture alliance
Menggabungkan K-pop dengan aksi iklim
Resmi rilis pada Maret 2021, Kpop4planet merupakan platform yang ditujukan untuk menggabungkan K-pop dan aksi iklim. Terdiri dari enam anggota inti yang berbasis di Indonesia dan Korea Selatan serta memiliki duta di beberapa negara, Kpop4planet memiliki visi untuk menjadi 'safe space' untuk para penggemar K-pop melakukan aksi iklim dan berdiskusi bersama.
Menggalang kampanye bersama fans K-pop
Kampanye-kampanye dalam bentuk petisi termasuk aksi iklim telah dilakukan oleh Kpop4planet. Beberapa di antaranya adalah "No K-pop On a Dead Planet" dan juga "Tokopedia4Bumi". Tokopedia4Bumi merupakan petisi mereka agar e-commerce tersebut menggunakan energi terbarukan dan 'go green' pada tahun 2030. Sebanyak 2.083 fans ikut menandatangani petisi tersebut.
Senyum ARMY, salah satu fanbase BTS di Indonesia, melakukan kerja sama dengan Polda Metro Jaya dan Gotix dalam menyelenggarakan vaksinasi massal COVID-19 untuk anak dan remaja pada 2021. Saat itu mereka mendapatkan kuota 10.000 dosis. Proyek yang mereka adakan kebanyakan di bidang kesenian dan kemanusiaan.
Foto: Senyum ARMY
Donasi untuk korban Tragedi Kanjuruhan
Penggemar BTS, ARMY Indonesia, menggalang dana sebesar lebih dari Rp440 juta dari lebih dari 15 ribu orang untuk membantu korban tragedi Kanjuruhan. Selain penggalangan dana yang dibuka oleh BTS ARMY Project Lombok, terdapat juga posko bantuan untuk pendampingan psikologis dari ARMY Help Center serta bantuan layanan hukum yang diinisiasi oleh fanbase Light ARMY Malang.
Penggemar K-pop termasuk salah satu kelompok yang menyuarakan penolakan atas pengesahan Omnibus Law Undang-Undang (UU) Cipta Kerja 2020 silam. Mereka meramaikan tagar terkait penolakan UU Cipta Kerja hingga menjadi trending topic dunia. (vv/ha)
Foto: Fauzan/Antara Foto/Reuters
7 foto1 | 7
Orang Korea terbiasa mengubah krisis jadi peluang
Menurut Seol, popularitas besar film ini juga disebabkan oleh pergeseran budaya global. Dulu, cerita didominasi dengan bagaimana menaklukan sesuatu, namun kini fokusnya beralih pada bagaimana mengatasi rintangan.
"Korea, telah lama menghadapi tantangan eksternal, dan salah satu kekuatan budayanya adalah mengubah tantangan tersebut menjadi peluang untuk tumbuh dan sukses,” katanya.
Dalam film ini, prinsip tersebut terutama diwakili oleh karakter Rumi. Setengah pemburu, setengah iblis, dia mewakili konflik identitas yang dimiliki oleh banyak penonton.
Selama bertahun-tahun, Rumi menyembunyikan kepribadian ganda dari teman-teman dan rekan-rekan musisinya. Namun, dia menyadari bahwa dia dapat memanfaatkan kekuatan rahasianya tersebut untuk melawan kejahatan. Pertarungan melawan iblis ini bukan hanya fantasi tapi melambangkan perjuangan untuk menerima identitas diri dan keluar sebagai pemenang.
Iklan
Tampilkan sisi glamor tapi juga manusiawi
"KPop Demon Hunters" menggabungkan kemewahan dan sisi kemanusiaan, seperti halnya BTS sukses secara global. BTS tidak terkenal karena tampil sempurna, melainkan karena keterbukaan mereka akan kesulitan yang mereka hadapi— awal yang sulit mejeng YouTube, masalah keuangan, hingga merasa kelelahan. Lagu-lagu mereka sering membahas keraguan diri dan dorongan untuk terus maju, yang sangat relevan bagi anak muda di seluruh dunia.
Grup K-Pop BTSFoto: YNA/picture alliance
Blackpink juga menyampaikan tema serupa dengan cara berbeda. Meskipun mereka penuh dengan pesona, percaya diri, dan kekuatan, mereka juga menunjukkan tekanan besar dalam karier K-pop global. Daya tarik mereka ada pada perpaduan antara penampilan yang sempurna dan momen yang manusiawi.
"Baik cerita maupun para seniman di balik layar menarasikan ketahanan dan transformasi,” kata Seol tentang film tersebut. "Penonton global antusias menyaksikan karakter yang mengatasi rintangan dengan cara yang autentik dan relevan.”
Dan resonansi akan pesan tersebut tampaknya akan terus berlanjut. "Kpop Demon Hunter" jadi film terlaris di Netflix dengan lebih dari 265 juta penayangan hingga saat ini.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Sorta Caroline
Editor: Yuniman Farid
11 Film Korea Selatan yang Harus Kamu Tonton
Film-film yang diproduksi Korea Selatan telah dikenal selama beberapa dekade terakhir. Berikut adalah beberapa pencapaian yang menjadi hit di seluruh dunia dan membantu membangun reputasi sinematik Korea Selatan.
Foto: Zuma Wire/IMAGO
Korea Selatan, negara perfilman
Film-film Korea Selatan menjadi pembicaraan di seluruh dunia. Festival film (seperti dalam foto di Busan) suah menjadi agenda internasional. Format cerita yang inovatif dan standar estetika yang tinggi telah menarik hati para penonton. Berikut adalah 11 film dalam dunia perfilman Korea yang beragam.
Foto: Zuma Wire/IMAGO
The Housemaid (1960)
Jauh sebelum tahun 2000-an, sebelum perfilman Korea Selatan benar-benar melejit, Kim Ki-young memproduksi "Hanyo" ("The Housemaid"), film erotis yang sampai sekarang masih dianggap sebagai salah satu film Korea terbaik sepanjang masa. Melodrama yang difilmkan dengan sempurna ini mengisahkan perselingkuhan antara pria kaya dan pembantu rumah tangga yang berujung pada kehancuran keluarga.
Foto: ANN / KOFA/picture alliance
Peppermint Candy (1999)
Film kedua karya sutradara Lee Chang-dong (foto) diawali dengan bunuh diri pengusaha Yongho. Kisah hidup Yongho kemudian diceritakan dalam alur mundur, dari masa saat ini ke masa lalu. Sedikit demi sedikit, terungkap penyebab keputusannya untuk mengakhiri hidup.
Foto: Jo Iwasa/AP/picture alliance
Oldboy (2003)
Film ini sendiri secara signifikan mendongkrak popularitas perfilman Korea Selatan. Menceritakan seorang pria yang dikurung di sebuah ruangan kecil selama 15 tahun. Setelah dibebaskan, dia melakukan aksi balas dendam. Film kedua, dalam trilogi balas dendam oleh Park Chan-wook, adalah mahakarya yang dipenuhi dengan adegan mimpi yang tak terlupakan.
Foto: Mary Evans/IMAGO
Spring, Summer, Fall, Winter ... and Spring (2003)
"Spring, Summer, Fall, Winter ... and Spring" merupakan mahakarya sutradara Kim Ki-duk. Dia kemudian dituduh melakukan pelecehan seksual di tengah gerakan #MeToo, dan meninggal karena komplikasi COVID-19 pada tahun 2020 dalam usia 60 tahun. Film yang menggambarkan siklus kehidupan yang tak terhentikan ini berkisah tentang seorang biksu Buddha dan muridnya yang menjalani masa hidupnya sampai tua.
Foto: Sony Pictures/Mary Evans/IMAGO
Memories of Murder (2003)
Karya spektakuler Bong Joon-ho ini dinilai sebagai film kriminal paling sukses dari Korea Selatan. Film ini didasarkan peristiwa nyata terkait seorang pembunuh berantai yang menewaskan 10 perempuan di utara negeri antara tahun 1986-1991. Dua petugas polisi berusaha menyelesaikan kasus ini, yang membuat banyak momen lucu meskipun film thriller ini memiliki topik yang berat.
Foto: Yonhap/picture alliance
Poetry (2010)
Disutradarai oleh Lee Chang-dong, film ini bercerita tentang pensiunan Yan Mi-ja, yang menderita demensia dini. Dia menghadiri kelas puisi untuk mempelajari kembali cara menangkap keindahan dunia dengan kata-kata. Saat kehilangan ingatan, dia secara bersamaan memperoleh kosa kata baru dan cara memandang sekelilingnya. Melalui matanya, penonton melihat tragedi yang terjadi.
Foto: Kino International/Courtesy Everett Collection/picture alliance
Right Now, Wrong Then (2015)
Film karya Hong Sang-soo (kiri) menceritakan kisah seorang sutradara terkenal yang tiba di sebuah kota untuk acara pemutaran film, di mana dia bertemu dengan seorang perempuan muda yang cantik. Mereka menghabiskan hari bersama. Perasaan serba salah menyelimutinya saat malam. Namun, pria itu mendapat kesempatan kedua. Apakah kisah ini berakhir bahagia?
Foto: Urs Flueeler/dpa/picture alliance
The Handmaiden (2016)
Drama erotis karya Park Chan-wook ini menceritakan pemburu warisan yang ingin mencuri uang seorang ahli waris. Dia menyamar sebagai pembantu dan berupaya membuat ahli waris jatuh cinta padanya. Namun, dia sendiri justru jatuh cinta dengan calon korbannya. Dikotomi sederhana antara yang baik dan yang buruk larut dalam tiga bagian dan melalui berbagai perspektif.
Foto: Cannes Film Festival / Handout/dpa/picture alliance
The Wailing (2016)
Dalam film thriller misteri dari Na Hong-jin ini, muncul orang asing di sebuah desa kecil. Tak lama kemudian, pembunuhan mengerikan mulai terjadi. Film horor ini mengacu pada berbagai motif genre, cerita rakyat kuno, dan kisah tentang pemujaan setan.
Foto: Cannes Film Festival / Handout/dpa/picture alliance
Parasite (2019)
"Parasite" bukan hanya film berbahasa non-Inggris pertama yang memenangkan Piala Oscar. Di banyak negara, film Korea ini menjadi yang paling banyak ditonton sepanjang masa. Film karya sutradara Bong Joon-hoo ini menyajikan kritik tajam terhadap kapitalisme lewat penggambaran sebuah keluarga dari lingkungan miskin di Seoul yang berhasil memasuki kehidupan satu keluarga kaya.
Foto: Yonhap/picture alliance
Decision to Leave (2022)
Thriller misteri dari Park Chan-wook (kanan atas) menceritakan seorang detektif yang jatuh cinta pada janda dari pria yang diduga meninggal karena kecelakaan. Film ini ditayangkan perdana di Cannes pada tahun 2022, dan memenangkan penghargaan sutradara terbaik. Decision to Leave diikutsertakan dalam Film Fitur Internasional Terbaik di Oscar 2023, tetapi gagal masuk babak final. (ha/yf)