1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kristen Koptik Hidup Dalam Ketakutan

17 Agustus 2013

Komunitas Kristen Mesir hidup dalam ketakutan setelah serangkaian serangan atas gereja, tempat usaha dan rumah-rumah, yang mereka katakan dilakukan oleh para pendukung presiden terguling Mohamed Mursi yang marah.

Foto: AFP/Getty Images

Seiring pembubaran paksa kamp demonstran pendukung Mursi di Kairo pada Rabu lalu, para penyerang membakari gereja di seluruh negeri sebagai respon.

“Orang-orang ketakutan, tak ada yang berani meninggalkan rumah,“ kata Marco, seorang insinyur berumur 27 tahun yang tinggal di pusat kota Sohag.

Kota ini telah menjadi kota hantu, kata dia, menggambarkan atmosfer teror di mana para penyerang “mengetahui di mana (komunitas-red) Kristen Koptik tinggal“ dan membakar sejumlah gereja sebelum menyerang rumah-rumah.

Pembalasan

The Maspero Youth Union, sebuah organisasi gerakan Kristen Koptik, mengecam apa yang mereka sebut sebagai “perang balas dendam“ melawan kelompok agama minoritas yang populasinya sekitar 10 persen dari jumlah penduduk Mesir.

Kelompok itu menuduh para pendukung Mursi menyasar mereka sebagai respon atas dukungan Paus Tawadros II atas kudeta 3 Juli yang menyingkirkan presiden Mursi yang didukung kelompok Islamis.

Paus Tawadros II sering mengeritik rezim Mursi yang dianggap berpangku tangan mendiamkan aksi-aksi serangan atas kelompok minoritasFoto: Reuters

Sebuah LSM bernama The Egyptian Initiative for Personal Rights (EIPR), mengatakan paling sedikit 25 gereja dibakar pada Rabu dan Kamis, dan bahwa para penyerang juga menyasar sekolah-sekolah Kristen, toko dan rumah-rumah di 10 dari 27 provinsi di Mesir.

Uskup Agung Chaldean Irak Luis Sako mengatakan salah satu gereja komunitasnya termasuk diantara yang menjadi sasarang serangan pada Rabu lalu.

“Ini benar-benar bencana,“ kata dia, menggambarkan wilayah itu sebagai “gunung berapi berbahaya“.

Bagi Marco, serangan atas gereja-gereja itu tidak mengejutkan -- karena berbagai bangunan Kristen telah menjadi target serangan sebelumnya.

Tapi penjarahan dan pembakaran rumah-rumah pemeluk Kristen Koptik membuat ia terkejut.

Para penyerang “adalah orang-orang yang meneriakkan slogan-slogan pro Mursi dan mengenakan ikat kepala yang tertulis ‘Ikhwanul Muslimin,‘“ kata dia.

The Maspero Youth Union, yang mendokumentasikan berbagai serangan atas umat Kristen Koptik selama satu tahun berkuasanya Mursi, juga menyalahkan serangan itu kepada para pendukung presiden terguling Mursi.

“Maspero Youth Union mengutuk terorisme yang kini dihadapi kelompok Kristen Koptik di Mesir setelah para pendukung presiden terguling Mursi mengobarkan aksi balas dendam atas Koptik dan gereja-gerejanya serta rumah-rumah dan tempat usaha mereka.” Demikian dikatakan kelompok tersebut.

“Koptik diserang di Sembilan gubernuran, menyebabkan kepanikan, kehilangan dan kerusakan tanpa alasan dan tak ada kejahatan yang mereka lakukan kecuali bahwa mereka adalah Kristen.”

80 orang ditangkap

Para pendukung Mursi sering menuduh kelompok Kristen sebagai pendukung Husni Mubarak yang terguling lewat revolusi pada tahun 2011. Ironisnya, kelompok minoritas ini juga sering menjadi target serangan saat Mubarak masih berkuasa.

Kristen Koptik adalah kelompok minoritas yang sering menjadi sasaran serangan sejak era Mubarak.Foto: picture alliance/dpa

Pada hari Kamis, pemerintah sementara yang dibentuk militer menggambarkan berbagai serangan atas kelompok Kristen Mesir sebagai ”garis merah“ dan berjanji bahwa pihak keamanan akan “merespon dengan tegas“ atas setiap serangan baru.

Tak lama setelah itu, menteri pertahanan Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, komandan militer yang memimpin kudeta, berjanji bahwa militer akan membayar pembangunan kembali gereja-gereja yang diserang.

Perdana Menteri Hazem Beblawi juga mengumumkan telah bertemu Paus Koptik Tawardoss II untuk menyampaikan solidaritas atas serangan tersebut.

Kantor berita pemerintah MENA melaporkan bahwa 80 pendukung Mursi ditangkap dan akan diajukan ke pengadilan militer atas tuduhan terlibat dalam pembakaran gereja-gereja di Suez pada Rabu lalu.

Dilakukan kelompok Salafi?

Ikhwanul Muslimin telah menyampaikan komentar pertama terkait serangan itu pada Kamis malam.

“Meski beberapa pemimpin Koptik mendukung atau bahkan berpartisipasi dalam kudeta, tapi untuk alasan apapun, serangan seperti itu tidak bisa dibenarkan,“ kata sayap politik kelompok Ikhwanul Muslimin lewat akun Twitter.

Juru bicara Ikhwanul Muslimin Gehad el-Haddad sebelumnya meminta agar menyalahkan pemerintah Mesir atas kasus itu.

Janji pemerintah sejauh ini gagal untuk meyakinkan kelompok Kristen dan para aktivis bahwa pihak pemerintah akan mencegah penyerangan di masa datang.

“Negara harus melakukan intervensi untuk melindungi rakyat. Aksi kongkrit diperlukan setelah berbagai pidato besar…“ kata Ishak Ibrahim salah seorang peneliti masalah agama di EIPR.

Ia menggambarkan bahwa “diskursus kebencian“ terhadap Kristen di seluruh negeri lebih banyak dikobarkan kelompok Salafi, kelompok Islamis yang lebih konservatif, dibandingkan para anggota Ikhwanul Muslimin.

ab/hp (afp,rtr,ap)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait