1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Politik Thailand dan Pemilu Presiden AS

3 September 2008

Media internasional menyoroti krisis politik di Thailand dan kampanye pemilu presiden di Amerika Serikat.

Anggota Aliansi Rakyat untuk Demokrasi menggelar unjuk rasaFoto: AP

Harian Italia La Stampa mengomentari demonstrasi di Thailand yng mendesak Perdana Menteri Samak Sundaravej untuk mundur. Selanjutnya harian ini menulis:

Ini barulah awal dari apa yang mungkin terjadi hari ini atau di hari-hari mendatang. Partai pemerintahan People Power Party (PPP) yang bersikap pasif selama berhari-hari, kini menurunkan 20.000 pendukung dan jumlah itu mungkin masih akan bertambah. Di balik fasade unjuk rasa massal ini tersembunyi sebuah permainan politik yang rumit, di mana campur tangan raja Thailand makin terlihat. Sebaliknya, militer tampak hanya berpangku tangan - setidaknya untuk sementara waktu ini.

Harian Austria Die Presse yang berhaluan konservatif menulis:

Awalnya, unjuk rasa di Thailand terkesan damai, pembangkangan halus yang sesuai dengan negara penuh senyum ini: Sebuah Aliansi untuk Demokrasi yang terdiri dari guru besar, bankir dan warga muda ibu kota bertemu dalam ajang santai di malam hari, memasang tenda di sekitar pusat pemerintahan dan merujuk pada perlawanan pasif ala Ghandi. Tapi, bila ditilik lebih dalam akan tampak bahwa kelompok ini hanya disatukan oleh kebencian terhadap demokrasi gaya barat.

Banyak warga Thailand berorientasi pada Cina. Mereka yakin, perekonomian suatu negara hanya tumbuh subur bila kendali berada di tangan pemerintahan yang otoriter. Pemujaan mereka pada Raja Bhumibol merupakan simbol kecenderungan fatal yang merindukan tangan besi. "Kami siap mati demi raja kami!" itulah yang diserukan para demonstran dengan wajah berbinar. Seharusnya mereka mulai belajar untuk hidup demi demokrasi.

Sementara harian Jerman tageszeitung yang terbit di Berlin berkomentar:

Sistem politik Thailand dibayang-bayangi korupsi, pembelian suara dan penyelewengan kekuasaan. Dalam hal ini bekas perdana menteri Thaksin Shinawatra tak sendiri. Thailand sangat membutuhkan reformasi sistem politiknya. Tapi reformasi ini tidak boleh hanya didukung kelompok masyarakat beruang dan mereka yang memiliki banyak koneksi. Tapi, sampai saat ini tidak ada tanda-tanda bahwa Thailand akan melalui proses pembaruan. Tampaknya, negara ini tetap menjadi negara yang terpecah-belah.

Topik lain yang disoroti media internasional adalah pemilu presiden di Amerika Serikat. Harian Prancis La Croix mengomentari kemiripan antar kedua kandidat presiden Barack Obama dan John McCain:

Prancis dan sebagian Eropa dilanda demam Obamania dan mengatribusikan sejumlah sifat pada calon kubu Demokrat yang mungkin betul dimilikinya. Tapi, sama dengan setiap presiden lainnya, Obamapun akan dihadapkan pada realpolitik. Bagaimanapun juga, negara adidaya Amerika harus siap untuk memainkan ototnya. Di lain pihak, pengalaman politik internasional yang dimiliki McCain tergeser usianya yang sudah lanjut. Para kandidat menampilkan dua wajah Amerika yang sangat mirip, walau itu tak disadari warga Prancis. Tugas pertama yang diemban keduanya adalah melepaskan diri dari warisan politik Bush. Dan ini sudah merupakan suatu tantangan besar.(zer)