1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikUkraina

Krisis Ukraina, Joe Biden Bisa Beri Sanksi ke Vladimir Putir

26 Januari 2022

Invasi Rusia ke Ukraina akan menjadi yang "terbesar sejak Perang Dunia II" dan memicu "konsekuensi besar," kata Presiden AS. Para pejabat sedang berbicara tentang pengalihan gas ke Eropa jika Rusia memotong pasokan.

Presiden AS Joe Biden
Biden telah lama memperingatkan Moskow tentang konsekuensi ekonomi jika terjadi invasi ke UkrainaFoto: Leah Millis/REUTERS

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pada Selasa (25/01) bahwa Washington dapat memberikan Presiden Rusia Putin sanksi pribadi jika terjadi invasi Rusia ke Ukraina.

Ketika ditanya oleh seorang reporter apakah Presiden Biden mungkin melihat dirinya secara pribadi memberikan sanksi kepada Putin jika ada invasi, Biden menjawab: "Ya. Saya melihatnya."

Komentar itu muncul saat pasukan tempur Rusia yang berkumpul di sekitar Ukraina melaksanakan latihan baru.

Apa kata Biden tentang kemungkinan invasi ke Ukraina?

Serangan Rusia ke Ukraina bisa menjadi "invasi terbesar" sejak Perang Dunia II, kata Biden. "Itu akan mengubah dunia.''

Pentagon mengatakan pada Senin (24/01) bahwa 8.500 tentara AS telah ditempatkan dalam "siaga tinggi."

Biden mengatakan bahwa AS memiliki "kewajiban suci" kepada sekutu NATO, dan jika ada penumpukan pasukan lanjutan atau langkah yang dilakukan oleh Rusia, maka jumlah pasukan dapat diperkuat.

Pada saat yang sama, Biden mengatakan kepada wartawan bahwa dia "tidak berniat" mengirim pasukan AS ke Ukraina, dan berbicara tentang konsekuensi ekonomi yang parah, tergantung pada apa yang diputuskan Putin untuk dilakukan. 

Tentang pengalihan pasokan energi

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa AS sedang dalam pembicaraan dengan negara-negara penghasil energi terkemuka mengenai kemungkinan pengalihan pasokan, jika Rusia memotong pasokan ke Eropa.

Meskipun tidak ada negara atau perusahaan tertentu yang disebutkan, pejabat senior dalam pemerintahan Biden dilaporkan telah berdiskusi untuk memastikan pasokan energi ke Eropa selama bulan-bulan musim dingin. Ini termasuk negara dan perusahaan yang menjual gas alam cair (LNG).

"Kami telah bekerja untuk mengidentifikasi volume tambahan gas alam non-Rusia dari berbagai wilayah di dunia; dari Afrika Utara, Timur Tengah hingga Asia, dan Amerika Serikat," kata seorang pejabat senior yang tidak mau disebutkan namanya.

Sementara itu, Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, akan mengadakan pembicaraan dengan Biden pada akhir bulan. Menurut pernyataan Gedung Putih, Emir Qatar akan bertemu dengan Presiden AS untuk membahas berbagai masalah global termasuk "memastikan stabilitas pasokan energi global."

Qatar termasuk di antara lima besar produsen LNG dunia.

Para pemimpin Eropa mencari dialog

Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu di Berlin pada Selasa (25/01). Kedua pemimpin melihat diplomasi sebagai jalan ke depan dalam krisis Ukraina-Rusia, tetapi juga memperingatkan "konsekuensi berat" jika ada invasi Rusia.

Scholz meminta Rusia untuk mengincar "langkah-langkah yang jelas" untuk mengurangi ketegangan, tetapi menambahkan: "Jika ada agresi, akan ada pembalasan dan biayanya akan sangat tinggi."

Perwakilan dari Rusia, Ukraina, Jerman, dan Prancis akan bertemu di Paris untuk pembicaraan pada hari ini, Rabu (26/01) dalam apa yang dikenal sebagai format Normandia, sebuah perkembangan yang dipuji oleh Scholz.

Presiden Prancis juga mengatakan dia akan mengadakan pembicaraan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat (28/01), sebagai bagian dari "dialog tuntutan" dengan Kremlin.

Bagaimana situasi terkini di Ukraina?

Negara-negara Barat khawatir Rusia dapat menyerang Ukraina. Para pejabat mengatakan sebanyak 100.000 tentara Rusia telah berkumpul di dekat perbatasan dengan Ukraina.

AS dan Inggris telah menarik keluar keluarga diplomat mereka dari Kyiv.

Moskow menyangkal rencana untuk menyerang. Ia menyalahkan Barat atas ketegangan tersebut dan telah mengajukan daftar tuntutan, termasuk jaminan bahwa Ukraina tidak pernah bergabung dengan NATO dan bahwa aliansi militer itu menghentikan ekspansi ke arah timur.

NATO mengatakan pada Senin (25/01) bahwa mereka mengirim jet tempur tambahan dan kapal ke Eropa Timur di tengah ketegangan saat ini.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mencoba untuk menghilangkan ketakutan, memberitahu orang-orang untuk tidak panik. "Kami cukup kuat untuk menjaga semuanya tetap terkendali dan menggagalkan setiap upaya destabilisasi," kata Zelenskyy dalam pidato yang disiarkan televisi.

Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda langsung yang menunjukkan invasi akan segera terjadi.

pkp/ha (AFP, dpa, Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait