Sejuta pengungsi. Belum pernah Jerman mengalami kedatangan migran sebanyak itu dalam beberapa bulan. Ini tugas berat yang menuntut amat banyak, dari pendatang maupun tuan rumah. Opini Alexander Kudascheff.
Iklan
Sejuta pengungsi. Mungkin lebih. Ini semua ditampung Jerman pada tahun 2015. Sejuta manusia yang melarikan diri, mencari perlindungan dan harapan kehidupan baru. Sejuta orang yang perlu rumah, dan terutama pekerjaan, dan untuk itu harus belajar bahasa Jerman.
Sebuah kerja keras bagi warga Jerman. Dan tentu kerja lebih keras lagi bagi para pengungsi. Apa yang ada sekarang, adalah tugas abad ini bagi warga Jerman, yang kemungkinan baru bisa dituntaskan satu atau bahkan dua generasi ke depan.
Tata nilai baru kemasyarakatan
Mayoritas pengungsi datang dari Suriah, Irak, Afghanistan dan Eritrea. Mereka datang dari negara-negara dengan sistem kemasyarakatan yang tidak mengenal kebebasan, dengan relasi keagamaan kuat dengan struktur patriakal yang tidak mengenal privasi, dimana negara bukan lagi tanah air melainkan musuh. Pada dasarnya mereka datang dari negara yang sama sekali kontradiktif.
Di Jerman individu dihargai lebih tinggi dari kelompok. Negara adalah asuransi terhadap risiko kehidupan dan kesetaraan gender berlaku mutlak. Jerman adalah sebuah masyarakat terbuka.
Dalam benturan ini, kedua belah pihak harus bersedia mengubah diri dan saling belajar. Tentu saja para pendatang dituntut lebih banyak. Mereka memilih Jerman sebagai tanah air baru. Mereka harus beradaptasi pada adat istiadat, norma dan kebiasaan di negara ini. Mereka harus menghargai apa yang dianggap asing atau bahkan haram.
Pengungsi harus beradaptasi dengan cara hidup di Jerman, tanpa harus kehilangan sepenuhnya identitas budaya dan bahasa. Harus diingat, Jerman bukan Suriah atau Eritrea. Di sini orang tidak bisa mengikuti gaya hidup seperti di negara asal.
Tapi juga Jerman akan berubah. Kanselir Angela Merkel mempredikis, dalam 25 tahun ke depan, Jerman akan lebih terbuka, penuh rasa ingin tahu, lebih toleran dan makin atraktif. Tentu saja ini ambisi besar. Jerman juga harus berubah, sekaligus mendefinisi baru dengan percaya diri identitas modernnya. Juga harus menaruh minat pada sesuatu yang asing. Dengan menyadari bahwa budaya Islam tidak melulu shariah, represi kaum permpuan atau busana burka, yang kini adalah keseharian di sana.
Hentikan kebohongan
Politik pengungsi yang saat ini dinaungi dua kebohongan utama harus diubah. Yang pertama, Jerman bukan negara imigrasi, sudah dibuang oleh rakyat. Jerman itu atraktif. Karena itu banyak orang ingin datang ke sini. Kebohongan kedua adalah politik suaka dan politik migrasi, untuk memecahkan masalah demografi di Jerman.Secara politik ini adalah sebauh kesintingan.
Migran sudah ada targetnya dan dicari secara terarah. Pengungsi datang begitu saja. Walau begitu, para pengungsi harus secepatnya diintegrasikan. Dari aspek bahasa dan pekerjaan. Juga terutama mentalitas. Mereka memilih datang ke Jerman sebagai negara harapan- Konsekuensinya, mereka harus mengadaptasi sistem masyarakat terbuka ini menjadi miliknya.
10 Hal Yang Harus Anda Ketahui Tentang Pengungsi
Badan PBB urusan pengungsi, UNHCR melaporkan sekarang di dunia ada 51 juta orang yang terpaksa meninggalkan daerah asal mereka dan jadi pengungsi. Mereka kerap lari dari penganiayaan di negara sendiri.
Foto: picture alliance/abaca
Definisi Pengungsi
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengungsi adalah: seseorang yang meninggalkan rumah atau negaranya akibat “perasaan takut karena termasuk ras, kelompok agama, nasionalitas, kelompok sosial tertentu, atau punya opini tertentu”. Definisi juga mencakup orang-orang yang lari akibat bencana alam dan bencana yang disebabkan manusia. Foto: seorang anak pengungsi Suriah di Turki.
