1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Politik di Ukraina

4 April 2007

Presiden Yushchenko membubarkan parlemen dan mengumumkan pemilu baru, tapi lawan politiknya PM Yanukovich menyatakan langkah itu ilegal.

Presiden Yushchenko mengumumkan pemilu baru
Presiden Yushchenko mengumumkan pemilu baruFoto: AP

Harian Perancis Le Figaro menulis:

“Sehubungan dengan menguatnya kembali kubu rejim lama, Presiden Yushchenko tidak punya pilihan lain, selain memainkan kartu terakhir dan mengumumkan pemilu baru. Sejak kekalahan dalam pemilu parlemen tahun lalu, ia menyaksikan bagaimana kekuasaannya sedikit demi sedikit digerogoti oleh pesaingnya Viktor Yanukovich yang pro Rusia. Pembubaran parlemen terlihat lebih sebagai tindakan putus asa daripada tindakan yang diperhitungkan. Imbauan hati-hati dari Rusia dan Uni Eropa mencerminkan adanya kekhawatiran umum terhadap kemungkinan meluasnya konflik tersebut.“

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung menilai:

„Apakah alasan yang dikemukakan Presiden Yushchenko untuk membubarkan parlemen sesuai dengan konstitusi atau tidak, ini harus diputuskan Mahkamah Konstitusi. Pertanyaannya, apakah pihak-pihak yang bertikai di Kiev akan menerima keputusan Mahkamah Konstitusi, jika keputusan tersebut berlawanan dengan kepentingannya? Ini masih belum pasti. Ke arah mana pun adu kekuatan ini berkembang, yang terbaik adalah jika Yushchenko dan mitranya yang dulu, Timoshenko, bisa kembali membentuk aliansi yang meyakinkan.“

Harian Swiss lainnya, Tages Anzeiger berkomentar:

„Drama di Ukraina berubah dari sebuah cerita kepahlawanan menjadi tragedi yang kelam. Bintang utamanya: Seorang presiden yang tidak berdaya, seorang politisi yang haus kekuasaan dan seorang wanita cantik berambut pirang. Penontonnya: 47 juta warga Ukraina. Pemilu baru pun tidak akan membawa perubahan besar dalam konstelasi kekuatan ini. Kawasan Timur yang berbahasa Rusia akan tetap berwarna biru kuning, kawasan Barat yang berbahasa Ukraina tetap oranye. Yang diperlukan sekarang sebenarnya adalah para pemimpin baru. Tapi bintang-bintang utama tidak akan mundur secara sukarela. Hanya penonton yang bisa mengubah sesuatu. Namun kebanyakan dari mereka sudah berpaling dengan kesal.“

Harian Austria der Standard menulis:

„Sudah jelas, masa pasca revolusi akan lebih sulit daripada revolusi itu sendiri. Bahwa masa-masa penting terbuang begitu saja, adalah merupakan tanggung jawab banyak pihak. Terutama para pahlawan revolusi sendiri, yang terlibat dalam persaingan internal saling berebut kekuasaan. Yang juga jadi masalah adalah adalah aturan yang kabur tentang wewenang masing-masing institusi. Sementara Uni Eropa tidak menawarkan perspektif yang jelas. Para pemain besar di panggung politik Ukraina memang masih relatif muda. Tapi harapan bahwa rivalitas tradisional bisa digantikan oleh politik yang lebih pragmatis dan berorientasi ke masa depan ada pada generasi politik baru.“

Harian ekonomi Rusia Wedemosti menanggapi pertarungan kekuasaan di Ukraina sebagai berikut:

„Keputusan Presiden Viktor Yushchenko bukan pelanggaran jabatan. Sebagai Kepala Negara ia justru membuka jalan untuk perundingan. Sikap siap kompromi Presiden dalam situasi ini bisa menguntungkan. Sebab dengan pemilu baru atau tidak, di parlemen hampir tidak mungkin terbentuk mayoritas stabil yang dapat menentang Yushchenko secara konsekuen. Pada akhirnya tetap harus dilakukan perundingan.“