1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Keuangan Bayangi KTT Uni Eropa

16 Oktober 2008

Rencana negara pengguna mata uang Euro untuk meredam krisis perbankan, akan menjadi landasan di 27 negara Uni Eropa. Hal itu disepakati dalam pertemuan puncak Uni Eropa (15/10 -16/10) di Brussel.

Presiden Sarkozy (kanan) dan Ketua Komisi UE BarrosoFoto: AP

Kali ini Nicolas Sarkozy tidak perlu mengeluarkan energi terlalu besar. Presiden Perancis dan ketua Dewan Eropa tersebut dengan relatif cepat berhasil memadukan kepala negara dan pemerintahan negara anggota Uni Eropa dalam satu haluan „Seluruh Eropa tanpa pengecualian mendukung tindakan yang kami sepakati di Paris hari Minggu lalu,“ tandasnya.

Uni Eropa telah sepakat untuk menghadapai krisis keuangan. Pemerintah menjamin semua kredit dengan tambahan modal negara dan menjadikan bank-bank yang dilanda krisis sebagian milik negara. Tindakan ini sekarang juga disetujui oleh negara-negara yang tidak menggunakan mata uang Euro.

Pengawasan yang lebih Ketat

Para kepala negara dan pemerintahan Uni Eropa juga sepakat bahwa sistim keuangan internasional harus direformasi. „Eropa tidak akan membiarkan krisis ini berlalu begitu saja tanpa konsekuensi,“ kata Sarkozy.

Palace of Laeken merupakan tempat diselenggarakannya KTTFoto: AP

Sabtu (18/10) ini Sarkozy bersama ketua Komisi Eropa Jose Manuel akan bertolak ke Amerika Serikat menemui Presiden George W. Bush. Selanjutnya akan digelar konferensi pasar uang dunia akhir tahun ini juga. Hal yang diusulkan semua politisi Uni Eropa terutama Perdana Menteri Inggris Gordon Brown dan Presiden Perancis Sarkozy

Selain itu, juga disepakati harus adanya pengawasan pasar uang internasional di masa depan. Uni Eropa sendiri masih enggan membentuk badan pengawasan perbankan bersama, karena sangat khawatir kehilangan pengawasan terhadap sektor perbankan di negaranya masing-masing.

Proyek Perlindungan Iklim ikut Terancam

Meskipun demikian satu hal sudah jelas Krisis keuangan dunia dapat menimbulkan dampak lainnya. Salah satu proyek terbesar Uni Eropa, perlindungan iklim terancam gagal. Krisis keuangan tidak boleh melemahkan ambisi tersebut demikian diserukan Sarkozy. Namun Italia dan Polandia menentang ambisi perlindungan iklim tersebut. Dalam sengketa tentang hal ini Gordon Brown menyampaikan posisinya

„Saat ini bukan waktunya membatalkan rencana-rencana perlindungan iklim tahun lalu. Harga minyak naik drastis dan dengan demikian argumen untuk mengurangsi pelepasan CO 2 tidak hanya penting bagi lingkungan tapi juga menyangkut jaminan energi yang dapat kita lakukan di masa depan, dan tidak lagi tergantung pada harga bahan bakar yang bergejolak.“

Dalam Referendum pada Juni 2008 lalu, Irlandia menolak Perjanjian Lissabon. Kini UE mencoba menemukan formulasi baruFoto: AP


Masa Depan Perjanjian Lissabon

Topik yang sebetulnya direncanakan menjadi bahasan utama dalam pertemuan puncak yakni masa depan Perjanjian Lissabon, masalah krisis keuangan hanya dibahas sekedarnya. Hal yang mengecewakan Ketua Komisi Eropa Barroso

„Krisis terbaru ini menunjukkan adalah penting memiliki proses keputusan yang jelas di dalam Uni Eropa. Karena itu kita memerlukan Perjanjian Lissabon.“

Tapi para kepala negara dan pemerintahan Uni Eropa masih harus menunda krisis Undang-undang internalnya. Perdana Menteri Irlandia Brian Cowen pada awal pertemuan di Brussel, menginformasikan suasana warga Irlandia, yang beberapa waktu lalu menolak Perjanjian Lissabon Tapi tidak tampak jadwal untuk kemungkinan pelaksanaan referendum kedua. Dengan demikian untuk sementara proyek perjanjian itu masih mandek. (dk)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait