1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
MigrasiBelarus

Belarus dan Polandia Saling Tuding Urusan Krisis Pengungsi

9 November 2021

Polandia menutup perbatasannya dengan Belarus setelah sekelompok pengungsi mencoba menerobos paksa pagar pembatas. Warsawa menuduh Minsk telah melakukan "provokasi".

Aparat Polandia berjaga di balik pagar kawat berduri di perbatasan Polandia-Belarus
Aparat Polandia berjaga di balik pagar kawat berduri di perbatasan Polandia-BelarusFoto: Leonid Shcheglov/BelTA/AP/dpa/picture alliance

Ketegangan antara aparat di perbatasan Polandia-Belarus dengan pengungsi kembali terjadi. Para pengungsi yang selama ini tinggal di tenda-tenda di perbatasan mencoba menembus penghalang yang memisahkan negara itu dengan Belarus, pada Senin (08/11) pagi, menurut sumber Belarus.

Kelompok pengungsi diperkirakan berjumlah antara tiga hingga empat ribu orang dan dilaporkan sebagian besar berasal dari Kurdi, Irak.

Atas insiden tersebut, Polandia menuduh Belarus "sepenuhnya" mengendalikan kelompok pengungsi untuk memasuki wilayah Polandia dan mengatakan insiden ini sebagai bentuk 'serangan hibrida' terhadap negara itu.

"Dengan menciptakan rute migrasi buatan dan secara sinis mengeksploitasi migran, (Presiden Belarus Alexander Lukashenko) mencoba mengacaukan Polandia, Lithuania, dan Latvia, dan memaksa Uni Eropa untuk mencabut sanksi yang dijatuhkan kepada rezim di Minsk," demikian menurut pihak pemerintah Polandia.

Apa yang terjadi?

Rekaman dari tempat kejadian menunjukkan pasukan Belarus mengawal para migran di sisi perbatasan Belarus. Namun, kebenaran video itu belum dapat diverifikasi. Pihak berwenang Polandia memang tidak mengizinkan wartawan mendekat karena keadaan darurat, sedangkan akses wartawan yang tidak bekerja sama dengan pemerintah Belarus sangat dibatasi.

Video yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Polandia juga menunjukkan orang-orang menyerang kawat berduri dengan sekop dan pemotong kawat saat pasukan Polandia menyemprotkan tabung gas ke arah pagar. Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawiecki, mengadakan pertemuan darurat atas insiden ini.

Mengapa pengungsi ingin meninggalkan Belarus?

Pihak Polandia di Warsawa berulang kali menuduh pihak Belarus di Minsk telah mendorong dan mengoordinasikan pengungsi untuk menyebrangi perbatasan secara ilegal ke Polandia yang adalah anggota Uni Eropa.

Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, sebelumnya dilaporkan merasa marah dengan dijatuhkannya sanksi Uni Eropa atas tindakan represifnya terhadap demonstran antipemerintah. Brussels sebelumnya juga menuduh Minsk "mempersenjatai" para migran dengan menerbangkan para pengungsi dari luar negeri ke ibu kota Minsk dan kemudian menggiring mereka ke depan pintu Uni Eropa. 

Para pengungsi berusaha menerobos pagar kawat berduri untuk menyebrang ke Polandia, Senin (08/11).Foto: GRODNO REGION via REUTERS

Sejak Juli, sejumlah besar pengungsi dari Irak, Suriah, Yaman, serta wilayah berkonflik lainnya telah berusaha memasuki UE secara ilegal melalui Polandia, Latvia, dan Lithuania. Namun Polandia menghadapi tuduhan telah mendorong para migran kembali ke Belarus, alih-alih memberi mereka kesempatan untuk mengajukan suaka.

Polandia, Lithuania kerahkan tentara tambahan

Polandia mengerahkan penjaga perbatasan tambahan, polisi, dan militer di perbatasan Belarus. Menurut Kementerian Pertahanan, negara itu telah mengerahkan 12.000 tentara di wilayah tersebut. Jumlah ini meningkat dari 10.000 tentara yang sebelumnya dikerahkan. Anggota tentara cadangan Polandia di wilayah perbatasan juga kini disiagakan penuh.

"Kami siap untuk skenario apa pun," kata Menteri Dalam Negeri Polandia, Mariusz Kaminski, dalam cuitan di Twitter, Senin pagi.

Pihak berwenang Polandia mengatakan mereka telah mencegah "upaya para migran untuk secara paksa menyeberang ke Polandia," dan bahwa "situasi telah dikendalikan." Namun tidak lama kemudian, pemerintah Polandia memperingatkan bahwa "upaya terkoordinasi" untuk memasuki wilayah negara itu "baru saja dimulai."

"Polandia mengambil langkah-langkah memadai untuk mempertahankan perbatasannya, yang juga merupakan perbatasan eksternal NATO dan Uni Eropa. Kami terus berhubungan dengan mitra kami - baik di NATO maupun UE."

Lithuania, anggota Uni Eropa dan NATO lainnya yang berbatasan dengan Belarus, juga mengatakan telah menempatkan tentara ke daerah perbatasannya.

Apa tanggapan internasional?

Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer meminta UE untuk bersama-sama menghadapi krisis ini. "Kita harus membantu pemerintah Polandia mengamankan perbatasan eksternal mereka. Ini sebenarnya menjadi tugas Komisi Eropa. Saya sekarang meminta mereka untuk mengambil tindakan," ujar Seehofer kepada surat kabar Jerman, Bild, Selasa (09/11).

Sementara Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, meminta 27 negara anggota blok tersebut untuk menyetujui perpanjangan sanksi terhadap "otoritas Belarus yang bertanggung jawab atas serangan hibrida ini". 

"Pihak berwenang Belarus harus memahami bahwa menekan Uni Eropa dengan cara ini, dengan memanfaatkan migran secara sinis tidak akan membuat mereka berhasil mencapai tujuan," kata von der Leyen dalam sebuah pernyataan.

Memanfaatkan "migran untuk tujuan politik tidak dapat diterima," kata von der Leyen, sambil menambahkan bahwa UE juga akan mempertimbangkan untuk memberikan sanksi kepada "maskapai penerbangan negara ketiga" yang mengangkut para pengungsi ke Belarus.

Amerika Serikat juga mengecam Belarus karena telah "mendalangi" arus pengungsi ke Eropa.

"Selama rezim Belarus menolak untuk menghormati kewajiban dan komitmen internasionalnya, merusak perdamaian dan keamanan Eropa, dan terus menindas dan memanfaatkan orang-orang yang hanya ingin mencari keamanan, kami akan terus menekan Lukashenko," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price kepada wartawan.

ae/vlz (AP, Reuters, Interfax)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait