Krisis di Libya Memanas Usai PM Dbeibah Dilengserkan Paksa
11 Februari 2022
Parlemen Libya memilih Fathi Bashagha untuk menggantikan Abdul Hamid Dbeibah sebagai kepala pemerintahan transisi. Sang perdana menteri menolak mundur. Dia mengaku mengalami percobaan pembunuhan di hari pemakzulan.
Iklan
Perdana Menteri Libya, Abdulhamid al-Dbeibah, sebaliknya menawarkan diri untuk merancang UU Pemilihan Umum baru sebagai solusi politik. Tawaran tersebut dibuat setelah dilengserkan paksa oleh parlemen di timur, Kamis (10/2) kemarin.
Pada hari yang sama, Dbeibah mengklaim dirinya mengalami percobaan pembunuhan oleh dua pelaku bersenjata. Namun dia enggan merinci kejadian atau siapa yang diduga bertanggungjawab.
Kantor berita Reuters tidak berhasil memverifikasi kebenaran klaim tersebut.
Dbeibah diturunkan karena dianggap gagal memenuhi tugas utama pemerintahan transisi, yakni menyelenggarakan pemilihan umum, Desember silam. Krisis bereskalasi ketika parlemen di timur secara sepihak membatalkan pemilu tahun ini, Senin (7/2), pekan lalu.
Sebagai gantinya, parlemen menunjuk tokoh kuat oposisi, Fathi Bashagha, sebagai perdana menteri baru. Hal ini ditolak oleh Dbeibah.
"Pemilihan pemerintahan baru oleh parlemen adalah upaya lain untuk memasuki Tripoli secara paksa,” katanya dalam wawancara dengan stasiun televisi al-Ahrar, Jumat (11/2).
Dia merujuk pada serangan Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin Jendral Khalifa Haftar terhadap ibu kota pada tahun 2019.
Dalam wawancara itu, Dbeibah menegaskan tidak akan mengundurkan diri sebelum diberi kesempatan menyelenggarakan pemilihan umum. Dia memperingatkan parlemen di timur untuk menahan diri agar tidak memercik ulang perang di Libya.
Iklan
PBB upayakan solusi diplomasi
Di kantor pusat PBB di New York, AS, wartawan menyerca juru bicara Stephane Dujarric, soal pemakzulan terhadap kepala pemerintahan NUG yang diakui internasional. Dia membenarkan PBB masih mengakui Dbeibah sebagai perdana menteri.
Meski demikian, Dujarric membenarkan kabar kepergian Utusan Khusus PBB untuk Libya, Stephanie Willams, "yang kembali ke Tripoli, di mana dia akan berbicara dengan pihak-pihak terkait di Libya untuk memfasilitasi kesepakatan.”
"Kami masih berusaha mendapat rincian keputusan yang dibuat parlemen,” imbuhnya.
Gelombang Protes "Musim Semi Arab" 10 Tahun Lalu
Gerakan protes yang kemudian dikenal sebagai "musim semi Arab" 10 tahun lalu mencapai Mesir. Pada 25 Januari 2011, massa berkumpul di lapangan Tahrir di Kairo dan menuntut penguasa Hosni Mubarak mundur.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Trueba
Menuntut penguasa mundur
Para perempuan Irak tua dan muda melibatkan diri dalam aksi protes massal di Lapangan Tahrir, Januari 2011, menuntut kebebasan politik dan mundurnya Hosni Mubarak.
Foto: AP
Akhirnya mundur dan diadili
Akhirnya, Hosni Mubarak yang sudah berkuasa lebih 30 tahun mengundurkan diri 11 Februari 2011. Beberapa bulan kemudian dia mulai diadili. Tahun 2012 dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, dengan tuduhan tidak menghentikan aksi kekerasan brutal aparat keamanan di Lapangan Tahrir. Hosni Mubarak meninggal Februari 2020 setelah menjalani perawatan di rumah sakit militer Mesir.
