1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Keuangan Pertajam Jurang Sosial

Christoph Hasselbach17 Mei 2013

Krisis ekonomi dan keuangan mempertajam jurang ketidak adilan sosial, demikian hasil studi OECD. Organisasi itu memperingatkan, penghematan anggaran pemerintah dapat memperbesar masalah ini.

FILE - epa03220429 Demonstrators bang pots and pans at the Puerta del Sol Square in Madrid, Spain, 15 May 2012, where 'indignants' gather to mark the first 15-M movement anniversary. A year after the 'indignants' protests, all groups that started the 15-M movement have been gathering and protesting during the weekend at various cities all over the country to remember their 'indignation' is still the same and to stress that now there are even more reasons to protest against the austerity measures approved by the Government. Spain is suffering the OECD highest unemployment rate of 24 per cent in the first quarter of 2012. EPA/KIKO HUESCA (zu dpa:"OECD legt Wirtschaftsausblick vor" vom 27.11.2012) +++(c) dpa - Bildfunk+++
Demonstrasi di SpanyolFoto: picture-alliance/dpa

Jurang kaya miskin tumbuh tidak hanya sejak krisis. Tapi menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Perkembangan OECD krisis itu memperkuat perkembangan ini. Ketidakseimbangan pendapatan bruto di negara anggota OECD 2008-2010 naik lebih besar dibanding 12 tahun sebelumnya. Setidaknya di kebanyakan negara, dikatakan pakar OECD Michael Förster kepada DW.

Jerman adalah pengecualian. Tidak hanya perbedaan pendapatan lebih kecil dibanding rata-rata di OECD. Pendapatan bruto Jerman dalam tiga tahun krisis pertama, bagi kelompok berpendapatan tinggi maupun berpendapatan menengah dan rendah memang marginal, tapi meningkat. Papar Förster lebih lanjut, salah satu penyebabnya, sikap menahan diri Serikat Pekerja dalam perundingan tarif upah. "Pada tahun-tahun sebelum krisis, 2000-2005, di Jerman ada kenaikan ekstrim tingkat upah, hubungan kerja yang buruk makin meningkat. Tapi klimaksnya tercapai tahun 2005/2006. Pekerjaan yang ada sejak itu, tidak hanya tapi sebagian besar pekerjaan reguler yang terikat jaminan sosial."

OECD - Michael FörsterFoto: OECD

Selain itu Jerman sebagai negara berorientasi ekspor menarik untung dari lemahnya Euro, ujar Förster. Banyak perusahan misalnya bisa menawarkan harga lebih murah dibanding saingannya.

Tapi bukan berarti Jerman bebas dari kemiskinan. Menurut studi OECD pada 2010, hampir 9 persen warga Jerman miskin. Ini berarti berada di kategori tengah, dimana rata-rata tingkat kemiskinan warga di OECD 11 persen.

Infografik Jerman ada di kelompok tengah untuk kemiskinan relatif OECD

Miskin Relatif atau Absolut

Dalam studi OECD skala kemiskinan ditetapkan melalui pendapatan tertentu. Siapa yang berpendapatan di bawah itu dikategorikan miskin. Dan sebagai skala OECD mengambil pendapatan menengah masing-masing negara. Karena nilai ini dan dengan begitu juga batas kemiskinan berubah permanen, orang menyebutnya kemiskinan relatif.

Pada tahun-tahun krisis, kuota kenaikan kemiskinan di OECD menurut definisi ini hanya sedikit. Oleh karena itu untuk data lebih kuat pakar OECD Förster mengambil angka kemiskinan mutlak. Yakni rata-rata pendapatan sebuah negara untuk tahun tertentu (dalam hal ini 2005) dipakai sebagai batas kemiskinan dan dibandingkan, berapa persen penduduknya dalam tahun krisis pendapatannya merosot dari batas ini. Terutama yang amat terkena dampaknya adalah Italia, Spanyol dan Yunani. Yakni negara yang dililit hutang tinggi, dimana haluan penghematan berdampak hebat bagi penduduk.

Simbol gambar Kemiskinan di kalangan warga mudaFoto: AP

Terutama Warga Muda

Di negara-negara yang dilanda krisis, terutama warga muda yang mengalami masalah uang. Juga disini Jerman menjadi pengecualian, karena berhasil menciptakan lapangan kerja bagi sebagian besar warga muda. "Tapi di kebanyakan negara Eropa lainnya, warga muda dan keluarga muda dengan anak terutama kehilangan pendapatan dalam jumlah besar," papar Förster. Warga berusia di atas 60 tahun, lebih sedikit terkena dampaknya.

Förster terutama melihat solusinya pada politik pendidikan. Ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan tinggi penduduk menjadi jaminan bahwa jurang antara warga berpendapatan tinggi dan rendah tidak terlalu besar.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait