1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Irak / Pemilu di India/ Referendum UE di Inggris

21 April 2004

Krisis di Irak , pemilihan umum di India yang diwarnai aksi kekerasan dan keputusan pemerintah Inggris untuk mengadakan referendum mengenai konstitusi Uni Eropa, merupakan tema sorotan Sari Pers Internasional Deutsche Welle

Pemungutan suara pemilu India yang ke-14 melibatkan 670 juta warga pemilik hak suara, yang melakukan pencoblosan dalam lima tahap dalam dalam kurun waktu tiga pekan hingga tanggal 10 Mei mendatang. Pelaksanaan pemilihan parlemen India yang dimulai Selasa lalu diwarnai aksi kekerasan.

Harian Prancis Le Monde dalam tajuknya mengulas situasi di India ....

Sekitar 670 juta warga dapat mengikuti pemilihan parlemen ke-14 sejak kemerdekaan negaranya pada tahun 1947. Pemilihan umum berlangsung selama tiga minggu. Pada tanggal 13 Mei akan terungkap , partai mana meraih suara mayoritas untuk 545 mandat di parlemen India, dan yang akan memerintah di masa mendatang. Pemilu mencerminkan gambaran menyeluruh, dari TPS yang paling sederhana sampai mekanisme pemilihan yang canggih. Dan mencerminkan situasi India dewasa ini. Mencerminkan demokrasi yang stabil , dan negara perekonomian raksasa yang sedang dalam proses pematangan. Meski pun India diungguli oleh Cina, namun India juga sedang beranjak untuk mengubah pembagian kekayaan di peta dunia.

Rabu lalu rangkaian ledakan di Basra menewaskan puluhan warga sipil, yang mempertajam krisis di Irak , yang dalam waktu dekat akan menghadapi penarikan pasukan koalisi ....

Harian Italia Corriere della Sera mengomentari bahaya krisis Irak.....

Di Irak kelompok Sunnah dan Syiah , meski saling bermusuhan, berusaha menghasut pembrontakan rakyat terhadap AS dan para sekutunya. Namun penarikan pasukan pendudukan , paling tidak untuk jangka waktu pendek, akan mempertajam krisis. Akan terjadi serangkaian konflik, kelompok Sunnah dan Kurdi melawan kelompok Arab, yang dapat meluas sampai ke Suriah dan Iran, bahkan mungkin sampai ke Turki yang sudah terancam aksi gerakan separatis Kurdi baik di dalam mau pun di luar negeri. Bila hal itu terjadi, akan timbul konflik yang lebih parah di Timur Tengah, dari kawasan Teluk sampai ke Laut Tengah.

Sehubungan dengan penarikan pasukan dari Irak, harian Belanda de Volkskrant, memuji sikap Italia yang lebih memahami permasalahan di Irak....

Di Italia, baik pemerintahan yang konservatif mau pun juga oposisi yang berhaluan kiri-tengah lebih memahami betapa pekanya situasi di Irak. Juga Italia mengirim pasukannya ke Irak. Juga di Italia sebagian besar rakyat tahun lalu menentang perang Irak. Namun juga pihak oposisi tidak menyetujui penarikan pasukan . Sebab loyalitas terhadap mereka yang berkorban atas nama Italia, Eropa dan seluruh dunia, harus diprioritaskan.

Pemerintahan Inggris di bawah PM Tony Blair memutuskan untuk mengadakan referendum mengenai konstitusi UE di masa depan.

Mengenai referendum di Inggris harian Prancis Le Figaro berkomentar.....

Apakah Tony Blair seorang pembrani, seorang perdana menteri yang gagah berani? Ia memimpin Inggris dalam perang terhadap Saddam Hussein, tanpa mempedulikan protes dari rakyat. Kini Blair hendak mengadakan referendum mengenai konstitusi UE di masa depan. Keputusan itu pada pandangan pertama agak aneh. Sebab rakyat Inggris menolak segalanya, yang akan mengacaukan kehidupannya. Jadi, menurut jajak pendapat, rakyat dalam referendum akan memberikan jawaban tidak. Jadi Tony Blair menghadapi risiko besar.

Menurut Tony Blair dalam rereferendum itu, masalahnya adalah apakah Inggris dalam UE akan mempertahankan posisi sentralnya , ataukah negara itu akan tergeser ke samping. Harian Belgia De Standaard berkomentar....

Satu-satunya alasan mengapa Blair memutuskan referendum adalah karena ia mengkhwatirkan akan kehilangan terlalu banyak pemilihnya. Dan itu dapat membawa Blair dalam kesulitan besar dalam pemilihan Eropa di bulan Juni mendatang dan pemilihan parlemen yang direncanakan bulan Mei tahun depan.

Dan komentar koran Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung mengenai motif Tony Blair...

Tiba-tiba Blair secara mencurigakan meninggalkan posisinya selama ini bahwa konstitusi UE tidak akan berpengaruh terhadap Inggris. Karena itu tidak perlu dihebohkan , apa lagi mengadakan referendum khusus mengenainya. Namun tampaknya ia juga terpengaruh oleh populisme para tokoh yang skeptis terhadap Euro. Rupanya Blair hanya bertindak untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin politik.