Foto: picture-alliance/AP
Berawal dari Tunisia
Aksi protes massal di kawasan itu berawal dari aksi massa di Tunisia menentang kenaikan harga dan menenentang Presiden Zine El Abidine Ben Ali, yang berkuasa sejak 1987. Massa memenuhi pusat ibukota Tunis pada Januari 2011 menuntut Ben Ali meletakkan jabatan.
Foto: AP
Tumbang setelah berkuasa 23 tahun di Tunisia
Setelah protes makin meluas di Tunisia, Presiden Zine El Abidine Ben Ali dan keluarga akhirnya melarikan diri ke Arab Saudi. Dia disebut-sebut membawa lari uang ratusan juta dolar AS. June 2011, Ben Ali dan istrinya diadili secara in absentia dan diajtuhi hukuman 35 tahun penjara atas tuduhan mencuri harta negara. Ben Ali meninggal di Arab Saudi September 2019 pada usia 83 tahun.
Foto: AP
Pemberontakan di Libya
Aksi protes massal juga menjalar ke Libya yang berada di bawah pemerintahan rezim militer dengan pemimpin kontroversialnya Muammar Gaddafi. Aksi protes berubah menjadi perlawanan bersenjata dan terutama berpusat di kota Benghazi, yang dikuasai pemberontak. Gaddafi mengerahkan militer untuk menggempur, tapi kubu pemberontak mendapat dukungan dari NATO.
Lari, bersembunyi dan dibunuh
Penguasa Libya yang menjuluki dirinya sendiri sebagai “Raja Arab” ini tidak semujur para pemimpin lain. Muammar Gaddafi yang berkuasa 40 tahun di Libya terpaksa kabur dari istananya di Tripoli. Namun dia tertangkap milisi pemberontak dan dibunuh dekat kota kelahirannya, Sirte. Jasadnya bahkan sempat dipertontonkan kepada umum di kota Misrata.
Foto: picture alliance/dpa
Ali Abdullah Saleh bergabung dengan pemberontak Yaman
Berkuasa lebih 40 tahun di Yaman, Ali Abdullah Saleh Saleh tumbang dihempas gelombang protes Musim Semi Arab, 2011. Dia kemudian bergabung dengan pemberontak Syiah Huthi pada 2014. Desember 2017 dia diberitakan tewas dibunuh pemberontak Huthi karena dianggap berkhianat.
Foto: picture alliance/AP Photo/Muhammed Muheisen
Bashar Al Assad masih berkuasa di Suriah
Penguasa yang mampu bertahan dari gelombang "Musim Semi Arab" adalah Bashar Al Assad di Suriah. Sekalipun daerah kekuasaannya makin kecil dan banyak kota yang hancur oleh perang berkepanjangan. Rezim di Damaskus mendapat dukungan dari Iran dan Rusia dan berhasil memukul mundur kubu pemberontak dari semua kota yang sempat mereka kuasai. hp/yp (dari berbagai sumber)
Foto: picture alliance/dpa
8 foto1 | 8
Pemecatan terhadap Dbeibah dikhawatirkan bakal memperdalam jurang permusuhan antara fraksi di barat dan timur Libya. Sejak kejatuhan diktatur Moammar Ghaddafi pada 2011, negeri di tepi Laut Tengah itu menolak damai.
Dbeibah adalah seorang pengusaha asal Misrata. Dia diangkat pada Februari 2021 silam dengan harapan mampu menengahi kedua faksi. Namun kepemimpinannya diiringi kontroversi setelah Dbeibah melanggar janjinya sendiri untuk tidak mencalonkan diri.
Fathi Bashagha, yang dipilih sebagai perdana menteri baru oleh parlemen, menyambangi Tripoli pada Kamis (10/2) untuk mengambilalih pemerintahan. Ketika tiba di bandar udara Mitiga, dia berterimakasih kepada Dbeibah karena telah "mengambil tanggungjawab di masa-masa sensitif ini.”
"Hari ini, kita memulai babak baru berjudul perdamaian dan cinta, tidak ada tempat untuk kebencian,” kata Bashagha kepada wartawan.