Pemimpin Hong Kong Kunjungi Beijing Minta Bantuan Ekonomi
3 November 2020
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam melakukan perjalanan ke Beijing pada Selasa (02/11) guna mencari bantuan untuk menghidupkan perekonomian Hong Kong dan membahas pembukaan kembali perbatasan dengan daratan Cina.
Iklan
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan pertemuan dengan pejabat Cina berlangsung pada Rabu (03/11) hingga Jumat (05/11).
Dalam pertemuan itu Lam membahas tentang keinginan Hong Kong untuk dapat masuk dan terintegrasi dalam pembangunan nasional Cina, serta bagaimana wilayah semi-otonom itu dapat bekerja sama dengan Shenzhen, sebuah kota di Cina selatan yang berbatasan langsung dengan Hong Kong.
Kerja sama ini dimaksudkan sebagai bagian dari pengembangan skema ekonomi yang terintegrasi dengan Greater Bay Area.
Lam juga mengungkapkan kepada wartawan bahwa dia berencana untuk membahas kapan Hong Kong dan Cina daratan akan dapat membuka perbatasan sehingga orang bebas melintas tanpa perlu karantina.
Sejak Maret lalu, penduduk di daratan Tiongkok dan Hong Kong diminta untuk melakukan karantina selama dua minggu ketika mereka melintasi perbatasan. “Pembukaan perbatasan itu sangat penting untuk kegiatan ekonomi, mengunjungi kerabat dan pergi ke sekolah,'' kata Lam.
Frustasi Akibat Mahalnya Hidup Turut Sulut Protes di Hong Kong
Banyak orang muda di salah satu kawasan terpadat di dunia itu tidak puas karena biaya hidup yang sangat mencekik. Di samping itu, mereka juga mengkhawatirkan erosi kebebasan secara umum.
Foto: Reuters/T. Peter
Berbagi kamar tidur dengan orang tua
Peter Chang (23) adalah pengusaha yang terpaksa berbagi kamar tidur dengan ayahnya. Luas kamar hanya 5 meter persegi. Ia marah terhadap kebijakan imigrasi penguasa, yang menempatkan orang-orang dari dataran Cina di Hong Kong. Ia berkata, "Mereka berusaha menghapus identitas kami."
Foto: Reuters/T. Peter
Berdesak-desakan
Zaleena Ho (22) adalah warga asli Hong Kong. Ia lulusan jurusan perfilman dan tinggal bersama orang tuanya. Kamar tidurnya hanya 7 meter persegi. Ia berkata, "Situasi politik makin buruk. Sebagian besar dari kami berusaha sebaik mungkin untuk menjaga apa yang telah kami peroleh. Saya punya paspor AS. Sebenarnya saya bisa pergi saja. Tapi saya berharap kami masih bisa mengubah sesuatu."
Foto: Reuters/T. Peter
Berani menentang
Roy Lam (23) berkerja di bagian di sebuah perusahaan dan tinggal bersama ibu dan empat saudara perempuannya. Ia mengungkap, ia lebih baik terpukul saat mengadakan perlawanan, daripada berdiam diri saat ditekan. Ia menambahkan, kaum muda bertekad tetap menuntut apa hak mereka."
Foto: Reuters/T. Peter
Marah kepada pemerintah
John Wai (26) tinggal bersama orang tua dan saudara perempuannya. Ia berpose di kamar tidurnya yang hanya seluas 7 meter persegi. "Yang membuat saya marah adalah pemerintah membiarkan warga Cina daratan membeli properti yang sudah sangat terbatas. Para penjual menetapkan harga sangat tinggi, sehingga kami tidak bisa membeli."
Foto: Reuters/T. Peter
Bekerja tanpa henti
Ruka Tong (21) nama mahasiswa yang berpose di kamar tidurnya di Hong Kong. Kamar tidur seluas 11 meter persegi ini dibaginya bersama saudara perempuannya. Orang tua mereka tinggal di apartemen yang sama. Hingga tahun lalu, seluruh keluarga tinggal di kamar seluas 28 meter persegi. "Saya bekerja tanpa henti. Saya bekerja tujuh hari sepekan dalam lima pekerjaan."
Foto: Reuters/T. Peter
Menuturkan kisah
Sonic Lee (29) adalah seorang musisi dan komponis. Ia tinggal bersama ibunya. Ruang tidurnya hanya seluas 6 meter persegi. "Bagi saya, Revolusi Payung seperti halnya menceritakan sebuah kisah," katanya dan menambahkan, "Saya tidak percaya lagi, bahwa akan terjadi sesuatu perubahan."
Foto: Reuters/T. Peter
Merampok kesempatan
Fung Cheng (25) seorang desainer grafik, tinggal di apartemen bersama orang tua dan saudara laki-lakinya. Ia merasa frustrasi terhadap sebuah sistem yang ia rasa telah merampok kesempatan untuk bisa memiliki rumah sendiri.
Foto: Reuters/T. Peter
Berapa lama lagi?
Ruby Leung (22) adalah mahasiswa jurusan hukum. Kamar tidurnya juga berukuran 7 meter persegi. Pemerintah menjanjikan status satu negara dua sistem untuk Hong Kong selama 50 tahun. Sekarang masyarakat panik, apa yang akan terjadi dalam 50 tahun ini. (Sumber: reuters, Ed.: ml/hp )
Foto: Reuters/T. Peter
8 foto1 | 8
Tunda pidato dan berangkat ke Cina
Perjalanan Lam ke Beijing dilakukan setelah dia menunda pidato kebijakan tahunannya.
Lam mengatakan bahwa dukungan dari Beijing akan memungkinkannya untuk memberikan pidato yang akan meningkatkan kepercayaan warga pada masa depan ekonomi Hong Kong. Ekonomi Hong Kong terkena imbas akibat pandemi COVID-19.
Keyakinan akan status semi-otonom Hong Kong telah terguncang sejak pemerintah Cina memberlakukan undang-undang keamanan nasional atas wilayah itu.
Sehubungan dengan pemilihan presiden AS, Lam berharap presiden berikutnya dapat mengevaluasi pentingnya Hong Kong.
"Saya berharap pemerintahan AS yang baru akan mempertimbangkan hubungan dengan Hong Kong secara komprehensif, dengan meninjau kepentingan banyak bisnis AS di Hong Kong yang mempekerjakan banyak orang, dan tidak akan membiarkan kepentingan politik tertentu yang nantinya berpengaruh di Hong Kong," katanya.