Krisis Pengungsi Bisa Picu Perang di Balkan
4 November 2015“Jika Eropa gagal mengatasi krisis pengungsi, konflik militer akan pecah kembali di kawasan Balkan“, ujar Merkel. Ketegangan diantara negara-negara Balkan yang dijadikan kawasan transit pengungsi yang mayoritasnya dari Suriah, Irak dan Afghanistan belakangan ini kembali meruncing. Hongaria, Serbia, Kroasia dan Slovenia secara bergiliran menutup pintu perbatasannya, karena merasa kewalahan menangani arus pengungsi.
Lontaran peringatan kanselir Merkel ini juga bersamaan dengan makin parahnya krisis di dalam pemerintahan Jerman. Mitra koalisi partai Kristen Sosial-CSU serta intern partai Merkel, Kristen Demokrat-CDU terus menekan kanselir untuk menghentikan politik “welcome refugees“.
Terutama partai CSU yang memerintah di negara bagian Bayern kini kewalahan dan kehabisan dana untuk menangani arus pengungsi. Bayern yang berbatasan dengan Austria adalah pintu masuk utama para pengungsi yang sebelumnya melintasi kawasan Balkan. Setiap hari antara 5.000 hingga 10.000 pengungsi masuk ke negara bagian Bayern.
Desakan pemerintah negara bagian Bayern untuk menutup pintu perbatasan ke Austria ditanggapi Merkel dengan tajam. “Hal ini akan memicu reaksi berantai dan aksi kekerasan ke negara-negara lainnya“, ujar kanselir Jerman itu. Semua akan memicu kemunduran dan pecahnya konflik militer.
Ratusan pengungsi menghilang
Sementara ini, Jerman juga menghadapi masalah serius, dengan “menghilangnya“ ratusan pengungsi dari kamp registrasi di negara bagian Niedersachsen. Laporan media menyebutkan, dari 4.000 pengungsi yang tiba di kamp penampungan darurat, sekitar 700 diantaranya “lenyap“ dalam arti tidak melakukan registrasi. Saksi mata menyebut, banyak diantara pengungsi itu yang membawa uang tunai cukup banyak dan memesan taksi untuk melanjutkan perjalanan. Kemana, tidak ada yang tahu.
Menurut aturan di Jerman, pengungsi punya hak untuk bebas bergerak. Tapi aturan Eropa juga mensyaratkan registrasi awal untuk dapat memohon suaka. Kasus “hilangnya“ pengungsi ditanggapi kritis para pengamat, sebagai bukti dari hilangnya kontrol negara terhadap krisis yang sedang melanda.
as/vlz(rtr,afp,dpa,twitter)