Foto: Getty Images/AFP/B. Kilic
Akibat Kekerasan dan Konflik
Menurut badan urusan pengungsi PBB, UNHCR lebih dari 51 juta orang terpaksa lari dari tempat tinggal mereka akibat kekerasan dan konflik. Jumlah ini mencakup orang yang jadi pengungsi di negara sendiri, yang terpaksa tinggalkan negaranya, juga pencari suaka. Foto: warga Republik Demokrasi Kongo yang lari akibat pertempuran antara militer dan pemberontak (2013) tiba di kota Rutshuru.
Foto: Getty Images/AFP/J. D. Kannah
Pencari Suaka
Pencari suaka adalah orang yang lari ke negara lain dan ingin dapat status pengungsi, tetapi permintaannya belum dievaluasi. Sebagian besar orang jadi pengungsi akibat alasan yang jelas, tetapi hanya sedikit dari mereka memenuhi persyaratan ketat yang diperlukan untuk mendapat status pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Schmidt
Jumlah Besar Persulit Penanganan
Krisis pengungsi sulit diselesaikan dan perlu waktu lama. Salah satu penyebabnya, karena jumlah pengungsi amat banyak. Sebagai perbandingan: jumlah pengungsi di dunia lebih besar daripada jumlah penduduk Spanyol, atau Canada atau Korea Selatan. Gambar simbol: seorang migran berdiri di pagar yang mengelilingi tempat penampungan pengungsi Temporary Permanence Centre (CPT) di Lampedusa, Italia.
Foto: Getty Images/AFP/A. Pizzoli
Nasionalitas Pengungsi
Hingga Juni 2014, jumlah pengungsi paling banyak berasal dari Afghanistan, Suriah dan Somalia. Jika disatukan, jumlah pengungsi dari tiga negara itu lebih dari 50% jumlah pengungsi di seluruh dunia. Foto: sebuah keluarga pengungsi Afghanistan di Pakistan.
Foto: Majeed/AFP/Getty Images
Yang Mengungsi di Negara Sendiri Lebih Banyak
Kita sering mendengar berita tentang pengungsi yang lari ke negara lain. Sesungguhnya, orang yang mengungsi di negara sendiri jumlahnya jauh lebih besar. Tahun 2013 misalnya, 16,7 juta orang mengungsi ke negara lain, sedangkan 33,3 juta orang mengungsi di negara sendiri. Grafik: jumlah pengungsi intern di beberapa negara.
Tidak Tinggal di Kamp Pengungsi
Secara umum pengungsi sering dianggap tinggal di kamp pengungsi. Sebenarnya, lebih dari dua pertiga pengungsi tinggal di luar kamp pengungsi. Mereka bermukim di kota-kota atau desa-desa, dan kerap di apartemen kecil yang penuh sesak karena digunakan beberapa keluarga. Foto: seorang perempuan dan anak-anaknya yang mengungsi dari Sudan Selatan di kamp pengungsi Kule, Ethiopia.
Foto: Getty Images/AFP/Z. Abubeker
Separuhnya Anak-Anak
Sekitar 46% dari pengungsi sedunia adalah anak-anak. Mereka terpaksa berhenti sekolah. Oleh sebab itu, UNHCR dan International Rescue Committee prioritaskan pendidikan. Sayangnya, sebagian anak tidak diizinkan orang tuanya bersekolah, karena harus membantu keluarga atau menjaga adik. Foto: Seorang ibu warga Suriah memeluk anak perempuannya setelah tiba di pulau Lesbos, Yunani.
Foto: Getty Images/AFP/L. Gouliamaki
Korban Penyiksaan
Sekitar 35% pengungsi di dunia adalah orang-orang yang selamat dari penyiksaan. Selain harus mengatasi cedera fisik, mereka kerap mengalami cedera mental akibat trauma. Ini menyebabkan penyembuhan sangat sulit, terutama selama masih dalam pengungsian.
Foto: JAMES LAWLER DUGGAN/AFP/GettyImages
Mencari Tempat Pemukiman Jangka Panjang
Jika pengungsi tidak bisa kembali ke negara asal, dan tidak bisa menetap di negara tempat mereka mengajukan permintaan suaka, UNHCR berusaha mengalihkan mereka ke negara ketiga. Tetapi jumlahnya sedikit, hanya sekitar 1%. Amerika Serikat adalah negara yang paling banyak menerima pengungsi, setelah dialihkan dari tempat mereka mengajukan suaka. Foto: pengungsi Rohingya di Aceh.